Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Sejumput Kisah Bu(di)daya Tanaman di Pekarangan Sempit

3 April 2022   05:05 Diperbarui: 3 April 2022   10:00 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekicot sedang beristirahat dengan menempel di kayu | Dokumentasi pribadi

Kebahagiaan yang luar biasa adalah ketika kita memanen apa-apa yang kita tanam. Peristiwa memanen merupakan event yang dahsyat. Mengapa demikian? Karena ada proses panjang yang mengharuskan kita bersabar dan cerdas dalam memastikan kehidupan dari tanaman yang kita tanam. Proses itu tampak sederhana, tetapi bisa memastikan tanaman tumbuh bagus hingga bisa dipanen merupakan perjuangan. 

Itulah mengapa, tradisi panen di banyak masyarakat agraris selalu dirayakan dengan riang gembira. Tentu saja, saya merayakan itu dalam kebahagiaan sederhana di teras rumah sembari menikmati kopi. 

Setelah memanen dari pekarangan, biasanya saya lihat hasil panen itu untuk beberapa saat lamanya, baru kemudian saya serahkan ke istri di dapur. 

Lombok di pekarangan | Dokumentasi pribadi
Lombok di pekarangan | Dokumentasi pribadi

Bisa memanen lombok atau cabe rawit dari pekarangan setelah menunggunya selama beberapa bulan menghadirkan rasa haru. Apalagi ketika lombok sedang mahal. Rasa haru bercampur bahagia ketika lombok yang kita panen dimasukkan ke dalam proses memasak. 

Proses memanen talas (mbothe) dari sudut sempit pekarangan, membersihkannya, lalu memasaknya dengan cara dikukus, memberikan kepuasan yang luar biasa. Apalagi diteruskan dengan menikmatinya di teras rumah dilengkapi kopi. Beberapa kawan yang bertamu pun ikut menikmatinya di teras.

Talas (mbothe) hasil panen dari pekarangan | Dokumentasi pribadi
Talas (mbothe) hasil panen dari pekarangan | Dokumentasi pribadi

Begitupula, menikmati singkong goreng hasil dari pekarangan. Sensasi gurihnya memberikan kepuasan tersendiri ketika sedang memakannya saya membayangkan proses menanam batang singkong dengan cara stek hingga menunggunya bertunas sampai dengan tumbuh menjulang. 

Mengingat singkong termasuk tanaman yang biasa tumbuh di sawah atau ladang, bisa tumbuh hingga panen di pekarangan sempit, bagi saya itu merupakan 'prestasi kecil' yang cukup membanggakan.

Singkong goreng yang berasal dari panen di pekarangan | Dokumentasi pribadi
Singkong goreng yang berasal dari panen di pekarangan | Dokumentasi pribadi
Selain itu semua, apa yang tidak kalah membahagiakan adalah ketika anak saya ikut menemani proses panen. Pernah suatu ketika anak kedua membantu untuk memilah-milah daun kelor yang baru saya panen dari pekarangan. 

Setidaknya, ia bisa belajar untuk menghargai sebuah proses sederhana memanfaatkan hasil budidaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun