Banyak warga transnasional masih menjadikan bahasa ibu sebagai rujukan untuk membingkai keanggotaan mereka dalam komunitas tutur diasporik di negara-negara maju, meskipun mereka juga menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Eropa lainnya. Pilihan tersebut merupakan bentuk negosiasi yang membedakan identitas mereka dengan identitas kulit putih. Maka, mengkaji bahasa kreol bisa menjadi pintu masuk menuju migrasi diasporik, etnisitas, nasionalisme, identitas, dan kesetiaan bahasa.
Sekali lagi, berdasarkan uraian di atas, kita bisa memahami bahwa mendeskripsikan komunitas tutur bukanlah hal sepele. Komunitas tutur tidak bisa ditentukan berdasarkan lokasi fisik statis karena keanggotaan dapat dialami sebagai bagian dari negara-bangsa, lingkungan tetangga, desa, klub, perkumpulan, ruang obrolan daring, lembaga keagamaan, dan sebagainya. Terlebih lagi, orang dewasa sering memiliki banyak komunitas.Â
Akibatnya, sosialisasi awal seseorang ke dalam komunitas tutur bisa berlangsung dalam budaya dengan nilai-nilai komunikatif yang berbeda dari budaya dan komunitas lain yang ditemui di kemudian hari. Itulah mengapa Morgan berargumen bahwa konsep komunitas tutur seringkali menginkorporasi pergeseran dalam sikap dan penggunaan serta dalil bahasa yang mengikatnya dikonstruksi pada seputar teori-teori besar yang memosisikan bahasa sebagai konstruk sosial.Â
Di antara teori-teori tersebut adalah bahasa dan representasi, bahasa dan keberagaman, sikap terhadap penggunaan bahasa, serta bahasa dan kuasa. Komunitas tutur dikenali melalui sirkulasi wacana dan pengulangan aktivitas dan keyakinan serta nilai tentang topik-topik tersebut yang secara ajeg didiskusikan, dievaluasi, di perkuat, dibentuk-kembali oleh anggota-anggotanya.Â
Kesadaraan terhadap isu-isu tersebut ditentukan oleh krisis seperti apa dan tingkat krisis yang berlangsung dalam komunitas tutur. Bagi beberapa pihak, kesadaran di-tanam-kan dalam rajutan kultural sehingga merepresentasikan penggunaan tak tertandai yang mengarahkan kesejarahan, politik, representasi, ideologi komunitas, dan lain-lain.Â
Meskipun nilai-nilai tersebut disepakati, hal itu tidak berarti bahwa terdapat konsensus menyeluruh tentang impelementasi prinsip-prinsip itu. Alih-alih, apa yang penting adalah pengetahuan tentang nilai simbolik, pertemuan, dan pertukaran dari keragaman dan gaya di dalam dan melintasi komunitas tutur.
Terlepas dari apakah komunitas tutur didasarkan pada praktik bersama, baik terpinggirkan, mengingkorporasi ideologi dominan, atau menentangnya, anggotanya harus memiliki kompetensi komunikatif dalam kaitannya dengan wacana tentang bagaimana bahasa dan/atau ragam bahasa berfungsi dalam konteks spesifik dan membentuk komunitas tutur. Konsekuensinya, wacana dapat berfokus pada praktik linguistik yang menunjukkan ragam atau bahasa, berbeda dengan dan dialogis dengan dialek dan bahasa lain.
Wacana tentang ciri-ciri linguistik yang mewakili komunitas tutur dapat berasal dari studi linguistik dan dari komunitas itu sendiri. Morgan berpendapat bahwa sementara deskripsi sosiolinguistik tentang komunitas tutur Afrika-Amerika telah menghasilkan wawasan yang luar biasa tentang dialek, analisis ini juga telah mendorong para pendidik, ilmuwan sosial, dan beberapa ahli bahasa untuk berpendapat bahwa itu adalah penyebab utama ketimpangan pendidikan dan ekonomi.Â
Faktanya, komunitas tutur Afrika-Amerika melangsungkan integrasi yang rumit dari norma dan nilai bahasa yang terkait dengan fungsi simbolis dan praktis dari Bahasa Inggris Afrika-Amerika dan Bahasa Inggris Umum. Salah satu hasilnya adalah apa yang disebut Morgan (2002: 74), dialek membaca.Â
Dialek membaca merupakan praktik alih-kode yang terjadi ketika anggota komunitas Afrika-Amerika mengkontraskan yang mereka anggap sebagai fitur kontras yang jelas dari AAE dan Bahasa Inggris Umum (General English, GE) dengan cara yang tidak kentara dan tidak ambigu untuk menjelaskan.Â
Ini menghasilkan lingkungan di mana kedua ragam menyimbolkan ideologi-ideologi tentang praktik budaya Afrika-Amerika. Dalam hal pilihan bahasa, Bahasa Inggris Umum adalah satu-satunya variasi bahasa yang dapat dipilih karena sering dipelajari dalam suasana formal di luar rumah dan dari mereka yang bukan anggota komunitas tutur.Â