Mohon tunggu...
Defi Fiolisa
Defi Fiolisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sarjana Pendidikan

Imaginative but realistic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi sedih dan menyentuh "Januari Jangan Kau Berakhir"

6 April 2021   08:38 Diperbarui: 6 April 2021   18:14 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai blogers..

Pernah gak sih, kalian mempunyai pengalaman dari suatu hal dan ketika kalian melihat atau mengingat hal tersebut kalian jadi mengingat orang yang kalian sayangi ? 

Nah... puisi dibawah ini, saya persembahkan untuk seseorang yang benar-benar pernah saya sayangi dan sampai sekarang pun masih sama.

Selamat membaca yah.. Semoga feelnya sampai ke kalian..

Love You all..

'Januari Jangan Kau Berakhir'

Genderang pilu mulai menyergap

Datang kilat kerinduan laksana anak panah

Melesat cepat kian menusuk hati

Iya, hati itu kini telah menangis darah

anak panah kerinduan menancap tajam tepat di tengah kalbu

Perasaanku bagaikan telah dicabik-cabik belati

Dikoyak binatang buas di tengah rimba

Meremuk hati yang tengah merekah merona

Lalu melemparkannya diatas api yang tengah berkobar

Menggantikan rasa romansa menjadi gelap dan kelabu

Aku bukanlah aforisme, yang kau anggap bisa karena tlah terbiasa

Aku hanyalah seorang korban aben karena romansa

Tuhan…?

Dengarkanlah hambamu yang tengah bersimpuh ini

Ingin sekali meluapkan emosi cinta

Yang tak pernah sekalipun tersampaikan..

Tuhan….

Mengapa Kau ciptakan hati, jikalau untuk disakiti

Mengapa Kau ciptakan hati, hanya untuk memendam rasa

Yang tak dapat sekalipun ku ungkapkan

Mengapa kau ciptakan hati ini, hanya untuk merindu..?

Menyayat perasaan yang tengah bahagia

Berada didalam dekapan perasaan hangatnya romansa

Rindu…?

Berkatmu, aku berharap dengan seseorang yang tak mungkin ku gapai

Bahkan, seseorang yang  mungkin tak pernah melihatku

Sekalipun aku berada dipelupuk matanya…

Rindu datang silih berganti lepas kau pergi

Dia datang merusak ornamen kebahagiaan hati

Menjadikannya gulana laksana berpegang dengan kayu yang lapuk

Tapi, berkatmu rindu..

 membuatku melihat oase indahnya cinta di lembah jurang yang gelap

Memberiku secerca harapan tuk bahagia

Walaupun yang tersisa hanyalah sebuah kenangan

Berwarna hitam putih yang berada didalam sarang

Yang tak mungkin dapat terulang kembali

Rindu…..

Sampaikan pesanku padanya,

Iya, dia yang datang hanya pada awal tahun saja

Membuat awal tahunku menjadi berwarna

Yang sediakala hanyalah gelas kosong

Kini tlah penuh dengan warna pelangi

Rindu….

Kau mengajarkanku bahwa Tuhan tak ingin di duakan

Dia akan membuat kita terperosok jatuh

Ke lembah jurang yang gelap dan curam

Dia membuat kita bergantung akan sesuatu

Yang dengan jelas berada jauh diawang-awang

Kutunggu, tak mungkin sampai dihadapku

Melompat pun tak mungkin dapat ku jangkau

Ketika kau mulai bahagia dengan harapanmu

Tuhan akan merampas dan merebutnya darimu

Karena dia hanya ingin kau ingat

Dengan semua yang telah Ia berikan untukmu..

Rindu….

Untukmu yang hanya datang di awal tahun saja

Yang telah membuatku menari-nari di atas awan

Kemudian jatuh terbanting keras ke asalku

Membuatku sangat sakit dan terpuruk

Entah bagaimana lukaku dapat terpulihkan

Seperti sediakala…

Untukmu, januariku…

Yang hanya ada di awal tahun saja

Puncak bahagiaku yang hanya sesaat

Melukiskan oase cinta impianku…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun