Seandainya kata-katamu mampu merawat ujung percumbuan yang dikawal penjaga pasir dan bebatuan, orkestra ombak akan menawarkan cerita-cerita kecil tentang keinginan para pejuang menemukan kehidupan bersama teriakan semesta dalam puisi-puisimu, bukan puja-puji untuk penguasa yang menertawakanmu.Â
Di tepi benua ini: orang-orang berlomba mengeruk lapis demi lapis kemilau yang Tuhan sengaja berikan sebagai ujian dan pertaruhan. Kerakusan dijamin dalam perjamuan demi perjamuan: menggurita bersama janji kesejahteraan yang sejatinya tak pernah bisa mengalahkan kebaikan samudra raya.Â
Sayangnya, puisi-puisimu menguap dalam sajian lezat di ruang-ruang megah. Tak ada lagi guratan-guratan waktu di wajah para nelayan yang terus berjuang untuk senyum istri dan anak-anak mereka. Tak ada lagi tembang kinanti para istri di dapur, bersama doa-doa mengalir, memeluk keperkasaan ombak. Tak ada lagi anak-anak merengek ketika ibu mereka tak kuasa memanggil penjual jajan keliling.
Puisi-puisimu membeku bersama kata-kata indah dihaturkan kepada tahta. Â
Pantai Watu Ulo, Ambulu, Jember, 01 Pebruari 2022Â
Kalau bait-bait dari tanah seberang sudah bertutur tentang angin timur, rajutlah kehendak bersama milyaran buih yang menemani perjalanan kecilmu.
Ada banyak cerita yang menunggu dalam riuh gelombang dan gemuruh angin. Jangan lupa, sampaikanlah salam sang bukit yang selalu merindu teriakan samudra, ketika tubuh mereka perlahan dinikmati para juragan atas nama pembangunan.
Dan, kekasih mereka, pohon-pohon itu, dipaksa melepaskan hidup dan pengabdian, demi keuntungan berlipat yang selalu saja dijadikan sangat terhormat dan bermartabat.
Sampaikanlah salam mereka sebagai doa untuk semesta yang masih begitu sabar, entah sampai kapan.
Pantai Watu Dodol, Banyuwangi, 10 Oktober 2021Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI