Mohon tunggu...
Defi Dilalatul Haq
Defi Dilalatul Haq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030046

Saya Defi Dilalatul Haq, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030046. Akun kompasiana ini saya buat sebagai pendukung dalam perkuliahan mata kuliah jurnalistik, selain itu juga saya gunakan kompasiana ini sebagai sarana mengembangkan kreatifitas dan melatih skill menulis saya. Mohon bantuannya teman-teman✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Terpukul Pandemi Covid-19, Begini Curhat Tukang Becak Kayuh di Malioboro

22 April 2021   07:24 Diperbarui: 22 April 2021   07:30 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Becak merupakan salah satu moda transportasi darat tradisional yang masih bertahan dan dapat kita nikmati di jalanan Kota Yogyakarta sampai saat ini, khususnya jalanan Malioboro yang menjadi spot favorit para wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung ke Kota Gudeg. 

Walaupun becak saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat akan tetapi kehadiran becak di Indonesia telah turut mewarnai sejarah di negeri tercinta kita.

 Sebagai salah satu alat trasportasi yang sampai kini masih diminati oleh sebagian orang, terutama becak kayuh yang merupakan transportasi khas serta mempunyai nilai budaya penting di Kota Yogyakarta.

Di sepanjang jalanan Malioboro, nampak deretan becak menyelimuti pandangan saya kala itu. Kursi penumpang yang kosong pun diganti oleh para pemilik kendaraan roda tiga yang lebih memilih tidur siang di atasnya sambil menunggu calon penumpang yang datang. Selain itu, ada juga yang sibuk mengipas-ngipas handuk kecilnya tanda kegerahan sambil mengisap sebatang rokok beraromakan cengkeh.

Di tengah teriknya matahari yang menyengat dan suara bising dari kendaraan yang berlalu lalang, pandangan mata saya tertuju pada seorang pria tua yang sedari tadi nampak mondar-mandir menawarkan jasanya kepada setiap orang yang melintas. Tak ada satupun respons yang bagus, yang ada malah tolakan yang diterimanya.

Suroto (61), pria yang menghabiskan masa tuanya di jalanan Malioboro. Mengemudi becak kayuh menjadi satu-satunya keahlian yang bisa ia jalani selama kurang lebih 37 tahun untuk menghidupi keluarganya di rumah. Berbagai suka duka  telah ia lalui, hingga kini sudah memiliki dua orang anak dan dua orang cucu.

Pandemi COVID-19 yang masih belum berakhir sampai saat ini meninggalkan berbagai persoalan. Salah satunya dalam sektor pariwisata, dampak pandemi ini dirasakan cukup sulit bagi pelaku usaha di kawasan wisata Malioboro termasuk para penarik becak. 

Pendapatan yang mereka peroleh selama pandemi mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan penarik becak bergantung pada sektor pariwisata tersebut.

"Wahh sepi bangett mbak, dari tadi pagi penumpang baru dapet satu, hanya cukup buat sekali makan," kata Suroto saat ditemui di kawasan Malioboro, Minggu (11/4/2021).

Suroto mengungkapkan kesulitannya dalam mendapatkan penumpang becak sangat terasa sejak adanya pandemi COVID-19 ini. Para wisatawan asing maupun lokal yang awalnya menjadi langganannya hilang bak ditelan Bumi, hingga tak ada lagi keramaian penumpang becak seperti dulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun