Sementara, di kawasan Trenggalek, benteng alam di pinggir Samudra Indonesia juga hendak dieksploitasi oleh pemodal besar. Sampai saat ini warga melakukan penolakan terhadap rencana pertambangan tersebut. Tidak menutup kawasan-kawasan lain di selatan Jawa juga akan menghadapi masalah serupa.Â
Ini tentu tidak lepas dari keberpihakan pemerintah terhadap usaha pertambangan. Padahal, di seluruh muka bumi ini, usaha pertambangan emas benar-benar menjadi malapetaka lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia.
Tentu saja mayoritas warga Jember tidak ingin kawasan selatan sebagai benteng alam ditambang dan hanya menguntungkan segelintir orang. Selama ini, warga sudah menikmati kebaikan benteng alam berupa kawasan hutan yang kaya potensi alam dan ekonomi. Mereka juga sudah mengelola kawasan pertanian yang cukup subur di kawasan yang lebih rendah.Â
Jadi, keinginan pemodal besar dan pemerintah pusat dan provinsi tidak mencerminkan suara mayoritas. Dan, kalau dibiarkan, masyarakat akan menganggap Negara hanya bisa merusak alam serta memusnahkan ruang hidup dan ekonomi warga, Â demi melegitimasi kehendak segelintir orang kaya.
KEKAYAAN FLORA & FAUNA DI GUNUNG WATANGAN
Salah satu benteng alam yang sampai sekarang masih kokoh berdiri adalah Gunung Watangan. Kawasan perbukitan (warga setempat menyebutnya "gunung") yang membentang dari arah barat yang masuk wilayah administratif Desa Puger Wetan Kecamatan Puger ke arah timur yang masuk wilayah administratif Desa Lojejer Wuluhan. Ia berdiri kokoh, siap menjadi "tameng" yang melindungi warga Wuluhan dan sekitarnya.
Kekokohan Watangan dilengkapi kekayaan dan keragaman hayati berupa flora dan fauna. Untuk melindungi kekayaan flora dan faunanya, pemerintah kolonial Belanda menetapkan Cagar Alam Watangan Puger berdasarkan SK Gubernur  GB 83 Stbl 1919 Nomor 392 tanggal 11 Juli 1919. Keputusan tersebut diperbarui oleh SK Menteri Pertanian RI Nomor 111/Um/1958 tanggal 22 Juli 1958 dengan luas 2 hektar.
Menurut catatan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Timur, di kawasan cagar alam terdapat aneka flora dan fauna (sumber). Untuk flora kita bisa menjumpai pohon slumprit, bendo, lo, beringin, awar-awan, luwingan, kedoyo, kepuh, winong, jambu hutan, juwet, salam, waru laut, kesambi, rau, dadap serep, asam Jawa, kelampis, sempur, asem londo, jati, nyamplung, dan tanjung.
Sementara, untuk fauna kita bisa menjumpai kera abu-abu, kera hitam, kalong, srigunting, kutilang, trocokan, perenjak, ular sanca sawah, bunglon, tokek. Menurut cerita warga setempat, di Watangan pada era 1990an masih terdapat banyak hewan liar seperti banteng, harimau kumbang, kijang, aneka macam burung, dan yang lain. Bahkan, ketika musim kemarau, ada beberapa banteng dan kijang yang "nyasar" ke lahan pertanian warga karena mencari air.Â
Sayangnya, menurut catatan BKSDA Jawa Timur, satwa tersebut sudah tidak ditemukan. Meskipun demikian, warga mengaku masih menjumpai kijang dan harimau kumbang. Tentu, untuk membuktikannya dibutuhkan penelitian mendalam.