A. PENDAHALUANÂ
Perubahan Iklim merupakan permasalahan global yang banyak di perbincangkan saat ini, penanganan perubahan iklim sendiri terlah tercantum dalam dokemen Tujuan Pembangunan Berkalanjutan (SDGs) sehingga diharapkan dapat diimplementasikan oleh negara-negara yang tergabung dalam angota perserikatan bangsa-bangsa. Perubahan iklim berdasarkan undang undang nomor 31 tahun 2009 menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmofer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamia yang teamati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Sementara menutur IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim adalah perubahan yang merujuk variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau variabilitasnya yang nyata secara sistematik untuk jangka waktu yang panjang (bisa dekade atau lebih). Pemanasan Global merupakan faktor utama terjadinya perubahan iklim.Â
Pemanasan global sendiri terjadi akibat meningkatnya kosentrasi gas rumah kaca (CO2, metana dan gas lainya) ke atmofer bumi dan terjebak disana. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan bakar fosil, deforestarsi, membuang sampah sembarangan dan lainnya merupakan salah satu unsur percepatan pemanasan global sehingga terjadinya perubahan iklim. Dampak negatif perubahan iklim pun sangatlah besar terutama kepada wilayah kepulauan dengan mayoritas masyarakat bertempat tinggal daerah pesisir, berdasarkan RAN API mengemukakan bahwa daerah Kepulauan merupakan daerah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim msalnya dari sektor perhubungan akan terganggu akibat gelombang laut semakin besar, valume air laut semakin meingkat sehingga berdampak terhadap pemukiman masyarakat pesisir, kekeringan atau curah hujan ekstrim akibat perubahan iklim dan masih banyak lagi.
Permasalahan ini perlu di responi terutama indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan mayoritas masyarakatnya bertempat tinggal didaerah pesisir. Kerjasama dari berbagai pihak pun diperlukan terutama para generasi muda yang merupakan agen perubahan yang diyakini akan berdampak terhadap sekitarnya. Youth Cam for Future Leader on Environment merupakan kegiatan yang diselengarakan oleh BLU BPDLH (Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup) dengan memilih 76 peserta terbaik dari seluruh Universitas di Indoensia bermaksud untuk menumbuhkan awareness generasi muda, Gen Z Indonesia terhadap pengelolaan perlindungan lingkungan hidup yang kemudian diharapkan dapat menularkan kepeduliannya kepada circle yang mereka miliki seperti komunitas, mereka miliki seperti komunitas, lingkungan rumah, kampus, dan lainnya.
Kegiatan Youth Cam for Future Leader on Environment diselengarakan dalam bentuk daring dan luring. Kegiatan daring berupa Class online selama 4 hari peserta diberikan memahaman tentang lingkungan selanjutnya kegiatan luring berupa fiel trip selama 4 hari yang dibagi dalam 4 beach dengan kota tujuan yang berbeda. Beach 4 merupakan gelombang terakhit dengan kota tujuan Jakarta-Tangerang dimana dalam fiel trip ini peserta akan mengunjugi tempat-tempat edukasi lingungan sehingga peserta dapat belajar secara langsung serta mempraktekkannya. Salah satu tempat yang di kunjungi yaitu Taman Wisata Alam Angke Kepuk, ini merupakan tepat wisata eduksi magrove yang mendapatkan ijin pengusahaan wisata alam. TWA Angkek Kapung yang diberikan kepada PT MURINDRA KARYA LESTARI Sejak 1997 dengan tujuan mengembangkan TWA Angke Kapuk sebagai sarana pariwisata alam sekaligus mempertahankan kelestarian fungsi mangrove sebagai penyangga kehidupan.
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyababkan kerusakan hutan mangrove di kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk serta bagaimana strategi pengelolaan hutan mangrove di Taman Wisata Alam Angke Kapuk.Â
B. PEMBAHASANÂ
1. Faktor-faktor yang Menyababkan Kerusakan Hutan Mangrove di Kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk
Seperti yang diketahui bahwa Hutan Mangrove merupakan ekosisten yang berada dikawasan tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga selalu tergenang air laut. Manfaai dari mangrove sangat besar misalnya sebagai mitigasi bencana seperti tangul alami, abrsi, gelombang pasang (rop) serta dapat menjadi penetralisir pencemaran air pada batas ternetntu. Selain itu manfaat lain dari mangrive sebagai obyek daya taik wisata alam dan atraksi ekowisata (Sudiart, 2006; Wiharyanto dan Laga 2010). Mangrove juga mempunyai fungsi sebagai habitat berbagai satwa, karena merupakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting dan udang. Tak hanya itu mangrove juga berfungsi dalam penyerapan karbon dioksida (CO2), merupakan salah satu dari gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Namun masih banyak juga mangrove yang rusak akibat bencana alam dan aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Taman Wisata Alam Angke Kapuk yang mempunyai Luas 99,82 Ha dan Jenis-jenis mangrove yang terdapat dalam kawasan diantaranya Api-api (Avicennia marina), Bakau (Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa), Bidara (Sonneratia caseolaris), Buta-buta (Exocecaris agallocha), Cantinggi (Ceriops sp.) serta Warakas (Acrosticum areum) tentunya mengalami kerusakan.
 Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan mangrove antara lain:Â