Â
Identitas Mata Kuliah Nama Mengajar
Identas Pengampu Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah
Nama
NIM
Mata Kuliah (SKS)
Semester
:
:
:
:
:
Komunikasi Antar Pribadi
Apniel Degei
2021011084021
2
II (Genap) 2021/2022
Habel Saud,SPd,M.Pd.,Kons
NIP: 197708152005011007
II. Memahami Pentingnya Komunikasi Antar Pribadi
kurangnya komunikasi antar pribadi menyebabkan seseorang susah untuk berinteraksi dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan kemampuan untuk memahami orang lain.
Dengan keterampilan komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk bisa berinteraksi dengan orang lain dan hal ini memberikan nilai yang positif kepada semua orang. Menurut Michaels (2011) mengatakan bahwa keterampilan interpersonal adalah ciri khas yang digunakan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki kemampuan interpersonal biasanya dianggap sebagai orang yang optimis, percaya diri, dan memiliki keterampilan menawan atau menarik bagi orang lain
1. Hambatan Dalam Berkomunikasi
Salah satu hambatan dalam berkomunikasi yaitu hambatan sikap dan hambatan sistematis. Hambatan sikap komunikasi bisa terjadi karena adanya konflik kepribadian dan kurangnya motivasi. Sehingga penerima pesan yang efektif harus mengatasi hambatan sikap meraka untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif.
Hambatan sistematis berkomunikasi mungkin ada berupa struktur dan organisasi di mana ada system informasi yang tidak efesiensi atau tidak dalam saluran komunikasi, dan di mana dalam hambatan ini ada kurangnya dengan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab dalam berkomukasi. Dalam melakukan organisasi tersebut, individu mungkin tidak jelas dari peran mereka dalam proses komunikasi dan oleh karena itu individu tidak tahu apa yang diharapkan dari mereka.
2. Pentingnya Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal sangat penting untuk memahami perkembangan dan kepribadian seseorang. Melalui interaksi dengan orang lain, dapat mengetahui kebiasaan dan gaya hidup yang berbeda-beda.
Menurut William Schutz (1996) seorang tokoh psikolog mengatakan bahwa hubungan interpersonal tergantung dari seberapa baik hal tersebut berkaitan dengan tiga kebutuhan dasar.
Kebutuhan yang pertama adalah afeksi, yaitu keinginan untuk memberikan dan mendapatkan kasih sayang. Kebutuhan kedua adalah inklusif, yaitu keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu. Dan kebutuhan ketiga adalah control, yaitu kebutuhan untuk menghargai orang atau peristiwa dalam kehidupan.
3. Permasalah yang Sering Muncul Dalam Berkomunikasi
Berdasarkan berbagai permasalahan yang ada, bahwa ada beberapa orang yang belum bisa berkomunikasi dengan baik dan merasa kesulitan untuk berkomunikasi.
Seseorang yang memiliki sikap seperti itu ketika berkomunikasi biasanya memiliki sikap pasif (menerima saja), tidak jujur dalam berkomunikasi, tidak menerima kritik dan saran dari temannya, dan susah dalam bergaul. Perilaku yang seperti itu akan sangat mempengaruhi seseorang nantinya terhadap lingkungan yang baru.
Beberapa orang tidak bisa berkomunikasi dengan baik dikarenakan orang tersebut tidak bisa menemukan kata yang tepat karenanya apa yang mereka katakan hanya dapat membingungkan. Dan ada juga orang yang terlalu banyak berbicara yang tidak penting sehingga memunculkan banyak argument dan hal-hal yang buruk.
4. Lima Prilaku Dalam Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) ada lima efektivitas komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan (Openness), perilaku positif (Positiviness), empati (Empathy), perilaku suportif (Suportiveness),dan kesamaan (Equality).
Keterbukaan (Openness). Kedekatan antar peribadi mengakibatkan seseorang mampu dan bisa menyatakan pendapat dengan bebas dan terbuka. Kebebasan dan keterbukaan akan mempengaruhi berbagai bentuk pesan verbal maupun non verbal. Hal ini tidak berarti seseorang harus menceritakan semua latar belakang tentang kehidupannya, akan tetapi yang terpenting jika seseorang ada kemauan untuk membuka dirinya pada masalah-masalah umum.
Prilaku positif (Positiviness). Komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, komunikasi interpersonal akan terlihat baik jika suatu perasaan positif ketika sedang berkomunikasi yang baik dengan orang lain, suatu perasaan positif akan bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.
Empati (Empathy). Dengan kerangka empati ini kemampuan seseorang akan memahami posisinya untuk memberikan penilaian terhadap perilaku atau sikap orang lain sebagai prilaku atau sikap yang salah atau benar.
Prilaku suportif (Suportiveness). Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila di dalam diri seseorang mempunyai prilaku yang positif. Menurut Devito (2011) ada tiga prilaku yang menimbulkan prilaku suportif, yaitu deskriptif, spontanitas dan profesionalisme.
Deskriptif artinya seseorang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal, seseorang yang memiliki prilaku deskriptif biasanya orang tersebut tidak merasa di hina akan tetapi orang tersebut merasa bahwa dirinya di hargai.
Spontanitas artinya sesorang yang terbuka dan terus terang tehadap apa yang dipikirkannya, seseorang yang memiliki perilaku spontanitas biasanya akan dianggap memiliki sikap terbuka dan terus terang.
Profesionalisme artinya seseorang yang memiliki sikap berpikir yang terbuka, sehingga ada kemauan untuk mendengar tentang pandangan yang berbeda dan bersedia untuk menerima pendapat orang lain, seseorang yang memiliki prilaku profesionalisme biasanya tidak bertahan dengan pendapatnya sendiri.
5. Tiga Faktor Menumbuhkan Komunikasi Interpersonal
Proses dari komunikasi interpersonal harus mengetahui faktor-faktor untuk menumbuhkan komunikasi interpersonal. Menurut Ngilimun (2018), ada tiga faktor yang menumbuhkan komunikasi interpersonal diantaranya yaitu :
Percaya diri, untuk menumbuhkan komunikasi interpersonal harus mempunyai sikap yang percaya diri. karena faktor tersebut yang paling mempengaruhi komunikasi interpersonal. Ada tiga faktor utama yang menumbuhkan sikap percaya diri yaitu menerima, empati dan kejujuran.
Sikap suportif, merupakan sikap yang mengurangi sikap defensife dalam berkomunikasi, yang dapat mempengaruhi terjadinya faktor personal seperti kecemasan, ketakutan, dan kekawatiran yang dapat menyebabkan komunikasi interpersonal menjadi gagal. Karena orang yang memiliki sikap defensife akan melindungi dirinya sendiri dari ancaman.
Sikap tebuka, untuk menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif yaitu dengan sikap yang saling percaya dan sikap suportif, dengan sikap tersebut mendorong timbulnya saling pengertian dan saling menghargai . Komunikasi yang memiliki sikap terbuka di harapkan tidak ada hal-hal yang tertutup sehingga apa yang ada di dalam diri sendiri, akan di ketahui oleh orang terdekat.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa komunikasi interpersonal sangat penting dalam berinteraksi dengan orang lain, akan tetapi masih ada permasalahan terhadap seseorang untuk bisa berinteraksi dengan orang lain yaitu kurangnnya pemahaman tentang cara berkomunikasi dengan baik dikarenakan orang tersebut tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Sehingga efektivitas komunikasi interpersonal dapat tercapai apabila seseorang memiliki prilaku positif, empati, keterbukaan, kesamaan dan suportif. Dengan menumbuhkan kepercayaan diri juga dapat memudahkan seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H