Akhirnya diantara wajah para tamu kembali kutemukan wajah kekasihku. Dengan satu tarikan nafas kumantapkan hatiku untuk mendekati kekasihku. Melewati puluhan wajah yang tak ku pedulikan dan beberapa pelayan yang hampir kutabrak. Mataku terus menuju pada wajah kekasihku.
Sekarang aku sudah berada dihadapan kekasihku. Wajahnya nampak berseri seri. Ku sapa dia, ku sebut namanya dan ku coba mengingatkan kembali tentang masa lalu. Tapi wajah yang tadi berseri-seri kini berubah menjadi wajah yang ketakutan. Ku pegang tangannya tapi dia tarik kembali dan berusaha menjauh dariku. Kukejar kekasihku. Seseorang menghalangiku. Terjadi keributan kecil. Tak lama kemudian para profesional itu menghampiriku. Dengan diapit kiri dan kanan dibimbingnya aku keluar ruangan. Aku berontak sambil terus berusaha menengok kearah kekasihku berdiri. Tapi perlahan wajah kekasihku berubah menjadi wajah orang lain. Kulihat lagi dengan seksama, ya wajah kekasihku telah berubah menjadi wajah yang lain. Padahal tadi sudah ku tepak pipiku dan terasa sakit yang berarti kalau tadi aku tidak mimpi. Kepalaku pening.
Para profesional itu terus menyeret dan melemparku keruang ruangan. Aku jatuh tersungkur. Kepalaku semakin pening. Diantara bintang yang berputar diatas kepalaku, terlintas satu wajah yang sangat ku kenal. wajah kekasih yang tak boleh aku kawini.
Pasar Minggu, 22 Februari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H