Mohon tunggu...
Defantri Tampubolon
Defantri Tampubolon Mohon Tunggu... Guru Matematika -

Hanya seorang dari sekian banyak yang takut akan Tuhan, senang terhadap matematika dan berusaha membuat hidup lebih bernilai dengan memahami matematika (dt)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanggapi Artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?"

8 Oktober 2013   21:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?" saya baca di  beberapa forum antara lain "Komunitas Ayah Edy" dan "Forum Guru republik Indonesia". Apakah Anda pernah membacanya di forum-forum lain, di blog, atau di website, jika sudah Anda mungkin lebih asik membaca tulisan berikut tetapi jika belum tulisan di bawah kurang begitu di pahami maksudnya... (coba baca artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?" dimana Anda suka melalui mesin search)

Artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?" menurut saya bagus, tetapi artikel tersebut tidak memberikan jawaban pasti terhadap seberapa pentingnya berhitung. Melalui artikel berikut ini saya jawab SANGAT PENTING, berhitung tidak sesulit yang kita bayangkan tetapi tergantung dari apa yang ingin Anda hitung.

Untuk masalah antri seperti yang di tekankan di artikel diatas (tapi sayang nama guru di Australia-nya tidak disebutkan) saya rasa budaya antri hanya berlaku pada saat keadaan yang antri dalam keadaan sama baik. Artinya budaya antri tidak bisa dipakai jika keadaan tidak sama baik, misalnya ketika kita antri untuk beli makanan dan dibelakang kita juga antri seorang nenek tua yang sudah bungkuk. Dengan keadaan seperti ini apakah tetap kita berlakukan budaya antri tersebut?

Sekarang, coba kita kaitkan antri dengan konsep matematika. Pada perhitungan matematika ada yang dikatakan operasi aljabar memiliki 'posisi sama' atau gampangnya dikatakan 'sama kuat' yaitu Penjumlahan sama kuatnya dengan Pengurangan atau Perkalian sama kuatnya dengan Pembagian. Jika dalam operasi perhitungan penjumlahan dan pengurangan sekaligus diberikan tanpa tanda kurung (pengecualian) maka perhitungan dimulai dari yang paling kiri.

Kita ambil sebagai contoh:

5 - 6 + 8 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3 = . . .

konsep dalam menyelesaikan soal diatas adalah kita kerjakan mulai dari yang pertama (yang paling kiri) sehingga penyelesaiannya menjadi:

= 5 - 6 + 8 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3

= - 1 + 8 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3

= 7 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3

= 3 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3

= 6 + 5 - 2 + 7 - 3

= 11 - 2 + 7 - 3

= 9 + 7 - 3

= 16 - 3

= 13

Konsep pengerjaan soal diatas jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari maka budaya antri itu bukan suatu hal yang sulit jika kita paham bermatematikanya, bisa saya katakan kita hanya lemah dalam bermatematika sehingga kita tidak mampu menerapkan konsep matematika yang baik itu ke dalam kehidupan kita.

Terakhir saya mau menekankan, kita jangan menghubungkan matematika dengan yang sulit saja karena ketika hitungan itu sangat mudah Anda jangan menganggap itu bukan berhitung atau bukan matematika. Seperti jawaban argumen guru Australia pada artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?" , dia mengatakan "Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb." Dari pendapat ini artinya matematika tanpa kecuali sangat diperlukan oleh semua profesi, apakah kita akan menghindari matematika yang sangat dibutuhkan semua profesi?.

Bagaimana masyarakat Indonesia menanggapi pernyataan guru Australia misterius tersebut banyak yang salah tafsir. Sikap yang baik dan pengetahuan yang baik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan mana yang paling penting untuk membangun sebuah negara, kedua hal tersebut sama pentingnya.

Saran dan kritik kami terima,

Jika bermanfaat, mari kita saling berbagi informasi dengan like dan share. Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun