Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menikmati "Hamparan Surgawi" dari Bukit Jenggawah Jember

13 Maret 2022   22:20 Diperbarui: 1 April 2022   21:15 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari bagian bawah bukit. Dokumentasi penulis

Yang saya maksudkan dengan hamparan surgawi adalah hamparan lanskap di bawah yang terdiri dari kasawasan pertanian serta bentang perbukitan di kawasan timur Jember yang tampak indah. Dari bagian tengah bukit, hamparan itu tampak seperti permadani hijau yang digelar oleh Sang Penguasa Semesta.

Dari bagian tengah bukit. Dokumentasi penulis
Dari bagian tengah bukit. Dokumentasi penulis

Keindahan itulah yang menjadi energi dan semangat untuk terus mendaki ke atas. Ketika kita perlahan melangkahkan kaki, menapaki jalan terjal dengan sudut kemiringan sekira 45 derajat, ada baiknya menoleh ke bawah untuk menyerap keindahan visual hamparan surgawi tersebut. Maka, kita seolah mendapatkan energi untuk terus ke atas.

Saya sudah membuktikannya ketika bersama empat kawan yang berusia di atas 40 tahun mendaki Bukit Jenggawah pada 27 Februari 2022. Awalnya, kami tidak berniat untuk naik sampai puncak. Namun, karena keindahan yang semakin luar biasa setiap kali kaki melangkah ke atas, kami akhirnya memutuskan untuk naik sampai ke puncak.

Menempuh perjalanan sekira satu jam, saya dan kawan-kawan selalu menyempatkan istirahat kalau detak jantung semakin kencang dan nafas sudah mulai tersengal-sengal. Minum air secukupnya. Strategi ini perlu dipakai agar kita tidak mengalami masalah serius.

Dalam setiap kesempatan istirahat itulah kami selalu dibuat terpesona oleh "permadani hijau" yang memberi makan kepada masyarakat Jember dengan padi dan tanaman lainnya. Pada saat itu pula seperti ada energi yang menambah tenaga, sehingga keinginan naik ke puncak kembali hadir.

Ketika sampai di puncak, saya dan kawan-kawan merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Bukan semata-mata soal usia, tetapi kami bisa melampaui hambatan fisik dengan berbekal semangat dan energi yang diberikan oleh keindahan kawasan bawah. 

Seperti
Seperti "lorong waktu" di puncak bukit. Dokumentasi penulis

Dari puncak, hamparan surgawi itu tampak begitu jauh, tetapi tetap menyampaikan keindahan visual yang memanjakan mata. Selain itu, kalau beruntung, ketika tidak sedang mendung kita juga bisa menikmati indahnya senja dari puncak bukit.

Dari pengalaman itu, saya semakin yakin bahwa energi alam merupakan energi murni yang mengalirkan banyak manfaat kepada manusia, bukan hanya untuk kekuatan fisik, tetapi juga menumbuhkan aspek spiritual mendalam yang bisa memunculkan keberanian dan kekuatan untuk terus bergerak, untuk terus hidup.

Saya jadi mengerti mengapa posisi tinggi seperti gunung, pegunungan, atau bukit dipilih oleh para raja, mpu, atau pertama zaman dulu untuk menemukan keheningan dan keindahan sekaligus sebagai upaya untuk mendapatkan energi positif sehingga mereka bisa mendekatkan diri kepada para Dewata. Memandang keindahan tempat di bawah dari atas memberikan rasa takjub dan syukur atas semua karunia Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun