Dalam tradisi lisan masyarakat Jawa, kisah Damarwulan dan Anjasmoro merupakan salah satu epik yang sampai sekarang masih memukau. Kisah cinta yang melibatkan Anjasmoro, putri Patih Lohgender, petinggi Majapahit, dengan Damarwulan, seorang pemuda desa, tukang rumpat, begitu melegenda.Â
Kisah tersebut dikatakan berasal dari Serat Damarwulan yang ditulis oleh pujangga di Mataram Islam pada tahun 1736. Secara kritis, kisah Damarwulan ini bertujuan mendeligitimasi kekuasaan Blambangan di Jawa Timur (kumparan.com). Â
Terlepas dari persoalan tersebut, apa yang menarik dari kisah mereka berdua adalah kesetiaan sosok Anjasmoro. Ia menjaga kesetiaan hatinya, meskipun Damarwulan harus berjuang untuk mengalahkan Minak Jinggo dari Blambangan. Selain itu, ia harus merelakan Damarwulan berbagi hati dengan dua selir Minak Jinggo, Wahito dan Puyengan, serta Ratu Kencono Wungu.Â
Meskipun kebenarannya sulit dibuktikan secara historis, kisah cinta Damarwulan-Anjasmoro tetap menjadi inspirasi publik. Banyak pertunjukan kesenian, seperti janger, kethoprak, dan ludruk yang menggunakan lakon Damarwulan. Selain itu kisah ini juga menginspirasi lahirnya tari-tari garapan.Â
Keterkenalan kisan Damarwulan-Anjasmoro menginspirasi warga Dusun Paluombo, Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember, untuk menamai dua air terjun di sana dengan nama air terjun Damarwulan dan Anjasmoro. Posisi air terjun Damarwulan berada di bawah air terjun Anjasmoro.Â
Perihal pemberian nama tersebut, baru disematkan pada sekira tahun 2006 oleh pelaku seni Lipianto dan penggiat wisata Iwan. Nama tersebut dipilih, karena warga Sumbersalak secara turun-temurun mendengar tradisi lisan dari para leluhur yang mengatakan bahwa dari Dusun Paluombo Sumbersalak Damarwulan berasal. Tentu saja tradisi lisan ini tidak memiliki bukti historis.Â
Namun, kita patut mengapresiasi penamaan tersebut karena didasarkan pada tradisi lisan leluhur dan untuk memberikan nama yang berkesan kepada kedua air terjun tersebut.
Jadi, kedua air terjun tersebut berasal dari satu sungai yang sumber airnya berasal dari kawasan Gunung Raung di perbatasan Jember-Banyuwangi. Namun, kalau kita ke sana, harus melewati Damarwulan terlebih dulu sebelum naik ke Anjasmoro. Kedua air terjun tersebut terbilang tidak terlalu tinggi dan mudah dijangkau.
Air terjun Damarwulan dikenal publik dengan sebutan mini Niagara, karena bentuknya yang kalau difoto mirip dengan air terjun Niagara, cuma dalam ukuran kecil. Karena airnya yang tidak begitu deras, banyak pengunjung, terutama remaja dan anak-anak yang melompat dari air terjun. Sebagian lagi bermain air dan mandi sepuasnya. Untuk anak-anak tentu harus didampingi orang tua atau saudara/kerabat yang lebih tua.Â