Adanya perkembangan pastinya akan akan kemunduran juga, hal ini juga dialami oleh alkimia islam. Munculnya pemikiran ar-Razi yang merupakan ilmuwan setelah Jabbir bin Hayyan yang lebih menyukai eksperimen daripada prosedur teori.Â
Selain itu, banyaknya terjemahan sains islam yang kemudian memicu bangsa eropa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi pada era revolusi renaissance yang disertai  munculnya ilmu kimia modern.Â
Mulai dari sinilah terjadi ketertingalan kemajuan ilmu didunia islam termasuk dengan kimia. Ilmuwan muslim berusaha mengejar ketertinggalan yang terjadi tapi karena adanya berbagai faktor penghambat yaitu kurangnya dukungan secara moral dan material sehingga menyebabkan ketertinggalan yang jauh.
Pada abad ke-16 setelah era Renaissance kimia masih bergabung dengan alkimia. Kemudian selang dua ratus tahun kimia dipisahkan dari alkimia. Pada abad ke-17 kimia diperkenalkan di beberapa universitas di Eropa, sebagai cabang ilmu pengetahuan alam.Â
Pada abad ke-18 ilmuwan masih mengkaji unsur-unsur dan komposisi materi alam dan zat-zat di Eropa. Zat yang digunakan merupakan hasil temuan ilmuwan alkimia islam terdahulu.Â
Abad ke-19 kimia telah terbagi yaitu kimia organik dan kimia anorganik selain itu adanya penerapan kimia dalam ilmu fisika.Â
Pada abad ke-20 sampai sekarang, ilmu kimia telah mengalami revolusi yang cepat dan maju yang telah melahirkan banyak temuan, Â teori dan cabang-cabang ilmu kimia, penggunaan zat bahan kimia telah dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya pada bidang pertanian, kesehatan pengobatan dan industri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H