Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi-puisi dari Hutan Jati Lamongan Selatan

2 April 2022   04:00 Diperbarui: 2 April 2022   04:02 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang suami-istri berusia senja di hutan jati perbatasan Lamongan - Mojokerto. Dokpri

Tak perlu resah harus mengeluarkan bising dari retakan-retakan tanah. Biarkan saja suara-suara itu menjadi ada; menemukan kepuasan demi kepuasaan yang sempurna. 

Dalam hening, suara yang mengalir dari kesedihan jutaan batin adalah gerimis yang menuntun langkah kecil menjemput hujan. 

Hutan jati Moronyamplung, 26 September 2019

Hutan jati Moronyamplung menjelang petang. Dokpri
Hutan jati Moronyamplung menjelang petang. Dokpri

BERANJAK

Ketika banyak orang bertutur dengan segala keindahan, ketika banyak orang mengharu-biru dengan begitu banyak narasi: beranjaklah sejenak untuk menikmati diri, pikiran, dan batin di tengah hutan jati yang meranggas. 

Dari sanalah kau pernah menemukan ketidakadilan yang menuntunmu pada pilihan berjuang. Itupun kalau kau masih berkenan untuk beranjak dari segala kemeriahan dan sanjungan.

Hutan jati Moronyamplung, 26 September 2019

Sepasang suami-istri berusia senja di hutan jati perbatasan Lamongan - Mojokerto. Dokpri
Sepasang suami-istri berusia senja di hutan jati perbatasan Lamongan - Mojokerto. Dokpri
HATI DI ANTARA JATI

Ketika hidup tidak banyak pilihan bagi manusia-manusia tanpa kemelimpahan, menjaga kesejatian hati akan selalu memperkuat langkah-langkah kecil menyuburkan sejengkal tanah di antara pohon jati yang meranggas. 

Tak perlu rintihan digunungkan dalam panas yang begitu panjang, masih ada sumur tua yang mengalirkan bening air sumber di tengah hutan, ditunggui beringin yang masih setia dalam senja waktu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun