Sinilah.. duduklah denganku
Dinda, mari turunkanlah bahumu sejenak.
Kau tampak cantik dengan dagumu yg kau angkat seolah ingin menyamai kepalamu.
Dinda, sudahlah.. sinilah.. duduklah denganku..
Kau tahu, kenapa pelangi ada selepas hujan?
Jalan-Nya memang begitu Dinda, selalu ada bahagia dibalik air mata.
Dinda, sudahlah jangan merajuk, aku hanya makin setia ketika kau mengamuk.
Ufuk barat mulai memerah, seruan-Nya sudah ramah terdengar di telinga.
Sudahlah Dinda, kita hanya makhluk hina yg kita hinakan sendiri.
Kau tak salah Dinda, kita hanya perlu berbenah.
Mungkin mobil mewah bagus untuk Tuan-tuan itu. Tpi mungkin tidak dengan kita.
Dimana kita menyimpanya, dan bagaimana kita merawatnya?
Dindaku sayang.. sudahlah..
Kau lupa?, kasih sayanglah yang menghidupkan kita.
Sudahlah Dinda, sambal ini cukup pedas di Mulut, tapi jangan dengan kedamaian kita..
Dinda.. sudahlah, kau hanya tampak makin indah kala kau marah..
Dinda, sudahlah.. Hari sudah gelap..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H