Dengan begitu cepat, berita erupsi Gunung Semeru menyebarluas dalam platform media sosial (medsos) seperti Facebook, Twitter, Instagram, blog, grup WA, dan yang lain. Kecepatannya, bahkan, mengalahkan media arus utama, seperti koran dan televisi. Trending dan tagar pray for semeru, pray for Lumajang, dan yang lain cukup dominan mengisi lalu-lintas informasi di medsos.
Tidak lama kemudian, masih di hari yang sama dan sehari  berikutnya, bermacam ajakan berdonasi dari beragam kelompok, lembaga, pertemanan, institusi pendidikan, LSM, dan yang lain, mengalir deras di medsos. Bisa dikatakan medsos sebagai bentuk media baru (new media) berbasis internet yang memungkinkan semua orang berpartisipasi aktif dalam arus informasi memungkinkan dan mempermudah mobilisasi solidaritas lintas-batas. Tidak hanya dalam lingkup lokal dan nasional, tetapi juga internasional.
Partisipasi aktif para pemilik akun medsos dalam menyebarkan berita Semeru dan bermacam narasi yang menyertainya menjadikan orang tak lagi memandang batas agama, ras, etnis, gender, ataupun bangsa. Rasa kemanusiaan yang dipacu oleh massifnya kabar bencana, nyatanya, mampu mengatasi dan melampaui hambatan sosial, kultural, dan agama yang dalam kehidupan sehari-hari seringkali masih menjadi masalah. Â
Tindakan praksis mengumpulkan donasi dalam bentuk uang ataupun keperluan yang dibutuhkan warga terdampak erupsi Semeru mengindikasikan bahwa pewacanaan berita bencana di medsos tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi diikuti dengan tindakan-tindakan nyata.Â
Medsos menjadi medium sekaligus jembatan untuk mempercepat dan melipatgandakan solidaritas yang di zaman media arus utama masih harus menunggu waktu selama beberapa hari. Medsos mengatasi batasan waktu dan ruang, sehingga memungkinkan jutaan manusia berpartisipasi asip mereproduksi ucapan dan tindakan empati di seluruh dunia.
Realitas tersebut membuktikan bahwa di tengah-tengah kritik yang dilontarkan terhadap medsos terkait beragam dampak negatifnya, masih bisa kita temukan kekuatan dan kontribusinya terhadap bermacam masalah kebangsaaan, kemanusiaan, dan kebudayaan. Artinya, apa-apa yang bergerak lambat di dunia nyata, bisa dipercepat melalui media sosial. Percepatan dan kecepatan ini memang menjadi karakteristik "masyarakat jaringan" (network society)Â yang dimediasi oleh kecanggihan teknologi internet.
Dalam format lebih spesifiknya, masyarakat jaringan berbasis internet saat ini memunculkan "masyarakat medsos", sebuah tatanan masyarakat yang para warganya terhubung satu sama lain melalui bermacam platform medsos. Masyarakat ini tentu tidak memiliki konstitusi khusus sebagai dasar hukum. Mereka disatukan oleh kepentingan bersama untuk memaksimalkan manfaat dari medsos untuk kehidupan.Â
Meskipun tanpa legalitas kewarganegaraan, masyarakat medsos bukan berarti tidak memiliki kecintaan terhadap masing-masing negara atau daerah tempat mereka tinggal. Keterhubungan mereka dilandasi oleh prinsip-prinsip bersama untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai dan ikatan sosial melalui kecepatan arus informasi berbasis internet.