Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Panjang Budaya Bambu di Banyuwangi

21 Januari 2022   05:00 Diperbarui: 9 Maret 2022   00:21 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival Angklung Paglak 2018. Dok. beritasatu.com

Hutan bambu luas yang masih tersisa di Banyuwangi berada di Taman Nasional Alas Purwo, Glenmore, dan Kalibendo. Hutan bambu merupakan ekosistem dominan di Alas Purwo karena sebagian besar kawasannya merupakan ekosistem karst dengan topografi landai hingga terjal. 

Penyebaran bambu merata di sepanjang tepi kawasan hingga kawasan inti di Pos Pancur. Ekosistem bambu di Alas Purwo ini masih terjaga karena masuk ke dalam pengawasan pihak Taman Nasional yang dijamin undang-undang. 

Legitimasi undang-undang, setidaknya, memberikan perlindungan kepada keberadaan jenis-jenis bambu di tempat ini. Meskipun demikian, masih ada saja pencurian terhadap jenis-jenis bambu tertentu seperti bambu tali. 

Kalau di Purwo saja bambu masih menjadi sasaran pencurian, apalagi di kawasan hutan yang tidak memiliki status taman nasional. Tingginya kebutuhan akan bambu dari jenis tertentu di masyarakat, menjadikan para pencuri selalu berusaha untuk mengambilnya dari kawasan hutan. 

Kenyataan ini membuktikan bahwa kebutuhan ekonomi seringkali melululantakkan lanskap alam dengan beragam makhluk hidup non-manusia di dalamnya. 

Berbagai argumen keselamatan lingkungan yang didengungkan rasa-rasanya tidak pernah digubris. Mendesakknya kebutuhan hidup, khususnya bagi mereka tidak memiliki akses ekonomi seperti sawah dan kebun, seringkali dimainkan oleh kelompok tertentu untuk membeli dan menjual kembali bambu yang mereka curi.

Di Glenmore, kawasan hutan bambu berada dalam kawasan Perhutani. Kawasan hutan bambu ini memang dilindungi sejak era kolonial karena berkaitan dengan tempat sumber air. Kawasan ini memang tidak terbuka untuk umum ataupun untuk kepentingan wisata karena keberadaannya difungsikan sebagai kawasan konservasi. Beberapa macam jenis bambu terdapat di kawasan ini seperti bambu petung, petung hitam, kuning, ori, Jepang, China, dan jenis-jenis lainnya.  

Secara ekonomis, wilayah ini tentu akan menghasilkan uang cukup banyak apabila dibuka untuk wisata minat khusus, bambu. Tentu, pihak Perhutani punya pertimbangan tersendiri untuk membiarkan kawasan hutan bambu ini sebagai wilayah konservasi. 

Ketika hutan bambu ini dijarah atau ditebang oleh warga atau korporasi, keberlangsungan sumber airnya bisa terancam dan menyebabkan krisis pertanian di banyak wilayah pertanian di Banyuwangi yang selama ini terkenal dengan produk-produk unggulannya. 

Di dekat kawasan ini juga terdapat kelompok pembibit bambu untuk kepentingan konservasi. Keberadaan para pembibit inilah yang bisa menjadi ‘kader-kader’ ekologis untuk terus mengembangkan ekosistem bambu di kawasan ini dan sangat mungkin ditularkan ke kawasan-kawasan lain. 

Dengan terjaganya kawasan hutan bambu di Glenmore, pasokan air tanah ke wilayah-wilayah di bawahnya bisa terjaga, meskipun karena faktor perubahan iklim dan semakin berkurangnya pohon-pohon endemik penahan dan penyimpan air menjadikan debet air berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun