Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menikmati "Hamparan Surgawi" dari Bukit Jenggawah Jember

13 Maret 2022   22:20 Diperbarui: 1 April 2022   21:15 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istirahat ketika capek mendaki. Dokumentasi Sulis

Tidak hanya kawasan gunung dan pegunungan, Jember juga memiliki banyak bukit yang tersusun atas batu, tanah, dan pasir vulkanik. Dalam bahasa lokal disebut gumuk. Bukit-bukit di Jember tersebar merata hampir di seluruh kecamatan. Sayang sekali, saat ini banyak bukit yang dibongkar untuk diambil pasir dan batunya. 

Bagaimana bisa? Karena banyak bukit yang dimiliki secara pribadi, jadi tidak bisa dilarang ketika pemiliknya menjualnya. Setelah dibongkar, pasir dan batu yang ada di dalamnya dijual kepada para pengembang. 

Beruntunglah masih ada bukit yang menjadi milik Negara. Salah satunya adalah Bukit Jenggawah. Bukit ini terletak di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah. Untuk bisa mencapai lokasi bukit tersebut dibutuhkan tiga puluh menit dari arah kota melewati jalan raya Jember-Ambulu.

Warga Jenggawah ada yang menyebut bukit ini "Gunung Bujel". Dalam bahasa Madura "bujel" (Jawa, "udel") bisa diterjemahkan "pusar". Mengapa demikian? Karena bukit ini berada di tengah wilayah Jember yang dikelilingi gunung, pegunungan, dan perbukitan. Jadi, Bukit Jenggawah bisa dikatakan sebagai semacam "pusat" bagi wilayah Jember. 

Bukit Jenggawah dari kejauhan. Dokumentasi penulis
Bukit Jenggawah dari kejauhan. Dokumentasi penulis

Sampai dengan saat ini, ekosistem Bukit Jenggawah masih relatif terjaga dengan baik. Di bagian bawah, kita bisa menjumpai pohon jati dan sono keling yang cukup lebat. 

Sementara, di bagian tengah ke atas terdapat ekosistem semak yang cukup lebat, perdu, pohon serut, pohon waru, dan yang lain. Banyaknya pohon yang berbuah menjadikan kera cukup betah di kawasan ini, meskipun tidak muncul setiap saat.

Terjaganya ekosistem bukit juga menarik orang-orang yang suka bertapa. Menurut cerita warga, terdapat beberapa orang yang bertapa, tetapi tidak ada yang tahu apakah mereka sudah selesai dan pergi atau masih di kawasan bukit. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, Bukit Jenggawah memiliki banyak spot yang cukup teduh dan hening untuk menenangkan diri.

Untuk bisa mencapai puncak, kita bisa lewat sisi utara ataupun sisi selatan. Namun, para pengunjung lebih banyak yang lewat sisi utara karena jalan masuk yang sudah lumayan bagus. Sepeda motor atau mobil bisa diparkir di bawah, untuk kemudian jalan kaki.

Apa yang cukup menarik dari aktivitas menjelajah dan mendaki Bukit Jenggawah adalah semakin ke atas kita dibuat semakin terpukau dengan "hamparan surgawi". 

Yang saya maksudkan dengan hamparan surgawi adalah hamparan lanskap di bawah yang terdiri dari kasawasan pertanian serta bentang perbukitan di kawasan timur Jember yang tampak indah. Dari bagian tengah bukit, hamparan itu tampak seperti permadani hijau yang digelar oleh Sang Penguasa Semesta.

Dari bagian tengah bukit. Dokumentasi penulis
Dari bagian tengah bukit. Dokumentasi penulis

Keindahan itulah yang menjadi energi dan semangat untuk terus mendaki ke atas. Ketika kita perlahan melangkahkan kaki, menapaki jalan terjal dengan sudut kemiringan sekira 45 derajat, ada baiknya menoleh ke bawah untuk menyerap keindahan visual hamparan surgawi tersebut. Maka, kita seolah mendapatkan energi untuk terus ke atas.

Saya sudah membuktikannya ketika bersama empat kawan yang berusia di atas 40 tahun mendaki Bukit Jenggawah pada 27 Februari 2022. Awalnya, kami tidak berniat untuk naik sampai puncak. Namun, karena keindahan yang semakin luar biasa setiap kali kaki melangkah ke atas, kami akhirnya memutuskan untuk naik sampai ke puncak.

Menempuh perjalanan sekira satu jam, saya dan kawan-kawan selalu menyempatkan istirahat kalau detak jantung semakin kencang dan nafas sudah mulai tersengal-sengal. Minum air secukupnya. Strategi ini perlu dipakai agar kita tidak mengalami masalah serius.

Dalam setiap kesempatan istirahat itulah kami selalu dibuat terpesona oleh "permadani hijau" yang memberi makan kepada masyarakat Jember dengan padi dan tanaman lainnya. Pada saat itu pula seperti ada energi yang menambah tenaga, sehingga keinginan naik ke puncak kembali hadir.

Ketika sampai di puncak, saya dan kawan-kawan merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Bukan semata-mata soal usia, tetapi kami bisa melampaui hambatan fisik dengan berbekal semangat dan energi yang diberikan oleh keindahan kawasan bawah. 

Seperti
Seperti "lorong waktu" di puncak bukit. Dokumentasi penulis

Dari puncak, hamparan surgawi itu tampak begitu jauh, tetapi tetap menyampaikan keindahan visual yang memanjakan mata. Selain itu, kalau beruntung, ketika tidak sedang mendung kita juga bisa menikmati indahnya senja dari puncak bukit.

Dari pengalaman itu, saya semakin yakin bahwa energi alam merupakan energi murni yang mengalirkan banyak manfaat kepada manusia, bukan hanya untuk kekuatan fisik, tetapi juga menumbuhkan aspek spiritual mendalam yang bisa memunculkan keberanian dan kekuatan untuk terus bergerak, untuk terus hidup.

Saya jadi mengerti mengapa posisi tinggi seperti gunung, pegunungan, atau bukit dipilih oleh para raja, mpu, atau pertama zaman dulu untuk menemukan keheningan dan keindahan sekaligus sebagai upaya untuk mendapatkan energi positif sehingga mereka bisa mendekatkan diri kepada para Dewata. Memandang keindahan tempat di bawah dari atas memberikan rasa takjub dan syukur atas semua karunia Tuhan.

WISATA MINAT KHUSUS 

Jember sejatinya tidak kekurangan tempat indah dan sangat mungkin dikembangkan sebagai destinasi wisata. Sayangnya, dinas-dinas terkait seperti hanya menjalankan rutinitas tanpa inovasi. Padahal banyak tempat indah dan ragam budaya yang bisa dikembangkan. 

Dari bagian bawah bukit. Dokumentasi penulis
Dari bagian bawah bukit. Dokumentasi penulis

Menurut anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jenggawah yang terdiri dari kaum muda, orang dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jember memang pernah datang, tetapi hanya waktu pembentukan kelompok. Sesudah itu tidak pernah hadir untuk memberikan pendampingan atau pembinaan.

Meskipun demikian, Pokdarwis dengan dukungan pemerintah desa Jenggawah tetap bergerak, melakukan tindakan-tindakan nyata untuk mengembangkan kawasan. Dukungan pemerintah desa diwujudkan dengan pembebasan lahan untuk dikembangkan oleh Pokdarwis di kawasan bawah.

Dengan pembebasan lahan tersebut, Pokdarwis merintis usaha ekonomi kecil berupa warung makan untuk melayani pengunjung. Selain itu, mereka juga mengelola dana hibah dari individu untuk membangun mushola dan toilet untuk pengunjung.

Namun, untuk pengelolaan destinasi wisata belum digarap secara maksimal. Untuk itulah dibutuhkan pendampingan serius agar potensi Bukit Jenggawah bisa menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jember. 

Observasi kawasan bukit. Dokumentasi penulis
Observasi kawasan bukit. Dokumentasi penulis

Berdasarkan riset potensi kawasan yang dilakukan oleh Community for Advanced Humanities Studies (coHumaniS) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember dan Dewan Kesenian Jember (DeKaJe), aktivitas wisata yang sangat mungkin dilakukan adalah wisata minat khusus.

Wisata minat khusus diarahkan kepada aktivitas wisata yang memaksimalkan potensi kawasan bukit dengan beragam keunikannya serta didesain untuk mereka yang menyukai petualangan dan jelajah. Selain itu, melengkapi dengan aktivitas seni-budaya dan konservasi bisa menjadikan wisata di Bukit Jenggawah semakin menarik.

Di bagian bawah, bisa didesain sebagai kawasan camping ground dan tempat pertunjukan seni. Dengan memadukan kawasan camping ground dengan pertunjukan, para pengunjung bisa menikmati bermalam dengan sajian kesenian oleh para seniman Jenggawah dan sekitarnya. 

Dengan model ini, selain mendapatkan pengalaman camping di lokasi yang tidak jauh dari kota, para pengunjung bisa diajak untuk terus mencintai seni dan budaya lokal Jemberan. 

Di tengah-tengah menikmati sajian pertunjukan, para pengunjung bisa diajak untuk menyantap kuliner khas Jenggawah. Tentu saja kuliner tersebut bisa disediakan oleh warga sehingga mereka juga bisa mendapatkan rezeki. 

Dari bagian tengah bukit. Dokumentasi penulis
Dari bagian tengah bukit. Dokumentasi penulis
Pagi harinya, para pengunjung bisa diajak naik ke bukit untuk menikmati matahari terbit di sepanjang perjalanan menuju puncak. Sesampai di puncak mereka bisa diajak untuk sarapan bersama. Menikmati makanan di puncak bukit tentu akan menghadirkan sensasi yang istimewa, apalagi buat mereka yang belum pernah.

Namun, model di atas bisa juga dilakukan secara lentur. Artinya, kalau ada wisatawan yang minta dipandu naik pada sore hari menuju puncak dan bermalam di sana, maka Pokdarwis harus siap. Dengan tetap memperhatikan aspek keamanan secara ketat, bermalam di puncak bukit tentu bisa memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri.

Aktivitas tambahan yang bisa dilakukan para pengunjung adalah menanam tanaman endemik bukit, tanaman buah, dan empon-empon seperti kunir, laos, kencur, yang bisa hidup di ekosistem bukit. 

Para pengunjung akan mendapatkan pengalaman berharga karena mereka diajak untuk melakukan konservasi. Selain itu, aktivitas outbond bisa diciptakan untuk memperkaya pengalaman dan soft skill pengunjung.

Apakah kemungkinan di atas bisa diwujudkan? Tentu saja tidak ada yang tidak mungkin. Meskipun tidak ada perhatian dari Disparbud, selagi Pokdarwis, Pemdes Jenggawah, dan pelaku seni bisa bersinergi, aktivitas wisata minat khusus bisa dilaksanakan.

Istirahat ketika capek mendaki. Dokumentasi Sulis
Istirahat ketika capek mendaki. Dokumentasi Sulis
Tentu saja, manajemen dan promosi menjadi konsep kunci yang akan mendorong keberhasilan aktivitas wisata minat khusus. Media baru yang cukup beragam bisa mempermudah promosi Bukit Jenggawah ke khalayak umum. 

Selain itu, Pokdarwis juga bisa mempromosikan keunikan kawasan ini ke instansi swasta ataupun BUMN yang mungkin berminat untuk melakukan camping bersama. Untuk menjadikan mereka tertarik, fasilitas penunjang seperti air bersih, kamar mandi dan toilet harus diusahakan.

Sangat disayangkan kalau keindahan dan keunikan Bukit Jenggawah tidak dimaksimalkan untuk keperluan wisata minat khusus serta basis gerakan eko-kultural yang mengedepankan kelestarian alam dan pemajuan kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun