Sahabatku
Aku tulis sajak ini: ketika airmata mulai menetes mencari celah akan ingatan-ingatan lampau. Aku sendiri, kalian sendiri dalam gemerlap kamar tak diam. Ingatan-ingatan itu menerobos ke dalam pori-pori kulit mulai menua.
Kita pasti ingin kembali ke dalam masa-masa itu: ketika kenakalan bukanlah kesalahan; ketika orang tua selalu memaklumi; ketika para guru sesekali memukul dengan penggaris kayu.
Sungguh jauh untuk sekedar kita ceritakan kepada anak-anak. Biarlah sajak ini sekedar menuntun ingatanku: pada sebuah gubuk tempat berteduh yang kini hilang; pada sebatang sooka yang dijaga lelaki tua. Â Â
Jember, 23 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!