Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebagai salah satu organisasi Cipayung menemui Dies Natalis ke-73 pada hari ini, Kamis, 9 Februari 2023.
Momentum Dies Natalis menjadi kesempatan refleksi dan berbenah, baik secara eksternal maupun internal. Proses bertransformasi dimulai dari metode atau budaya ber-PA GMKI yakni diskusi dan ceramah.
Selain itu, proses mentransfer ide, perubahan, konsep, dan lainnya dapat disampaikan melalui sambutan. Menyampaikan pesan melalui sambutan singkat bisa dalam berbagai kesempatan. Termasuk kesempatan atau momentum Dies Natalis GMKI ke-73.
Di bawah ini saya akan merekomendasi contoh sambutan singkat tentang Dies Natalis GMKI ke-73 yang penuh makna.
Shalom,
Selamat pagi, siang, malam.
Yang terhormat Ketua Majelis GMIT Klasis Timor Tengah Utara (TTU)
Yang saya hormati rekan-rekan BPC GMKI Kefamenanu
Yang saya hormati Bung/Usi Pengurus Komisariat, baik itu Komisariat Yusuf, Rabuni, dan Penabur Benih
Serta yang saya cintai dan banggakan Bung/Usi anggota GMKI Cabang Kefamenanu.
Sebagai insan yang beriman, dan sebagai anak Gerakan, sepatutnya kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas penyertaan dan pertolongan-Nya.
Kehadiran GMKI di tengah-tengah gereja, perguruan tinggi, dan masyarakat telah mendapati banyak hal positif. Selain itu, GMKI tidak terlepas dari berbagai tantangan, sebagaimana yang dimaknai dalam filosofi warna logo GMKI.
Momen Dies Natalis GMKI ke-73 ini, kita perlu lebih banyak menggali apa makna sesungguhnya dari nilai dan prinsip organisasi kita.
Prinsip dan nilai sebagai salah satu fondasi duduk berdirinya organisasi ini, sebagai anggota GMKI, merefleksikan prinsip dan nilai sangat penting.
Jika melihat kondisi internal GMKI saat ini, baik itu di kancah nasional dan maupun cabang, kita diperhadapkan dengan keadaan yang gejolak kepentingan di Pengurus Pusat yang belum juga diselesaikan hingga saat ini.
Dengan kondisi ini, nilai dan prinsip menjadi satu hal urgen yang harus didalami agar hal-hal yang merujuk pada kepentingan struktur bukan semata-mata menjadi kesempatan berkuasa.
Yang perlu kita tanamkan adalah bagaimana kader GMKI mampu memahami prinsip dan nilai GMKI dan diterapkan dalam diri masing-masing. Jika setiap orang GMKI telah matang secara karakter dan proses kaderisasi maka seharusnya konflik berkepanjangan seperti yang sementara terjadi antara kubu Ketum dan Sekum tidak terjadi.
Pada kesimpulannya, baik itu prinsip dan nilai maupun konstitusi GMKI yang telah dibangun oleh para Founding Fathers seperti Johannes Leimena perlu dijawantahkan dalam kehidupan organisasi, kita tidak boleh mengambil sebuah asumsi liar diluar aturan organisasi untuk memuluskan kepentingan diri sendiri.
Namun di atas segalanya, kita harus menerapkan kepemimpinan ala Sang Kepala Gerakan yakni Yesus Kristus yang mana kepemimpinan kasih menjadi fondasi pelayanan-Nya di tengah-tengah dunia.
Demikian sambutan singkat tentang Dies Natalis GMKI ke-73, mohon maaf jika penyampaian saya menyinggung dan menyakiti hati Bung dan Usi sekalian. Teriring salam dan doa tulus, Ut Omnes Unum Sint.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H