saat itu tepat pukul 02.30 dimana Istriku memintaku mengantarkanya ke sebuah klinik yang letaknya cukup jauh dari rumah kami. Ya.. di dua pertiga malam itu istriku merasakan perutnya sakit sebagai tanda bahwa ia akan segera melahirkan akan kedua kami. Dengan sepeda motor aku mengantar istriku dan meninggalkan putra kami yang masih berusia 3 tahun itu tidur sendirian dirumah.
Aku sering ke klinik itu mengantarkan Istriku memeriksakan kandungannya sehingga aku sangat hapal kondisi jalanan di sana. Namun Kali ini perjalanan yang kurasakan ini sepertinya berbeda dan teramat jauh  untuk segera dicapai. Mungkin karena kondisi jalan yang rusak dan ditambah lagi hujan yang turun seolah membentakku " hei hari ini sangat dingin bro!! mana jaketmu?? ".
Kedinginan?? Â tentu saja kami kedinginan, mataku juga sakit terkena butiran2 hujan yang seolah menusuk mataku. berkali-kali kuusapkan tangan ini untuk menyeka wajahku yang basah dan mataku yang sakit akibat hujaman butiran-butiran hujan. Begitupun tak kuhiraukan, tujuanku hanya satu yaitu segera sampai ke tujuan.
Akhirnya kami tiba dan aku sudah siap untuk mendampingi Istriku dalam proses persalinannya, namun aku juga merasa sedih meninggalkan putra kami sendirian di rumah, kami tidak mengajaknya karena dia masih tertidur nyenyak dan kasihan kalau harus dibangunkan.
Aku harus memilih antara menemai istriku atau pulang menemani putra kami. Sebenarnya aku ingin pulang saja  namun tak berani mengatakannya karena aku tahu bahwa saat ini istriku sedang menyabung nyawa untuk anak kedua kami. Disisi lain aku bingung jika seandainya putra kami terbangun dan mencari kami lalu dia akan menagis sejadi-jadinya.
Aku bingung.. apa yang harus aku lakukan saat itu.. sempat terbersit keinginan untuk menelpon seseorang agar ada yang menjaganya tapi ku urungkan karena aku tidak ingin merepotkan orang lain.
Ditengah kegalauan itu tiba-tiba aku mendengar suara istriku " kakak pulang saja, temani putra kita yang sedang tidur sendirian itu, karena dia lebih membutuhkan kakak daripada saya. pulanglah, kasihan putra kita. saya tidak apa-apa sendirian di sini".
Aku segera bergegas pulang setelah berpamitan dengan istriku. Selama perjalanan pulang aku menangis karena terharu akan pengorbanan istriku dan kasih sayangnya kepada putra kami. Dalam hati aku bersyukur telah diberikan istri yang hebat dan kuat. Alloh telah menitipkan orang yang hebat untuk mendampingiku mengarungi luasnya samudra kehidupan yang fana ini, maka aku akan menjaganya dengan sepenuh hatiku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI