Perubahan dunia akibat virus Covid-19 mempengaruhi berbagai sendi kehidupan. Tidak hanya membawa dampak besar pada sektor kesehatan secara khusus, namun juga ke sektor perekonomian, pemerintahan, serta mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Adanya pembatasan jarak fisik untuk meminimalisir menularnya virus Covid-19 telah menimbulkan dampak pada kesehatan mental seseorang terutama mengenai munculnya fenomena kesepian. Artikel yang saya tuliskan sebelumnya membahas dampak pandemi terhadap munculnya fenomena kesepian pada hampir sebagian besar manusia di dunia.
Siap atau tidak, mau atau tidak saat ini manusia dituntut untuk bisa beradaptasi dengan kesepian yang dirasakan.
Mengapa tidak semua orang memiliki kemampuan respon yang sama untuk beradaptasi dengan kesepian?
Dua orang peneliti yaitu Padmanabhanunni & Pretorius (2020) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki resiliensi dan efikasi diri yang baik dipredikasi lebih baik dalam merespon stres. Resiliensi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bangkit dan beradaptasi dari masalah serta keterpurukan. Sedangkan efikasi diri berkaitan dengan kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dan kapasitasnya sendiri dalam menghadapi masalah.
Apakah resiliensi dan efikasi diri tersebut bisa ditingkatkan? Jawabannya adalah IYA. Pertanyaan selanjutnya apakah kamu siap dan mau?
Berikut adalah tips yang ingin saya bagikan. Harapannya dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan ketrampilan pembaca untuk menghadapi dan membersamai kesepian.
1. Mengenali dan menerima apa itu kesepian.
Langkah awal adalah mencari alasan mengapa rasa kesepian tersebut muncul. Cari sumber dari penyebab timbulnya rasa kesepian, apakah karena menjalani isolasi akibat penyakit, tinggal jauh dan tidak bisa bertemu keluarga, atau merasa dikucilkan dari lingkungan.Â
Mencari tau sumber masalah yang menimbulkan rasa kesepian dalam diri akan membantu kita menemukan solusi yang sesuai.
Langkah berikutnya adalah menerima kesepian secara objektif sama seperti menerima fakta bahwa kita sebagai manusia bisa merasa lapar.
Merasa kesepian bukanlah sesuatu aib yang memalukan sehingga patut ditutup rapat dan disembunyikan dari orang lain.
Kesepian merupakan sinyal yang dikirim saat tubuh merasa kurang dalam pemenuhan kebutuhan akan interaksi dan hubungan sosial dengan orang lain. Sama halnya ketika kita merasa lapar karena tubuh butuh makan. Tubuh akan mengirimkan sinyal misalnya perut menjadi keroncongan, badan terasa lemas, atau kepala pusing.
Kesepian terjadi karena pada dasanya manusia adalah makhluk sosial.Â
Manusia cenderung berusaha membangun hubungan dengan orang di sekitarnya agar tidak merasa sendiri. Sejak jaman manusia purba, nenek moyang kita sudah hidup berkelompok. Mereka merasa lebih aman dari serangan hewan buas ketika bersama-sama dan merasa diuntungkan bila harus mencari makan dalam kelompok.
2. Ekspresikan emosi dan perasaan yang muncul.
Memendam emosi negatif  seperti sedih, kecewa, marah, khawatir dan membiarkannya menumpuk dapat mempengaruhi kondisi psikis yang berdampak pada penurunan imunitas tubuh dalam melawan penyakit.Â
Padahal menjaga imunitas tubuh mutlak diperlukan untuk meningkatkan efektivitas tubuh melawan virus Covid-19.
Ada baiknya emosi negatif tersebut di ekspresikan dengan cara positif dan kegiatan produktif misalnya menekuni hobi lama atau mencari hobi baru. Kamu bisa menggambar, mendengarkan musik, melukis, menonton film baru, fotografi, dan mencoba resep baru.Â
Kamu bisa juga melakukan journaling atau menulis di jurnal. Misalnya menuliskan peristiwa yang terjadi sehari-hari dan bagaimana perasaanmu akan peristiwa tersebut. Kamu juga bisa menuliskan hal-hal yang kamu syukuri setiap harinya. Misalnya menuliskan rasa syukur bisa menghirup udara pagi atau bersyukur masih bisa menikmati secangkir coklat hangat di malam yang dingin.
