Mohon tunggu...
Defar Badruzaman
Defar Badruzaman Mohon Tunggu... Lainnya - Hakikat hidup laksana terangnya purnama.

Madrasah Aliyah Miftahul Falah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Universitas Insan Cita Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Roman

Kedewasaan dalam Relationship (Cinta). Cinta pada siapa?

25 Januari 2024   17:40 Diperbarui: 25 Januari 2024   17:47 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini kita sebagai manusia menjalankan aneka ragam hubungan, namun secara lebih spesifik itu ada dua yang pertama, hubungan dengan Allah yaitu Habluminallah dalam hubungan ini bagaimana manusia sadar akan peran dan fungsinya sebagai hamba yang harus tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangannya untuk menjalankan syari'at Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian yang kedua ada Habluminannas adalah hubungan dengan sesama manusia, dalam tarikan nafas sosial berarti kita adalah manusia yang saling membutuhkan untuk menyempurnakan kemanusiaan itu sendiri. 

Lantas bagaimana problematika hubungan hari ini? Jelas pasti banyak masalah, hanya saja saya akan fokus pada satu pembahasan yang sangat berdampak dalam menjalankan dinamika Ukhrowi dan Duniawi.

Kita sebagai manusia tentu diberikan fitrah dalam bentuk apa saja yang kita rasakan kemudian menjadi tingkah laku. Tentu kita harus mampu membedakan antara fitrah dan nafsu. Sebab Allah senantiasa memberikan Rahmat dan cinta-nya dengan melalui berbagai cara yang diturunkan kepada belahan jiwa manusia sehingga mampu merasuk pada inti jantung. Apabila kita merasakan indahnya jatuh cinta pada manusia kemudian kita ingat kepada Allah, menurut para ulama itu dikatakan fitrah atau cinta. Artinya, kita sebagai manusia memiliki kenisbian tentu jika kita memiliki perasaan kita terhadap lawan jenis begitu menggebu, nah bagaimana kita menjaga hal tersebut agar tetap menjadi ketetapan yang benar? 

Baca juga: Dakwah = Cinta

Inilah yang dinamakan pentingnya kedewasaan dalam relationship, terlebih dengan seseorang yang begitu kita cintai. 

1. Kenapa hubungan selalu berakhir? Jawabannya: Sebab ia belum dewasa. Ulama Sufistik Maulana Jalaluddin Rumi berkata: "Perpisahan hanya untuk orang-orang yang mencintai dengan matanya. Karena untuk orang yang mencintai dengan hati dan jiwanya, tidak ada kata perpisahan". Untuk berada di titik menjaga seseorang dengan hati dan jiwanya itu memerlukan proses yang ditempuh melalui berbagai permasalahan, dimana permasalahan itulah yang akan mendewasakan kita.

2. Bagaimana relationship yang ideal? Semua orang menginginkan hubungan yang ideal, tapi gak semua orang mampu menjalankannya. Untuk mencapai ideal, berarti harus mempunyai tujuan yang jelas, biar gak nyasar. Jika sudah memiliki tujuan, silahkan ciptakan hubungan ideal menurut keinginan dan kesepakatan bersama yang nantinya akan melahirkan sebuah komitmen, dimana komitmen ini hanya untuk orang yang dewasa, maksudnya adalah yang mampu menjalankan itu menjadi wujud nyata bukannya sedikit masalah, di besarkan, keinginan tidak terpenuhi malah ngambek, apalagi bertengkar untuk menunjukkan siapa salah siapa benar, jadi silahkan tentukan tujuannya bila mampu (jangan memaksakan). 

3. Siapa yang layak untuk berkomitmen? Hanya untuk orang yang dewasa, disini perlu kehati-hatian dalam suatu tindakan dalam menjalankan komitmen itu sendiri jangan sampai dengan sikap yang melampaui batas dapat mencederai komitmen itu sendiri. Suksesnya dalam komitmen itu akan melahirkan suatu ketenangan satu sama lain, ketenangan itu akan melahirkan kenyamanan, kenyamanan itu berasal dari sikap diantara dua insan yang memberikan perhatian melalui tindakan yg nyata, jangan heran apabila menemukan kebahagiaan yang harus ditebus dengan berbagai kepedihan yang ada. 

Baca juga: Sepenggal Kata Maaf

Disclaimer:

Saya ingin mengajak teman-teman betul-betul mempertimbangkan sebelum menjalankannya lebih jauh. Kita ini manusia yang dilahirkan seorang ibu yang bertaruh dengan nyawa, dibesarkan dengan tetesan keringat (nafkah) seorang ayah, apabila dikalkulasikan dengan materi itu gak ada apa apanya. Masa kita mau datang dalam kehidupan seseorang dalam keadaan belum punya apa apa? (Penghasilan, pekerjaan, karir, dan pendidikan) maksudnya agar sesuatu itu dapat dipertanggung jawabkan dan memastikan seorang wanita itu untuk "bahagia" bersama kita. 

Maksudnya kalau belum siap, lebih baik sendiri terlebih dahulu menata kehidupan, penghasilan, dan pendidikan terutama pemahaman dalam ilmu agama, biar kita tuh nggak ngecewain orang yang kita cintai, daripada kita memaksakan kehendak dan nafsu menggerutu untuk memiliki seseorang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun