Aneka macam makanan berbahan singkong disajikan di lapaknya, dari "tiwul", "gethuk", "gatot", dan yang lain. Makanan berbahan singkong bisa dikatakan merupakan warisan nenek moyang yang bertahan hingga saat ini. Meskipun anak-anak lebih memilih makanan ringan buatan pabrik, tiwul, gethuk, dan gatot masih memiliki penggemar setia. Terbukti, setiap hari selalu habis.
Selain warga biasa, pembelinya adalah para "mlijo" (pedagang kebutuhan dapur keliling). Khusus para mlijo, biasanya mereka memesan terlebih dahulu. Adapun makanan tradisional berbahan beras yang dijual adalah "lupis" yang dibungkus daun pisang dan diberikan "juruh" (semacam cairan pemanis dari gula merah). Â
Melihat regenerasi penjual makanan tradisional di pasar krempyeng, saya optimis bahwa masih ada harapan bagi kuliner tradisional yang sekaligus menjadi penanda budaya lokal sebuah masyarakat. Setidaknya, di tengah booming makanan instan, makanan berbahan singkong dan beras masih bertahan. Tinggal bagaimana mengolah dan mengemasnya menjadi makanan yang bisa menjadikan anak-anak dan kaum remaja tertarik untuk menikmatinya.
Selain makanan tradisional, yang sangat khas dari pasar krempyeng Semboro adalah sayur-mayur dan ikan yang selalu segar. Sebagai kawasan subur, Semboro dan sekitarnya menghasilkan sayur-mayur yang murah penuh gizi. Daun kenikir, daun singkong, batang talas, kelor, bayam, sawi, kangkung, junggul, dan yang lain. Bagi yang suka mengkonsumsi olahan berbahan sayur, pasar krempyeng menjadi salah satu tempat idola karena ragam sayur segarnya.Â
Ikan laut di pasar ini didatangkan tempat pelelangan ikan Puger, di selatan Jember. Para nelayan mendedikasikan perjuangan mereka untuk memberikan bermacam ikan segar kepada warga Jember, termasuk warga Semboro. Para pedagang langsung membeli ikan dari para nelayan, sehingga mereka berani memberikan harga yang cukup bersaing.Â
Ikan tongkol, tuna, udang, kakap, putihan, dan yang lain bisa dibeli dengan harga yang tidak terlalu mahal. Buat warga yang menyukai ikan olahan seperti ikan pindang, ikan asin, teri kering, dan klothok, mereka juga dengan mudah memperolehnya.
Adapun ikan air tawar seperti gurami, lele, dan nila didapatkan pedagang langsung dari pemilik kolam di kawasan Semboro dan sekitarnya. Semboro memang terkenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan gurami di Jember. Nila dan lele lebih laris dibandingkan gurami karena harganya yang memang terpaut jauh.Â
Ada pedagang ikan yang menyediakan jasa untuk membersihkan kulit dan "wedel" (usus ikan), sehingga para pembeli tidak usah repot-repot lagi ketika hendak memasak. Ini merupakan cara pedangan memanjakan pembeli sehingga diharapkan untuk datang kembali di kemudian hari. Cara-cara sederhana tersebut manjur.Â