3. Lakukan aktivitas fisik yang memerlukan gerakkan tubuh.
Pembatasan jarak sosial bukan berarti membuat kita tidak bisa melakukan apapun sehingga memilih untuk diam bahkan kemudian hanya menghabiskan waktu dengan rebahan sepanjang hari bahkan sepanjang minggu.
Gerakkan badanmu dan rasakan perubahan nyata pada suasana hatimu!
Lakukan aktivitas seperti berolahraga atau sekedar berjalan-jalan di sekitar rumah. Ikuti kelas olahraga secara daring misalnya mengikuti kelas yoga online. Dengarkan musik dan biarkan tubuhmu menari mengikuti irama.
Kegiatan lain misalnya membersihkan dan menata ulang kamar atau bagian rumah yang lain untuk mendapatkan suasana baru. Selain itu bermain dengan hewan peliharaan dan melakukan aktivitas berkebun dapat menjadi alternatif yang bisa dicoba untuk menggerakkan tubuh.
4. Bersikap aktif dalam mencari dukungan sosial.
Menghadapi pandemi ini yang harus kita batasi adalah jarak fisik dengan orang lain untuk mencegah penularan virus Covid-19. Namun kita tetap bisa mempertahankan hubungan sosial kita dengan orang lain secara optimal dengan memanfaatkan teknologi.
Cari dan bergabung dengan komunitas online yang menghubungkanmu dengan orang lain yang memiliki kesamaan minat. Misalnya komunitas pecinta tanaman, pecinta hewan, penyuka film, dan lain-lain. Kesamaan minat akan mempermudah kamu menjalin komunikasi dan interaksi dengan orang baru.
Ada pula grup dukungan yang bisa dicari dan ikuti, misalnya grup dukungan pasien, grup dukungan orang dengan penyakit tertentu, maupun grup orang yang sedang berjuang mengatasi kesepiannya.
Atau kamu dapat mencari minimal satu orang yang dipercayai dan juga mempercayaimu. Berinteraksilah secara teratur melalui telepon dan panggilan video bila tidak bisa bertemu secara langsung. Keterbukaan mengenai perasaan masing-masing membantu seseorang bertahan dalam kesepian. Kamu bisa melakukan aktivitas bersama dengan orang tersebut meskipun berjauhan, misalnya menonton film dalam waktu bersamaan.
5. Jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Kamu bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial untuk membantu orang lain. Jadilah bagian dari suatu hal yang lebih besar dari dirimu sendiri.
Membantu orang lain serta membuat orang lain bahagia  secara tidak langsung akan mengaktifkan hormon yang mempengaruhi perasaan bahagia dan sejahtera dalam tubuh.Â
Hal ini juga akan meningkatkan rasa keterhubungan kita dengan orang lain secara lebih luas. Kekinian pilihan untuk terlibat dalam kegiatan sosial misalnya dengan berdonasi dapat dilakukan dengan bantuan internet melalui aplikasi atau media sosial lain.
6. Jaga kondisi tubuh.
Mens sana in corpore sano, adalah sebuah kutipan yang berarti di dalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa Yang Kuat.
Mengkomsumsi makanan bergizi, minum air putih cukup, dan tidur cukup kurang lebih 7-9 jam perhari akan membuat diri lebih baik secara fisik. Keadaan fisik yang sehat mempengaruhi kondisi  mental yang sehat dan pada akhirnya meningkatkan fungsi imun tubuh melawan penyakit dan virus.Â
7. Memaafkan diri dan bersikap menyayangi diri sendiri.
Tiada gading yang tidak retak, peribahasa tersebut menggambarkan tidak ada hal yang sempurna di dunia termasuk kita manusia. Â Bersikap baik dan maafkanlah kekurangan diri yang membuatmu tidak sempurna. Mungkin kamu sudah melakukan banyak usaha untuk memenuhi harapanmu namun merasa gagal karena hasilnya tidak sesuai. Janganlah merasa terlalu kecewa sehingga membuatmu semakin kesepian.
Berbaik hatilah! rangkul dirimu dan terima kekuranganmu.
Tidak apa kamu masih bisa mencoba karena gagal terjadi ketika kamu memutuskan untuk berhenti mencoba.
Lakukan afirmasi positif atau memberikan kata-kata bernada positif pada diri.Â
Kamu bisa bicara kata-kata positif  mengenai dirimu melalui bantuan cermin. Hal tersebut dapat dilakukan setiap pagi sebelum beraktivitas atau malam hari sebelum beristirahat. Ucapkan kalimat tersebut berulang kali sampai kamu merasakan emosi positif muncul di dalam dirimu setiap hari. Berikan kata-kata positif yang membangkitkan rasa optimis dan bahagia pada dirmu sendiri seperti:
"aku memaafkanmu, dan aku yakin kamu bisa berusaha lebih baik lagi"
"terimakasih, kamu  berhasil melewati hari ini dengan baik"
"aku mencintaimu, kamu memiliki orang-orang yang mencintaimu, dan kamu berharga"Â
8. Mencari bantuan professional.
Bila cara-cara di atas dirasa belum cukup membantu untuk merasa lebih baik, kamu juga bisa mengakses pelayanan kesehatan jiwa secara daring maupun secara langsung dengan mendatangi puskesmas dan rumah sakit.Â
Cari professional seperti psikolog ataupun psikiater di layanan kesehatan jiwa dan ceritakan keluhanmu pada mereka. Â Misalnya kamu dapat memanfaatkan layanan kesehatan jiwa yang diberikan gratis oleh pemerintah melalui Sehat Jiwa atau "Sejiwa" dengan menghubungi 119 ext.8.
I just wanna be happierÂ
Aku hanya ingin merasa lebih bahagia
Chagaun nal neokyeojwo
Tolong cairkan diriku yang beku ini
Sueobsi naemin naui son
Berulang kali ku ulurkan tanganku
Saekkkal eobsneun meariÂ
Yang disambut oleh gema tak bewarna
Merupakan lirik favorit saya dari album BTS (Beyond The Scene alias Bangtan Sonyeondan) 'BE' yang berjudul "Blue & Grey" . Â V alias Kim Tae-hyung, anggota sekaligus pembuat lagu mendeskripsikan warna biru dan abu-abu sebagai simbol emosi yang kuat dari kesedihan, kecemasan, dan depresi.
Bagi saya lagu tersebut menceritakan perasaan seseorang yang mampu bangkit dari rasa kesepian yang ditimbulkan oleh kesedihan dan depresi, khususnya yang dirasakan selama masa pandemi. Lagu dengan makna sedih yang dalam namun dinyanyikan dengan balutan melodi indah membuat hati merasa tenang dan hangat.
Sebagai salah satu bagian dari keluarga besar ARMY (sebutan nama fandom untuk penggemar BTS) lagu ini membuat saya merasa sedih sekaligus bahagia ketika mendengarkannya. Saya merasa sedih karena melodinya terdengar mendayu-dayu dan membuat saya ikut merasakan kesedihan yang tersampaikan dalam lagu.
Namun disaat bersamaan lagu ini membuat berpikir bahwa saya tidak sendiri. Muncul kebahagiaan dan harapan dalam diri. Setidaknya lagu ini menyadarkan bahwa saya bukanlah satu-satunya manusia di dunia yang merasa terisolasi dan berjuang sendiri dari rasa tidak berdaya melawan kesedihan. Lagu ini memberikan semangat bagi saya dan para pendengar di tengah hilangnya harapan, kecemasan, serta terpaan rasa kesepian akibat pandemi Covid-19 yang tidak berkesudahan.
Bagi kamu yang sedang merasa kesepian di luar sana, ya kamu!, saya bicara pada kamu.
Percayalah kamu tidak sendirian menghadapi kesepian ini. Kesepian kini bukan hanya milikmu sendiri, kita sedang bersama menghadapi kesepian ini. Dan saya berharap kita akan bersama bangkit dari kebekuan ini.
SUMBER REFERENSI:
Padmanabhanunni, A & Pretorius, T.B., 2021. The Unbearable Loneliness of Covid-19: Covid-19-related Correlates of Loneliness in South Africa in Young Adults. Psychiatry Research, 296 (2021)
Resensi Lagu BTS, "Blue & Grey": Menemukan Harapan dalam Kesuraman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H