Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menengok Siraman Seniman Langen Tayub di Sendang Bektiharjo Tuban

7 April 2022   08:11 Diperbarui: 14 April 2022   10:30 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para waranggono senior mengikuti ritual. Dokpri

Setelah semua rangkaian di atas selesai, para waranggono dan pramugari menuju Sendang Bektiharjo. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya para calon waranggono, waranggono senior, dan pramugari cukup membasuh muka mereka dari air sendang yang ditaruh di wadah gerabah besar, pada tahun 2014 mereka harus masuk ke dalam sendang sampai di lutut, sehingga pakaian bagian bawah basah. 

Para calon waranggono menuju sendang. Dokpri
Para calon waranggono menuju sendang. Dokpri

Kalau dicari-cari makna filosofis dari acara di atas mungkin dimaksudkan agar mereka berkah alam semesta dalam menjalani karir dalam dunia pertunjukan tayub. Namun, menurut kami, hal itu lebih dimaksudkan untuk menambah keatraktifan acara Siraman di mata para pengunjung. Aspek atraktif masuk ke sendang tentu akan berbeda dengan sekedar membasuh muka, sehingg para penonton pun bisa menikmati peristiwa eksotis seperti ketika para bidadari turun dan bermain air di sendang.

Adegan siraman di Sendang Bektiharjo merupakan eksotisasi visual dari masa lampau ketika para gadis atau ketika para bidadari dalam cerita rakyat mandi di sendang. Adegan di sendang tersebut merupakan usaha untuk membuat realitas baru yang melebihi realitas itu sendiri, karena dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak ada waranggono yang mandi di sendang. 

Para waranggono senior mengambil air dari sendang. Mereka tidak ikut masuk. Dokpri
Para waranggono senior mengambil air dari sendang. Mereka tidak ikut masuk. Dokpri

Sebagai adegan kreatif, menceburkan diri ke sendang merupakan usaha untuk memunculkan makna atau kesan dalam benak penonton ataupun pewarta media terkait keindahan dan keatraktifan ritual ini. Harapannya, tentu saja, mereka akan kembali menonton acara serupa pada tahun berikutnya. Sementara, bagi para pewarta diharapkan mereka akan memberitakan kegiatan ini ke khalayak luas. 

Dengan pemberitaan luas itulah, pemkab menaruh harapan bahwa akan semakin penonton dari Tuban maupun luar daerah serta mancanegara yang tertarik untuk datang pada Siraman. Artinya, makna simulakra dari ritual tersebut bukan lagi semata-mata dilekatkan untuk kepentingan simbolik pelestarian. Lebih dari itu, kepentingan ekonomi pariwisata budaya merupakan kepentingan dominan yang menggerakkan acara ini. 

ANTARA KEPENTINGAN EKONOMI PARIWISATA DAN PEMBERDAYAAN SENIMAN TAYUB 

Adalah sebuah gejala umum di masa selepas Reformasi dan otonomi daerah di mana masing-masing provinsi dan kabupaten seperti berlomba-lomba memunculkan dan mempopulerkan kekayaan budaya lokal mereka di tengah-tengah geliat modernitas sebagai akibat pembangunan yang berlangsung. Paling tidak, terdapat dua alasan utama yang menjadi dasar pemerintah kabupaten untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pariwisata budaya, sepertihalnya Siraman Seniman Langen Tayub di atas.  

Pertama, untuk melestarikan kesenian tradisional warisan leluhur yang dikonstruksi memiliki nilai dan filsafat adiluhung. Praksis pelestarian dimaksudkan agar masyarakat di kabupaten tertentu tidak mudah melupakan identitas lokal mereka yang dalam beberapa hal berbeda dengan masyarakat kabupaten lain. 

Persoalan identitas kabupaten ini menjadi penting karena sejalan dengan otonomi daerah yang memberikan wewenang pelestarian dan pengembangan budaya lokal kepada masing-masing kabupaten, meskipun untuk urusan-urusan kebudayaan dalam lingkup nasional masih diatur oleh pemerintah pusat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun