Mohon tunggu...
Deffy Ruspiyandy
Deffy Ruspiyandy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

APK, Biar Semrawut yang Penting Bisa Dikenal

19 Januari 2024   08:45 Diperbarui: 19 Januari 2024   08:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Alat Peraga Kampanye, suka tak suka memang menjadi media para caleg untuk memperkenalkan diri dan meraih simpatik dari orang-orang yang melihatnya selain sosialisasi yang dilakukan olehnya kepada masyarakat yang menjadi calon pemilih. Setidaknya dengan APK tersebut maka caleg itu akan mudah diketahui banyak orang yang memungkinkan dirinya bisa menjadi pilihan dari masyarakat pada Pemilu tanggal 14 Februari 2024 mendatang.

Baliho, banner atau spanduk ternyata proses pembuatannya relatif cepat sehingga menjadi pilihan caleg untuk media kampanyenya. bahkan biaya relatif murah sehingga wajar jika hal itu kemudian yang dipilih. Padahal untuk biaya pemasangannya sendiri sebenarnya lumayan juga. APK semacam ini sebenarnya  barang sekali pakai yang langsung dibuang. Keuntungannya menggunakan APK semacam ini adalah jauh dari money politik karena sekedar bisa dipandang saja.

Namun di daerah tertentu banyaknya APK bisa membantu pula caleg tersebut karena dapat dianggap ratingnya sudah tinggi walaupun pada Pemilu belum tntu sesuai harapan.

Banyak memang media yang digunakan seperti stiker, banner, baliho, spanduk, bendera, kaos, kalender, buletin dan lain sebagainya yang menjad ladangi rezeki pemiliki bisnis  ini yang juga menjadi pekerjaan bagi sebagian orang yang menjadi tim sukses karena dengan memanfaatkan media tadi maka dirinya bisa mendapatkan uang lelah dari caleg yang dibantunya. Suka tidak suka, hal ini memang fenomena lima tahun sekali dan jika tidak dimanfaatkan maka tentu nggak akan kebagian apa-apa.

Benar ada kebaikannya pula karena bagi mereka yang tak memiliki pekerjaan maka banyaknya APK semacam ini bisa dimanfaatkan utuk mencari uang.

Uang yang diterima memang relatif jumlahnya akantetapi lumayan juga sih agar dapur tetap ngebul. Karenanya banyak orang yang menggunakan kesempatan ini untuk bisa mendapatkan rezeki. Jika calegnya murah hati maka banyak orang yang ingin membantunya tetapi yang memberinya alakadarnya maka ya sedikit yang memanfaatkannya.   

Bahkan ada seorang caleg rela mengeluarkan uang banyak dan menugaskan kepada event organizer untuk memasang baliho atau banner di dua kota tempat dirinya berkontetasi.

Maka tak heran sepanjang jalan protokol kita bisa melihat APK itu bertebaran. Memang hal itu akan memduahkan orang mengenal caleg terfsebut akan tetapi hal itu prosentase sedikit karena yang nantinya menentukan adalah bagaimana mampu menyampaikan visi dan misi yang jelas juga keberadaannya benar-benar mampu memberikan kebaikan bagi masyarakat.

Jadi siapa yang menanam sejak jauh-jauh hari maka akan mudah mendekati konstituen tetapi kalau baru memberi sebagai fenomena dadakan maka sulit juga untuk meraih simpati mereka.

Kembali ke alat peraga tadi, ya memang siapa yang disuruh itu takkan pernah memperhatikamn soal estetika, aturan atau keselamatan karena mereka harus kejar target.

Menempel baliho atau banner di pohon sesungguhnya dilarang tetapi mereka gunakan pula karena memang alasannya yang penting beres dan dapat duit. Tentu saja terjadi perang APK antar caleg dan masyarakat tak bisa lagi bereaksi karena misal membuka baliho atau bannerk hawatir nanti dianggap sabotase dan bisa menimbulkan masalah.

Tentu saja dinding dan tembok atau jalanan menjadi tak karuan karenanya. Namun demikian hal itu tak bisa ditolak lagi karena pada akhirnya pada saat masa tenang akan dibersihkan pula.

Banyak masyarakat yang berharap APK itu memang dipasang sebaik mungkin dengan memperhatikan berbagai aspek. Tetai masalahnya justeru yang memasang itu kan hanya ingin pekerjaannya beres. terlebih jika tempat pemasangan itu suah ha is oleh APK caleg lain maka media yang digunakan yang ada saja sehingga tak heran jika pada akhirnya tak lagi melihat aturan, estetika dan keamanan serta keselamatan.   

Memang jika hari-hari ini pasti APK ini pemasangannya akan berkurang karena para caleg kiranya akan lebih fokus pada sosialisasi dan juga cavasing yang dilakukan oleh tim suksesnya untuk memelihara suara dari konstituen yang telah didatanginya.

Tetapi bisa jadi daerah yang belum tersentuh sangat memungkinkan untuk tetap dipasang APK apalagi kalau calegnya belum sosialisasi maka pemasangan APK ini bisa menjadi lagternatif untuk menambah suara walaupun mungkin ukan menjadi daerah target peraihan suara utama atau dapat dikatakan alternatif saja u tuk mendulang suara.

Tentu saja dengan banyaknya APK yang terpasang pada akhirnya jelas harus kembali dibersihkan dan saat Pemilu memang harus steril. Tetapi apakah mungkin pembersihan APK itu dapat dilakukan secara sempurna?

Tentu saja tidak sebab bisa jadi akan dibiarkan karena tak ada lagi biaya yang diberikan oleh caleg untuk membersihkannya hingga satpol PP dan relawan saja yang akhirnya akan melakukannya. Jadi pemasangan yang permanen maka akan membuat sulit untuk membersihkannya.

Sekali lagi, kita hanya bisa mengurut dada dengan kondisi semacam ini. Memang itulah realitanya, karena para caleg ingin bisa dikenal banyak orang maka mengidnahkan aspek yang lainnya.

Tetapi sudahlah kondisi itu akan segera berakhir di masa tenang dan mungkin hal ini akan kembali terjadi lima tahun mendatang. Pada akhirnya kita berharap Pemilunya bisa jujur dan adil serta damai dan melahirkan anggota legislatif, DPD dan Presiden dan wakil Presiden yang dapat membawa perubahan bangsa ini dari sekedar memandangi APK caleg yang akhirnya akan dibuang.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun