Coba kamu bayangkan! Kamu sedang menjalani hari-hari seperti biasa, namun tiba-tiba kamu menumpahkan secangkir kopi ke atas lembar tugasmu. Kemudian kamu ngomel-ngomel karena saking kesalnya. Dan di saat itu juga, kamu merasa bahwa semua ini pernah terjadi sebelumnya. Seperti sebuah mimpi yang samar-samar.
Kamu bahkan merasa bahwa kamu dapat memprediksi segala hal yang akan terjadi. Dari apa yang kamu kerjakan, kata-kata yang kamu ucapkan, bahkan detail dari lingkungan sekitarmu. Jika semua ini terdengar tidak asing, itu berarti kamu sudah pernah mengalami peristiwa deja vu.
Lalu, apa sih deja vu itu?
Apakah deja vu menandakan bangkitnya kekuatan super kita? Apakah deja vu sebenarnya sebuah "glitch in the matrix"? Atau apakah sains dapat memecahkan teka-teki mistis ini? Atau jangan-jangan kehidupan kita ini seperti halnya sinetron yang ceritanya suka diulang-ulang lagi?
Okay, istilah deja vu ini berasal dari bahasa Perancis. Deja artinya sudah dan vu artinya terlihat, yang berarti sudah pernah dilihat. istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Emille Brolac seorang filosofis dan ilmuan asal Prancis pada tahun 1897. deja vu menggambarkan suatu fenomena ketika seseorang merasa bahwa dirinya sudah pernah mengalami peristiwa yang saat ini sedang terjadi. Walaupun peristiwa tersebut merupakan pengalaman yang baru, seperti mengunjungi tempat yang sebelumnya belum pernah dikunjungi.
Menurut teori psikologi, deja vu berhubungan dengan recognition memory yang artinya sebuah jenis memori yang menyebabkan kita menyadari bahwa apa yang kita alami sekarang sudah pernah kita alami sebelumnya.
Otak kita bekerja di antara dua jenis recognition memory, yaitu recollection dan familiarity. Kita menyebut sebagai recollection atau pengumpulan kembali jika kita bisa menyebutkan dengan tepat seketika itu juga kapan peristiwa yang kita alami sebelumnya. Contohnya, kita dapat benar-benar mengenali di mana sekarang kita sedang berada.
Sedangkan ingatan yang disebut familiarity, muncul ketika kita tidak bisa menyebut pasti kapan kita melihat orang tersebut. Perlu kita tau, bahwa memori pada otak kita disimpan dalam pecahan-pecahan tertentu yang menyebabkan kita bisa lupa akan suatu hal. Saat kita mengalami sebuah peristiwa dan melibatkan satu atau lebih pecahan memori pada otak kita, maka dari situ kita akan merasa familier. Nah inilah yang disebut dengan deja vu.
Di samping deja vu, terdapat juga beberapa fenomena yang mirip dengannya. Contohnya deja reve, ketika peristiwa yang terjadi saat ini terasa seperti sudah dilihat sebelumnya dalam mimpi. Kemudian jamais vu, yang merupakan kebalikan dari deja vu. Yakni, ketika sesuatu yang seharusnya kita kenali terkesan asing. Hal ini biasanya terjadi ketika kita terus mengulang-ulang sebuah kata, dan pada suatu titik kata tersebut akan kehilangan maknanya di otak kita. Serta capgras' syndrome, yaitu ketika kita merasa bahwa orang-orang yang seharusnya kita kenali, seperti orang tua, telah diganti dengan seorang penyamar.
Bagaimana deja vu bisa terjadi?
Walaupun deja vu terkesan mistis, kenyataan dibalik deja vu tidak se-fantastis ataupun se-unik yang kita pikirkan. Tapi yang jelas banyak dari kita yang pernah mengalami hal ini, sekitar 60%-80% orang di dunia pernah mengalami deja vu serta berlangsung secara singkat sekitar 10-30 detik saja lamanya. Fenomena deja vu ini terjadi secara acak dan tidak bisa dikontrol. Pada orang yang mengalami deja vu ini 96%nya mengaku cukup sering mengalaminya.
Dan bagaimana deja vu terjadi merupakan fenomena neurologis yang memiliki beberapa penjelasan. Perlu kita ketahui bahwa fenomena deja vu masih belum sepenuhnya dipahami secara ilmiah, dan masih diteliti hingga saat ini. Maka dari itu sulit dicari karena studi dari fenomena ini tidak mudah untuk dilakukan. Hingga saat ini ada 40 teori yang mencoba menjelaskan mengapa deja vu bisa terjadi.
Penjelasan pertama adalah bahwa deja vu terjadi ketika otak menemukan kesamaan dari peristiwa yang SEDANG terjadi, dengan peristiwa yang SUDAH pernah terjadi. Namun, peristiwa lampau tersebut, tidak dapat kita ingat sepenuhnya. Contohnya, ketika tata letak dari suatu ruangan yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya, mirip sekali dengan tata letak ruangan di rumah kamu sendiri. Ini terbukti dalam penelitian Current Diection, Psy Science tahun 2008, bahwa deja vu berkaitan dengan pengalaman masa lalu yang telah dilupakan.
Kemudian penjelasan kedua teori lain yang menjelaskan deja vu adalah teori split perception. Intinya, teori ini menjelaskan bahwa deja vu terjadi ketika pikiran kita teralihkan sehingga tidak fokus saat memperhatikan sesuatu. Atau tidak mengenali objek yang kita temui secara penuh karena kesadaran kita terbagi. Contohnya suatu hari kamu sedang berjalan di suatu tempat dan melihat sekilas puncak gedung yang ada di depan kamu. Walaupun kamu tidak terlalu memperhatikannya, otak kamu mengambil data seadanya dan mulai membangun suatu ingatan. Kemudian ketika besoknya kamu pergi ke tempat lain dan ternyata kamu melihat gedung yang sama lagi. Kemudian tiba-tiba muncul rasa familier  kamu dengan tempat tersebut. Kamu akan merasa seperti sudah pernah pergi ke tempat tersebut, padahal kamu baru pertama kalinya kesana dan melihatnya. Â
Menurut penelitian, ternyata deja vu sering dialami oleh orang-orang yang sering jalan-jalan, sering nonton film, dan sering bermimpi. Hal ini terjadi karena mereka banyak mengingat objek-objek dalam pengalaman mereka. Sehingga umumnya ketika mereka menemui situasi baru, objek-objek tersebut membuat mereka pada akhirnya mengalami apa yang dinamakan deja vu itu. Â
Dengan demikian, apabila kita mengalami deja vu apakah kita harus khawatir?
Jawabannya, tergantung. Bagi beberapa orang, deja vu mereka dapat terjadi akibat "epilepsi lobus temporal" dan dapat memicu disorientasi. Seperti yang terjadi ketika orang sedang mengalami epilepsi, yang mengakibatkan hilangnya konsentrasi secara penuh dan akhirnya membuat orang tersebut mengalami deja vu. Bagi penderita epilepsi tersebut, deja vu sering kali diikuti dengan kejang. Kemudian disertai gangguan penglihatan atau gerakan tidak wajar pada mulut dan wajah.
Namun, untuk kebanyakan orang, terjadinya deja vu kemungkinan besar disebabkan oleh stres atau kecapekan. Inilah mengapa deja vu sering terjadi pada usia remaja menuju dewasa, sekitar umur 15-25 tahun.
Walaupun menarik untuk membayangkan bahwa fenomena seperti deja vu merupakan tanda bahwa sesuatu yang mistis terjadi kepada kita. Faktanya adalah otak kita ibaratnya komputer, sekali-kali akan mengalami gangguan. Dalam halnya, deja vu gangguan tersebut merupakan sesuatu yang kecil dan tidak perlu dikhawatiri.
So, apakah kalian sudah pernah mengalami deja vu? Atau mungkin fenomena lainnya terkait ingatan? Feel free, yuk ceritakan pengalaman kamu di kolom komentar di bawah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H