Mohon tunggu...
Defri Natan
Defri Natan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UKSW Salatiga

Program Studi S1 Psikologi UKSW, Anggota GMKI Cab. Salatiga, Ketua Senat Mahasiswa Universitas UKSW periode 2018/2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Anxiety/Kecemasan

11 Mei 2020   23:59 Diperbarui: 20 Mei 2020   00:12 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak orang memiliki pengalaman tidak nyaman ketika hendak melakukan hal tertentu seperti bertemu dengan orang baru, berbicara di depan umum, menghadapi ujian sekolah, mengikuti tes wawancara kerja atau mengkhawatirkan banyak hal dari A-Z. Khawatir berlebihan secara tidak langsung menimbulkan tekanan atau stres disertai gejala seperti tegang pada otot, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, pencernaan terganggu, susah tidur dan dampak buruk lainnya. Pengalaman demikian bisa disebabkan oleh anxiety atau kecemasan.

Kecemasan

Kecemasan merupakan respon seseorang dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya suatu ancaman sehingga menimbulkan ketidaknyaman dan kekhawatiran (DSM-V, Hal. 189). Olivia Remes dari University of Cambridge dalam acara TedX Talk (2017) mengatakan bahwa kecemasan adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum terjadi. Satu dari empat belas orang di dunia kemungkinan mengalaminya dan rentan menjadi depresi yang dapat meningkatkan resiko bunuh diri, ketidakmampuan melakukan aktivitas dengan normal.

Berbeda dengan rasa takut yang merupakan respon emosional seseorang ketika dihadapkan suatu ancaman nyata atau yang dianggap membahayakan dan terjadi disaat itu juga. Misalnya bertemu dengan seekor binatang buas di tengah hutan dan secara spontan mendesaknya untuk segera melakukan sesuatu apakah melawan atau lari menjauh (DSM-V, Hal. 189).

Kadang-kadang perilaku menghindar dapat menurunkan tekanan pada ketakutan maupun kecemasan. Menghindari binatang buas merupakan pilihan yang tepat karena tidak memiliki resiko yang cukup tinggi dibandingkan harus menantang hewan buas tersebut. Namun, ini tidak terlalu berlaku untuk pekerjaan dan tanggung jawab yang memang harus diselesaikan. Beberapa orang memilih untuk menghindar demi mendapatkan rasa aman semu. Alih-alih mendapatkan rasa aman, mereka malah menambah masalah baru. Untuk itu, setiap orang perlu menghadapi dan belajar menyelesaikan permasalannya masing-masing.

Mengatasi Kecemasan

Setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam mengatasi kecemasannya. Misalnya mendengarkan musik, bernyanyi, melakukan joke, stretching dan lain-lain. Beberapa di antaranya memilih menemui profesional (psikolog, dokter jiwa) atau mengkonsumsi obat-obatan antidepresan (obat yang memberikan efek tenang). Namun, berbagai upaya yang dilakukan pastinya memiliki hasil yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan dan kemampuan adaptasi masing-masing orang.

Selain upaya di atas, ada tiga tips yang bisa dilakukan dan latih untuk mengatasi kecemasan (Olivia, 2017).

Pertama, Memegang kendali atas diri sendiri. Beberapa orang mencemaskan berbagai hal seperti tidak memiliki kelebihan, tidak layak mengambil tanggung jawab, di pikiran mereka selalu menuntut hasil yang sempurna, atau mengikuti standar orang lain yang mungkin terlalu tinggi untuk dicapai sehingga kondisi seperti itu tidak jarang membuat mereka tertekan, frustasi dan mengurungkan niat sama sekali untuk memulai sesuatu. Maka dari itu, menjadi diri sendiri dan memegang kendali atasnya lebih realistis daripada hidup mengikuti tuntutan orang lain yang belum tentu baik bagi diri sendiri.

Kedua, Memaafkan diri sendiri. Cemas berlebihan membuat seseorang terlalu banyak memikirkan kesalahan mereka, khawatir dan berlarut-larut dalam keterpurukan sehingga merugikan diri sendiri. Memang ini tidak mudah, tetapi mulailah perlahan-lahan merubah cara berpikir seperti ini dan sadari bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Yang berlalu biarlah berlalu, lepaskan semua yang mengganjal  dalam diri dan berdamailah dengannya. Mulailah merhargai dan memperlakukan diri sendiri sebagaimana mestinya, kemudian melangkah ke depan.

Ketiga, Memiliki tujuan dan makna hidup. Tidak sedikit orang menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja, sibuk dengan berbagai aktivitas, mengumpulkan banyak uang dan harta tetapi merasa hampa karena tidak memiliki tujuan dan makna dalam hidupnya. Namun, sesuatu yang didasari dengan tujuan yang jelas justru membuat seseorang bersemangat dan menikmati proses yang dijalaninya. Selain itu, memaknai kehidupan akan membuat seseorang lebih berarti dan menghargai setiap langkah dan tindakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun