Pagi itu, aku sarapan, lalu indra pengecapku mati.
"Ayo, Ray, udah hampir jam 8 nih," ajakku pada Ray yang sudah selesai melahap seporsi Nasi Lengko.
"Oke, tapi itu tehmu gak kamu abisin dulu?"
"Eeh, enggak deh, udah kembung," jawabku sambil menepuk-nepuk perutku perlahan.
Setelah beres membayar, aku dan Ray bergegas menuju Kantor Telkom cabang di Ciamis atau biasa disebut Kandatel Ciamis, di bawah Witel Tasikmalaya. Saat itu adalah hari pertama kami melaksanakan On the Job Training di Ciamis setelah sebelumnya menjalani pelatihan di Telkom Corporate University. Sebagai calon karyawan baru, tentu saja kami ingin menunjukkan kesan yang baik dengan cara datang tepat waktu. Kami disambut oleh Kakandatel Ciamis dan pegawai-pegawai di sana. Terdiri dari dua lantai, lantai dasar digunakan sebagai Plasa Telkom untuk melayani para pelanggan, sedangkan ruangan Kakandatel dan beberapa pegawai lain ada di lantai dua. Hari pertama kami diisi dengan pengarahan dari Kakandatel Ciamis dan pembagian tugas. Ray berada di marketing, sedangkan aku di operation and maintenance.
"Semangaaattt Pagiii!!!"
"Pagi! Pagi! Pagi!"
Pak Priyatna selaku Kakandatel Ciamis mengawali pengarahannya dengan penuh semangat. "Semoga selama satu bulan ke depan, kalian bisa banyak belajar di sini. Manfaatkan waktu yang ada dan jangan takut untuk berinovasi. Okeh? Di sini mah kalem weh, saya dan rekan-rekan yang lain mah gak galak, jangan sungkan untuk tanya-tanya."
Logat sunda begitu kental dalam tutur kata beliau, pokokna mah 100% USA! Urang Sunda Asli euy! Saya suka mendengarkan cerita-cerita beliau, meski sebenarnya banyak kosa kata yang tidak saya pahami. Lha wong saya ini asli jawa tengah 100% medhok, seumur-umur belum pernah tinggal di Tanah Sunda, jadi harap maklum saja.
Asik asik asiiik! Makan siang pertama kami ditraktir Pak Priyatna. Mie Baso. Tidak kaget sih, soalnya di sepanjang jalan sekitar begitu banyak penjual bakso berjejeran. Refleks, saya googling makanan khas Ciamis. Bukan Mie Baso ternyata. Setelah menyebutkan pesanan kami, si penjual langsung menyajikan minuman. Kupandangi sejenak minuman di depanku itu.
"Ini.. teh tawar ya, Ray?"
"Iya, gratis."
Tadinya aku berniat untuk memesan minuman lain. Air putih gratis juga kan ya?
Sial, air putihnya dalam kemasan, tidak jadi gratis.
Sama seperti tadi pagi, tehku tidak habis lagi. Aduh biyung, tehnya kok ga dikasih gula sih?
Kenapa ga pesen teh manis aja sih biar ga ngeluh mulu?
Karena aku sudah bertekad untuk mencoba beradaptasi di tempat baru ini. Lagi pula kalau pesan teh manis kan bayar.
Buset, itu mau adaptasi atau emang pelit?
                                                                      ***
Bisnis utama di Datel ini tentu saja berjualan IndiHome, yaitu sebuah paket layanan telepon rumah, internet rumah, dan TV interaktif. Pelanggan dapat menikmati tiga layanan tersebut serta dapat memilih tingkat kecepatan internet sesuai kebutuhan. Tersedia juga beberapa add-on dan paket menarik yang dapat dipilih sesuai keinginan pelanggan.
"Bagaimana penjualan hari ini Pak Prit?" tanyaku pada Pak Priyatna sore itu.
"Belum mencapai target sih,"
"Waduh, gak jadi HIT dong Pak."
"Tapi gak apa-apa. Sepertinya dapat banyak calon pelanggan potensial, semoga bisa deal besok-besok. Pasti bisa kok, jangan sampai kita membuat-buat laporan agar terlihat bagus performansinya. Seadanya saja, tapi tetap kita usahakan secara maksimal. Di laporan bisa dibuat manis, tapi apa uang secara nyatanya bisa?"
Begitulah, dari beliau, aku bisa belajar untuk selalu optimis, jujur, dan fokus. Sebagai Insan Telkom, nilai-nilai The Telkom Way memang wajib kami terapkan dalam pekerjaan dan keseharian kami.
                                                                      ***
"Kenapa, Teh?" tanyaku pada Mbak penjual bubur kacang ijo saat aku sedang sarapan di kedainya.
"Hehe, akangnya lucu ekspresinya kayak abis minum air comberan. Harusnya saya atuh yang nanya kenapa."
"Oh iya, Teh, ini teh gara-gara tehnya tawar, euy. Belum terbiasa minum teh tawar, Teh." jawabku yang mencoba menambah beberapa kosa kata baru sebagai bagian dari usaha beradaptasi.
"Coba deh jangan fokus ke rasa ga manisnya."
"Terus fokus kemana, Teh? Fokus ke muka Teteh biar tehnya jadi manis, gitu? Aya-aya wae."
Tiba-tiba handphone-ku berdering. "Halo, Nak, gimana kerjaannya di sana?"
"Hmm, yaaa gitu lah, Bu. Kadang suka kesel karena masih banyak hal yang aku belum tau dan kuasai."
"Ya sabar, namanya juga masih baru. Gak usah kesel, anggap saja sebagai peluang untuk belajar hal baru, sekalian nambah pengalaman yang pastinya bakal berguna besok. Jangan cuma fokus kudu ngerjain hal yang kamu udah bisa aja. Doa ibu selalu menyertaimu ya, Nak."
Deg. Aku terdiam. Bengong. Tanpa sadar, aku jadi fokus ke muka si Teteh. Eh.
Hari ini, aku dan Ray ikut dengan seorang teknisi yang akan menarik kabel ke rumah pelanggan baru. Wah, tidak gampang ternyata. Butuh manjat-manjat tiang, lempar sana-sini mencari jalur yang baik, apalagi kalau cuaca sedang panas. Pekerjaan yang sungguh berisiko, itulah mengapa para teknisi dilengkapi dengan alat perlindungan diri. Safety first! Kerja keras dan kekompakan tim di tengah terik panas ini tentunya membuahkan hasil, performansi Datel Ciamis salah satu yang terbaik di Witel Tasikmalaya dan pembayaran NewBill selalu 100% setiap bulannya. Salut!
Saat siang hari, kami datang ke warung nasi ayam untuk sekalian beristirahat sejenak. Menu makan nasi ayam dengan minumnya, tak lain dan tak bukan, teh tawar hangat. Kuseruput sedikit. Masih panas, uap mengepul. Aromanya... Mataku terbelalak, hidung kembang-kempis. Ini aroma...teh. Aroma tehnya enak. Kenapa sebelumnya aku ga pernah sadar sama aroma tehnya ya? Apa kebetulan saja warung ini pakai merk teh yang enak? Atau lidahku sudah mulai beradaptasi? Bukan, ini kan aroma. Hidung, bukan lidah. Sontak, aku teringat perkataan Teteh penjual bubur kacang ijo. Ya ya ya, selama ini aku cuma fokus dengan manis dan tidak manis, padahal teh juga punya cita rasa dan aroma tersendiri yang bisa dinikmati. Bukankah teh harus diseduh dengan air panas agar bisa mengeluarkan cita rasa, aroma, dan warnanya? Hiya hiya hiya, aku mulai berfilosofis, mulai ngelantur.
                                                                      ***
Akhir pekan adalah saatnya berkumpul dengan teman-teman sesama peserta OJT Witel Tasikmalaya. Jalan-jalan sambil refreshing dan sambat bareng. Saat itu, kami berencana untuk mengunjungi Jembatan Cirahong yang terletak di perbatasan Tasikmalaya dan Ciamis. Di perjalanan, kami sempatkan untuk membeli es teh. Kusedot dalam-dalam. Ya Allah, setelah tiga minggu minum teh tawar, es teh gini aja jadi enak bangeeettt. Alhamdulillah, sujud syukur kuhaturkan kepadaMu.
Mendekati jembatan, ternyata ada antrian yang cukup panjang karena jembatan hanya muat untuk satu jalur, sehingga harus bergantian lewat dengan kendaran dari arah berlawanan. Beberapa saat kemudian, mobil kami mendapat giliran untuk lewat.
"Hey, ayo ambil video, ambil video!" teriak salah satu temanku, "Ya Allah, bagus bangeettt, liat ginian aja udah seneng. Pasti gara-gara udah berhari-hari gak ada hiburan nih." serunya, histeris.
                                                                      ***
Minggu terkahir di Ciamis, aku sudah berdamai dengan hambarnya teh tawar. Semburat cahaya senja di ujung langit dan semilir angin menerpa wajah kala itu di alun-alun Ciamis. Segelas teh tawar hangat kembali menemaniku, membukakan mataku tentang hal-hal yang sebelumnya kulewatkan begitu saja. Tentang menjalani hidup dengan jujur dan natural. Bahwa hidup tidak selamanya manis. Ada kalanya hal-hal tidak berjalan sesuai dengan rencana, tetapi yang penting adalah hikmah di baliknya yang mesti kita pelajari. Bukankah manisnya hidup akan lebih terasa dan sangat bermakna jika kita kita sudah pernah merasakan kepahitan ketawaran kehambaran hidup?
                                                                      ###
~Dwi Setianto / 960175, penempatan KDMP di Surabaya setelah OJT di Ciamis yang sekarang sedang mencoba berdamai dengan Nasi Goreng Surabaya. Nasi goreng kok warnanya merah dikasihnya saos bukan kecap :(
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H