Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Ekologis: Krisis Lingkungan dalam Tatapan Kreatif Seniman

19 Februari 2022   11:33 Diperbarui: 27 Februari 2022   12:56 2204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Made Bayak, Secret dance of virgin (seri rekonstruksi eksotisme Bali). Dok. Dwi S. Wibowo

Dalam perkembangannya, seni ekologis tidak hanya membatasi diri dalam bentuk seni instalasi di kawasan yang lingkungan alamnya rusak. Seni ekologis bisa kita temui dalam bentuk seperti seni patung, seni lukis, fotografi, seni video, film, sajian musikal, instalasi lingkungan, puisi, tari, dan masih banyak yang lain, termasuk dalam bentuk campuran bermacam bentuk seni.

Apa yang menarik dari seni ekologis adalah tujuannya untuk membangun kesadaran komunitas atau masyarakat untuk terus menghidupkan kehidupan, tidak hanya dengan kerja-kerja teknis, tetapi juga melalui karya estetik yang bisa menghibur sekaligus mengajak untuk terus berbuat sesuatu demi keberlanjutan lingkungan. 

Ini sekaligus menegaskan komitmen politis para seniman untuk terus memperjuangkan isu-isu kerusakan ekologis dan mengajak publik mengawal bermacam permasalahan ekologis yang disebabkan ulah penguasa, pemodal, dan pihak-pihak lain. Dalam pemahaman tersebut, seni ekologis merupakan karya kreatif yang melibatkan tidak hanya seniman tetapi juga bisa warga komunitas serta para pakar dari bidang biologi, geologi, arsitektur, teknik sipil, dan lain-lain. 

Keterlibatan komunitas bisa membawa implikasi positif yakni para seniman bisa menyebarluaskan gagasan edukatif, memromosikan kesadaran ekologis dan menanamkan nilai-nilai konsevasi kepada generasi penerus melalui aktivitas yang menyenangkan (Song, 2009; Jacobson, Mcduff, & Monroe, 2007; Wilson, 2010; Bullot, 2014; Inwood, 2008).

Dalam kerangka demikian, para seniman dalam komunitas melalui penciptaan karya yang mereka lakukan bisa terlibat langsung dengan pendidikan ekologis. Signifikansi peran tersebut mendorong pemerintah di banyak negara mengintegrasikan karya seniman dalam aktivitas komunitas dengan program dan kebijakan pemerintah, selain pelibatan mereka dalam agenda kampanye ekologis (Hartley, 2009; Moore & Tickle, 2014). 

Seni ekologis dalam bentuk instalasi berbahan ranting karya Jaako Pernu. Dok. ecofriend.org
Seni ekologis dalam bentuk instalasi berbahan ranting karya Jaako Pernu. Dok. ecofriend.org

Semua ini menunjukkan kesadaran global ini untuk terus mengintegrasikan kerja-kerja kebudayaan dengan kesadaran ekologis. Kesenian atau even kultural dipilih karena penyampaian pesan-pesan penting terkait kerusakan lingkungan dan pentingnya kesadaran konservasi bisa lebih mengena karena warga masyarakat tidak menerima pesan secara dogmatik.

Menurut hasil riset Jacobson, Mcduff, & Monroe (2007), seni memiliki beberapa peran strategis dalam mempromosikan konservasi. Pertama, seni pertunjukan, termasuk drama dan musik, bisa meningkatkan respons emosional individu terhadap permasalahan partikular, sehingga sangat sesuai digunakan untuk mengkampanyekan kesadaran ekologis bagi kalangan terpelajar. 

Kedua, karya sastra tentang lingkungan bisa membangkitkan perasaan dan kekaguman terhadap tempat yang secara psikis akan memunculkan sikap empati pembaca terhadap alam. Ketiga, seni rupa bisa memancing minat penikmat baru, khususnya untuk memberikan tafsir estetik dan makna dari objek lukisan yang darinya akan terbangun dialog dengan objek lukisan. 

Dari proses dialog inilah akan muncul sikap dan pandangan konstruktif terhadap pentingnya keberlanjutan alam. Pengaruh psikis ini akan menjadikan penonton dalam kehidupan sehari-hari mereka berkomitmen untuk membuat perubahan yang berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan (Wilson, 2010; Bullot, 2014).

Skycraper oleh Studiocka Brooklyn, paus berbahan benda plastik. Dok. www.thesculpturepark.com
Skycraper oleh Studiocka Brooklyn, paus berbahan benda plastik. Dok. www.thesculpturepark.com
Pendidikan seni ekologis merupakan alternatif lain yang bisa dilakukan dalam memberikan penyadaran akan pentingnya posisi manusia di tengah-tengah krisis lingkungan global saat ini. Tentu saja, pendidikan tidak hanya diselenggarakan oleh institusi formal, tetapi juga non-formal seperti komunitas atau kelompok seni yang berada langsung di tengah masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun