Di postingan sebelumnya aku sudah bahas  kecenderungan kaum introvert di situasi pandemi covid-19 yang mengharuskan stay at home.
Nah, sekarang aku mau bahas tentang kaum ekstrovert ketika harus stay at home.
Apa itu ekstovert?
Sama halnya dengan introvert, sikap ektrovert sama-sama diperkenalkan oleh pak Jung (baca postingan sebelumnya). Pak Jung bilang kalau sikap ekstrovert memiliki aliran energi psikis ke arah luar dan lebih berorientasi objektif.
Sederhanya, orang ekstrovert memiliki cukup banyak energi untuk aktivitas yang dilakukan bersama orang lain bahkan dengan banyak orang.
Apa perbedaan ektrovert dan introvert?
Berbeda dengan orang introvert yang cenderung beraktivitas seorang diri atau hanya melibatkan sedikit orang, sebaliknya orang ektrovert lebih menyukai aktivitas yang melibatkan banyak orang. Misalnya, berkumpul dengan teman-teman, nongkrong dan lain sebagainya. Di situasi seperti itu, orang ektrovert justru mendapatkan energinya. Ibarat nge-charge baterai hp kali ya?
Dibandingkan aktivitas yang hanya dilakukan seorang diri atau melibatkan sedikit orang, justru membuat energi psikisnya tidak tersalurkan sehingga menimbulkan frustasi dan kesepian. Semakin banyak terhubungan dengan orang lain, energinya ngak cepat habis. Jadi bisa dikatakan, introvert dan ekstrovert tuh ibarat utara dan selatan hehehe.
Orang ekstrovert ketika stay at home
Di situasi seperti ini, orang ekstrovert cukup kurang diuntungkan karena harus membatasi diri untuk berinteraksi langsung dengan orang lain di luar rumah. Agenda kumpul bareng teman-teman atau sekedar nongkrong harus ditunda sampai batas waktu yang belum diketahui.
Seperti yang aku sebutin di atas, orang ekstrovert lebih rentan mengalami frustasi dan kesepian apabila melakukan aktivitas dengan sedikit orang karena terlalu lama di rumah.