Mohon tunggu...
Defikha Dhiyaulhaq
Defikha Dhiyaulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

haiii :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kimia dan Peradabannya dalam Islam

3 Desember 2021   01:08 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:16 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam dan peradaban merupakan hal yang tidak bisa di pisah karena islam telah membawa misi peradaban dan adanya peradaban islam merupakan wahyu dari Allah SWT. 

Peradaban membawa perkembangan dari berbagai aspek salah satunya ilmu. Ilmu yang berkembang pesat sampai sekarang seperti filsafat, matematika, fisika dan kimia. Pada tulisan ini mari kita bahas Perkembangan peradaban kimia.

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang diwariskan oleh para ilmuwan muslim pada abad keemasan. Sampai sekarang tidak diketahui secara pasti kapan ilmu kimia mulai berkembang. 

Berkembangnya ilmu kimia hingga salah satu kimiawan muslim diberi julukan "Bapak Kimiawan Modern" yaitu  Jabbir Ibnu Hayyan. Hal ini juga diakui oleh ilmuwan barat. Ilmuwan barat menyadari bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern dipelopori oleh ilmuwan muslim.

Kimia atau dahulu disebut alkimia berasal dari bahasa arab yaitu al-kimya-i atau al-khimiya, kata al-khimiya diambil dari bahasa Mesir yang berarti tanah hitam di antara dua sisi Sungai Nil yang dimuntahkan ketika air sungai meluap naik sedangkan kata kimia dari bahasa Yunani khumeia () yang berarti "mencetak bersama", "menuangkan bersama", "melebur", "aloy", dan lain-lain (dari khumatos, "yang dituangkan, batang logam"), Penamaan ini berasal dari bangsa Alexandaria Mesir.

Alkimia berkembang pesat pada zaman keemasan peradaban islam. Dalam tangan ilmuwan muslim alkimia mengalami kemajuan pesat yaitu dengan ditemukannya rumusan metode eksperimen dalam mengembangkan kerangka keilmuawan dan menghasilkan produk-produk kimiawi yang manfaatnya dirasakan hingga masa sekarang. Islam berhasil menciptakan ilmu pengetahuan yang baru, unik dan terpadu melalui penyesuaian dengan nilai-nilai Islam.

Alkimia merupakan ilmu yang terdiri dari sifat-sifat spiritual, kerajinan, dan magis dengan keadaan unsur-unsur alam terutama dalam pengolahan logam dan obat-obatan. 

Alkimia merupakan asal mula ilmu kimia. Pada mulanya alkimia hanya terbagi menjadi dua aliran berbeda yaitu Alkimia Cina yang berpusat di Cina yang berhubungan dengan Taoisme, merupakan aliran filsafat yang berisi tentang kehidupan alam di Cina. 

Alkimia Barat yang berpusat di sekitar Eropa seperti, Mesir, Yunani, dan Roma. Alkimia Barat mengembangkan filosofis sendiri dan sangat sedikit yang berkaitan dengan agama-agama besar Barat. 

Alkimia dalam islam dan eropa memiliki kesamaan karena keduanya memiliki perkembangan filosofis dan erat kaitannya dengan agama dan kepercayaan.

1. Alkimia Tiongkok. Alkimia di Tiongkok lebih berfokus pada obat-obatan, yaitu dalam bentuk Taoisme seperti akupuntur dan moxibustion.

2. Alkimia Mesir Kuno. Penduduk mesir telah mengetahui cara pengekstrakan logam-logam seperti emas, perak, besi, tembaga dan timah. Banyak ilmuwan berasumsi bahwa teori-teori alkimia mesir yang paling tua.

3. Alkimia Yunani. Penemuan Empedocles disertai pengembangan Aristoteles menghasilkan konsep penting mengenai unsure alam, yaitu terdiri dari tanah, udara, air dan api.

4. Alkimia Romawi. Akhir Kekaisaran Romawi, filsafat Alkimia Yunani digabung dengan Alkimia Romawi menghasilkan aliran Hermetisisme.

Alkimia Islam memiliki peran dan kontribusinya dalam peradaban, seperti ditemukannya beberapa zat oleh ahli kimia muslim yang sampai sekarang masih digunakan dan terus dikembangkan.

  • Asam Sulfat. Asam Sulfat ditemukan oleh oleh Jabir bin Hayyan pada saat menemukan unsur belerang dengan mereaksikan dengan merkuri dan air. Sedangkan, Ar-Razi mengklasifikasikan lebih sistematis asam sulfat dengan membedakan antara yang ditemukan langsung di alam dengan yang dibuat di laboratorium menggunakan reaksi dekomposisinya.
  • Asam Nitrat (HNO3). Jabir bin Hayyan mengunakan senyawa ini untuk memurnikan tawas dan garam melalui proses penyulingan sehingga menghasilkan beberapa mineral anorganik seperti kalium nitrat (KNO3) dan natrium klorida (NaCl). Asam nitrat digunakan sebagai pupuk pertanian.
  • Aqua Regia. Ilmuwan muslim menggunakan senyawa ini untuk menempa logam sebagai peralatan militer dan perlengkapan istana raja dari bahan emas, logam, platina dan perak. Jabbir bin Hayyan berhasil mengidentifikasi sifat-sifat dari tujuh logam, yaitu: emas (Au), perak (Ag), timbal (Pb), timah (Sn), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan besi (Fe).
  • Besi (Fe). Ilmuwan alkimia muslim pada abad ke-8 M menemukan logam besi (Fe).
  • Alkohol. Penemuan senyawa alkohol telah ada sejak masa Jabbir bin Hayyan. Alkohol dan derivatnya banyak digunakan untuk memperoleh hasil temuan dan mengidentifikasi zat. Metode analisis yang dikemukakan oleh alkimia banyak dinikmati serta dikembangkan oleh ilmuwan dan masyarakat.
  • Karya Tulis Ilmuwan Muslim. Karya tulis ini terdiri dari tidak kurang 200 judul buku yang telah tersebar di beberapa Negara. Misalnya, Kitab al-Ushul al-Kimya-I karya Jabir Jabbir bin Hayyan yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Book of the Composition of Alchemy.

Adanya perkembangan pastinya akan akan kemunduran juga, hal ini juga dialami oleh alkimia islam. Munculnya pemikiran ar-Razi yang merupakan ilmuwan setelah Jabbir bin Hayyan yang lebih menyukai eksperimen daripada prosedur teori. 

Selain itu, banyaknya terjemahan sains islam yang kemudian memicu bangsa eropa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi pada era revolusi renaissance yang disertai  munculnya ilmu kimia modern. 

Mulai dari sinilah terjadi ketertingalan kemajuan ilmu didunia islam termasuk dengan kimia. Ilmuwan muslim berusaha mengejar ketertinggalan yang terjadi tapi karena adanya berbagai faktor penghambat yaitu kurangnya dukungan secara moral dan material sehingga menyebabkan ketertinggalan yang jauh.

Pada abad ke-16 setelah era Renaissance kimia masih bergabung dengan alkimia. Kemudian selang dua ratus tahun kimia dipisahkan dari alkimia. Pada abad ke-17 kimia diperkenalkan di beberapa universitas di Eropa, sebagai cabang ilmu pengetahuan alam. 

Pada abad ke-18 ilmuwan masih mengkaji unsur-unsur dan komposisi materi alam dan zat-zat di Eropa. Zat yang digunakan merupakan hasil temuan ilmuwan alkimia islam terdahulu. 

Abad ke-19 kimia telah terbagi yaitu kimia organik dan kimia anorganik selain itu adanya penerapan kimia dalam ilmu fisika. 

Pada abad ke-20 sampai sekarang, ilmu kimia telah mengalami revolusi yang cepat dan maju yang telah melahirkan banyak temuan,  teori dan cabang-cabang ilmu kimia, penggunaan zat bahan kimia telah dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya pada bidang pertanian, kesehatan pengobatan dan industri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun