Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Gunung Watangan, Benteng Alam di Kawasan Selatan Jember

24 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 24 Februari 2022   10:02 2679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual ini dimaksudkan untuk memperkokoh hubungan warga Jember dengan Watangan sebagai benteng alam melalui upaya pelestarian ekosistem kawasan yang melibatkan bermacam individu, komunitas, dan organisasi. Doa-doa yang disampaikan diharapkan bisa menjadi energi positif yang mampu merangkul segenap isi Watangan sehingga para pelaku seni dan budaya, warga masyarakat, dan intansi pemerintahan terkait memiliki kekuatan untuk terus bergerak bersama demi melestarikan Watangan.

Ritual Wiwitan di Watangan. Dok. penulis
Ritual Wiwitan di Watangan. Dok. penulis
Ritual Wiwitan merupakan upaya awal untuk memohon restu Tuhan dan alam semesta atas usaha eko-kultural yang dilakukan DeKaJe bekerjasama dengan pelaku seni dan budaya, warga masyarakat, dan bermacam organisasi. Menyatukan batin dan pola manusia dengan alam semesta diharapkan bisa mewujud energi yang akan sampai kepada Tuhan. 

Gerakan eko-kultural yang sudah pernah dilakukan akan menjadi modal utama untuk menyukseskan gelaran serupa di kawasan Watangan. Meskipun waktunya masih menunggu perkembangan pandemi Covid-19, setidaknya, wacana tentang pentingnya even di Watangan bagi upaya ekologis untuk mempertahankan benteng alam sudah didengar dan dibicarakan publik.

Para pelaku ritual khusuk menghayati doa bersama. Dok. penulis
Para pelaku ritual khusuk menghayati doa bersama. Dok. penulis
Ke depan, tidak hanya aktivitas budaya yang bisa dilakukan, tetapi juga aktivitas wisata eko-kultural yang menekankan peran komunitas. Apa yang dimaksud dengan wisata eko-kultural adalah kegiatan wisata yang menggabungkan keindahan dan kekayaan alam dengan keunikan budaya masyarakat. 

Para pelaku wisata bisa mendesain wisata minat khusus di mana wisatawan yang suka berpetualang diajak menelusuri ekosistem Watangan dan kalau perlu bermalam di sana. Para wisatawan bisa disuguhi hiburan kesenian khas seperti jaranan, reyog, wayang, dan lain-lain. Mereka juga bisa menikmati kuliner khas masyarakat tepi hutan, seperti belalang jati kalau lagi musim.

Aktivitas wisata tersebut bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan aneka tumbuhan dan hewan yang hidup di Watangan, termasuk potensi kepurbakalaan, gua, sejarah, dan kebudayaan. Dengan tumbuhnya aktivitas eko-kultural yang dikelola bersama warga, BKSDA, dan Perhutani, semua pihak yang terlibat memiliki tanggung jawab bersama untuk terus merawat dan menjaga kekokohan formasi Watangan. 

Para seniman dan warga, selain menyediakan atraksi kesenian dan aneka kuliner juga bisa menjadi guide bagi para wisatawan karena merekalah yang lebih memahami medan di Watangan. Keterlibatan warga komunitas dan seniman, selain memberikan tambahan rezeki, juga diharapkan bisa memperkuat rasa cinta mereka terhadap kelestarian Watangan.

Para pakar pertanian bisa diajak untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas aktivitas pertanian warga di kawasan pinggir hutan. Hamparan sawah yang cukup subur bisa menjadi ruang produktif untuk menjalankan aktivitas pertanian dengan variasi tanaman pangan yang bisa memberikan keuntungan ekonomis kepada warga. Dengan aktivitas pertanian yang bagus, warga tidak akan berpikir untuk menebang pohon di kawasan Watangan.

Hamparan lahan pertanian nan subur di bawah Watangan. Dok. penulis
Hamparan lahan pertanian nan subur di bawah Watangan. Dok. penulis
Pakar jamu atau pengobatan herbal bisa diminta untuk membuat pelatihan untuk pengelolaan tanaman, proses pasca panen, dan jalur penjualan tanaman herbal yang bisa dikembangkan di kawasan Watangan. Dengan demikian, warga di tepi hutan akan menjalankan aktivitas pertanian spesifik yang berhubungan dengan industri jamu atau obat herbal. Harapannya, mereka akan memiliki pekerjaan alternatif yang menguntungkan.  

Dengan aktivitas-aktivitas di atas, masyarakat Jember memiliki alasan dan energi bersama untuk melawan kekuatan pemodal yang hendak melakukan eksploitasi sumberdaya mineral. Keuntungan ekonomis, sosial, ekologis, dan kultural yang didapatkan warga dengan lestarinya Watangan, tentu jauh lebih bermanfaat alih-alih pengerukan materi tambang yang bisa berakhir dengan hilangnya benteng alam di selatan Jember. 

DAFTAR BACAAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun