Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sejengkal Tanah

20 Februari 2022   05:00 Diperbarui: 20 Februari 2022   05:21 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEJENGKAL TANAH

Demi sebuah janji tertanam di sini. Mengalun, berbisik memeluk debu.

Orang-orang datang tersenyum merayu. Menebar cerita ingin berkuasa. Menawar bahagia, menabur luka.

Seluas pandang tanah membentang. Menguji hati kaum petani. Merawat rindu jalan berbatu. Semburat jingga senja di kota.

Memikul cinta sejengkal tanah. Ada harga diri mesti bertaji. Kita bersama menjaga asa. Demi bocah-bocah tertawa riang.


Catatan:

Puisi dan lagu ini saya persembahkan untuk orang-orang yang memperjuangkan tanah mereka demi ruang hidup, kehidupan, kebudayaan, dan kelestarian lingkungan. Perjuangan kaum petani di Wadas (Purworejo), Pakel dan Tumpang Pitu (Banyuwangi) dan masih banyak lagi, menjadi inspirasi lahirnya puisi ini. 

Puisi dan lagu ini merupakan tafsir atas "sadumuk batuk sanyari bhumi", sebuah konsep Jawa yang menekankan pentingnya untuk menghargai tanah, tidak boleh main-main dengan ukurannya. Meskipun sempit tidak boleh dikurangi dalam mengukur karena itu berkaitan dengan kehidupan pemiliknya. Makna tersebut bisa diperluas, bahwa tanah bagi masyarakat merupakan kepemilikan yang harus diperjuangkan karena berkaitan dengan kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan. Tanah itu keramat.

Audio dan video direkam dengan HP. Video klip diedit dengan aplikasi yang tersedia di HP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun