A. Hal Pertama: Artificial Intelligence dan Ketergantungan Manusia Terhadapnya
Artificial Intelligence bukan lagi hal yang terdengar asing bagi manusia, khususnya bagi generasi muda penikmat revolusi digital. Kehadiran Artificial Intelligence dalam dunia modern telah memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia, baik dalam aspek sosial, bisnis, ekonomi, kesehatan, dan yang lainnya. AI adalah bidang ilmu komputer yang berfokus pada pengembangan sistem yang dapat meniru kecerdasan manusia (Hardiman 2021). AI menerapkan pendekatan dengan algoritma yang diperuntukan untuk mengenali kondisi sekitarnya, termasuk penggunanya.
Algoritma menurut Kani (Kani 2020) adalah upaya untuk memecahkan masalah menggunakan urutan tindakan yang logis dan sistematis untuk mencapai hasil tertentu. Algoritma didefinisikan sebagai langkah sistematis untuk penyelesaian suatu masalah yang menghasilkan suatu output tertentu. Algoritma memetakan pencarian berdasarkan relevansi konten yang diterbitkan untuk pengguna, hal ini ditentukan oleh kecenderungan perilaku pengguna.
Maka, algoritma adalah sebuah sistem yang bekerja dengan cara memberi output berdasarkan history konten yang dicari, diminati, dan sesuai dengan latar belakang pengguna (berbasis data). Output tersebut berupa konten-konten yang memiliki hubungan dengan basis data pengguna tersebut (Nasrullah 2018). Sehingga dapat diketahui bahwa algoritma tersebut akan mencatat data yang kita telusuri di platform digital dan mengeksekusinya dengan terus memberi arus konten yang dapat membuat kita nyaman untuk terus menelusuri platform tersebut. Hal inilah yang menyebabkan manusia cenderung bergantung pada eksistensi teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Algoritma yang menjadi sistem pendekatan AI telah membuat manusia merasa bahwa mereka ‘dikenal’ karena algoritma terus-menerus memberikan konten yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Dalam beberapa konteks umum, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Indonesia sudah mulai ‘melek teknologi’. Hal ini diperkuat dengan data dari We Are Social yang menunjukkan peningkatan intensitas penggunaan media sosial di zaman ini. Berdasarkan data dari We Are Social tersebut jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada bulan April 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di Indonesia (Widi 2023). Berdasarkan data tersebut, argumen yang menyatakan bahwa manusia telah ‘dipaksa’ untuk terintegrasi dengan teknologi mulai dapat dikatakan relevan. Dalam berbagai bidang, manusia mulai mengandalkan AI untuk mempermudah pekerjaan mereka. Dalam konteks ini, ketergantungan manusia terhadap AI semakin nampak secara eksplisit.
B. AI dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Seni
Dunia seni dan kreativitas rupanya juga tak luput dari peranan AI. Eksisnya AI dalam dunia seni memungkinkan manusia untuk berkreasi dengan lebih luas dan efektif. Pengguna cukup memasukkan gagasan mereka, memilih desain seni yang mereka inginkan dan aplikasi akan menghasilkan karya seni yang unik. Dengan User interface dan ragam fitur yang dapat digunakan, AI menjadi alat yang ‘sempurna’ bagi mereka yang ingin membuat desain yang menakjubkan dari ide mereka.
Penggunaan AI dalam dunia seni dapat memfasilitasi eksplorasi dan kreativitas para seniman. Penggabungan elemen-elemen baru akan menciptakan kombinasi baru, sehingga seniman dapat menghasilkan karya seni yang inovatif dan unik. AI dapat menjadi sumber inspirasi bagi seniman dalam berkarya (Andika 2023). Dengan begitu, AI membantu seniman untuk menggali potensi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, sehingga seniman dapat lebih bereksperimen dalam membuat karyanya.
Tidak hanya itu, bagi sebagian besar seniman, permasalahan teknis seperti waktu produksi, perspektif dan komposisi visual yang rumit sering kali menjadi tantangan dalam pembuatan karya seni. Peranan AI dapat membantu mengatasi tantangan-tantangan tersebut. AI dapat menciptakan gambar dengan kombinasi visual yang realistis dan estetis dalam kurun waktu yang singkat (Satrinia, Firman and Fitriati 2023). Hal ini membantu seniman untuk dapat menghasilkan karya seni yang lebih terkesan profesional dan berkualitas walaupun dengan proses produksi yang lebih singkat dan tidak memakan banyak waktu. Contohnya adalah produksi batik printing di Indonesia yang dibuat oleh kombinasi tenaga manusia dan AI. Produksi batik printing memerlukan lebih sedikit tenaga manusia dan waktu. Dengan proses produksi yang lebih cepat dan tingkat estetika yang tinggi, suatu karya seni akan mampu mengalami peningkatan nilai guna.
Namun di lain sisi, perlu dipertimbangkan juga sisi lain dari penggunaan AI dalam dunia seni, sebab penggunaan AI dalam dunia seni kerap kali diperdebatkan oleh banyak pihak. Walaupun secara nilai guna AI membantu para seniman, namun secara nilai perasaan, AI malah justru menjadi sandungan bagi seniman dalam berkarya. Beberapa menganggap AI sebagai alat yang membuka peluang dan kesempatan baru dalam dunia seni, beberapa yang lain menganggap AI sebagai hambatan yang melunturkan kreativitas seniman dalam dunia seni.
Kemudahan yang diciptakan AI dalam dunia seni tentu menimbulkan pertanyaan dan skeptisme berkaitan dengan keaslian dan orisinalitas dalam pembuatan karya seni. Karya seni yang diciptakan oleh AI dinilai kurang memiliki nilai orisinalitas sebab dibuat oleh algoritma yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang. Hal ini secara tidak langsung akan memunculkan tantangan baru dalam melihat nilai estetika dan keunikan karya seni yang diciptakan oleh AI. Berbicara tentang keaslian dan orisinalitas rasanya aspek etika yang berkaitan dengan kepemilikan dan hak cipta juga akan terjerat. Penggunaan AI dalam dunia seni memunculkan pertanyaan tentang etika dari suatu karya seni yang diciptakan. Hal ini dikarenakan setiap orang dapat memanfaatkan algoritma untuk menciptakan karya seni sesuai keinginan mereka.
Selain itu, permasalahan utama yang kerap kali diperdebatkan adalah soal ketergantungan manusia terhadap teknologi. Tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan AI dalam dunia seni akan membuat seniman bergantung pada teknologi dalam proses pembuatan karya seni. Hal ini akan berimbas pada penurunan keterampilan dan keahlian tradisional yang dimiliki oleh seniman. Dalam konteks lain kita telah melihat bahwa kecenderungan modernitas yang ada telah menuntun manusia untuk menjadi ‘tergantung’ pada kehadiran AI dalam dunia seni. Penggunaan AI dalam dunia seni juga dapat menimbulkan kekhawati9ran bahwa AI dapat menggantikan seniman manusia atau menciptakan karya seni tanpa jiwa (Ploin and Eynon 2022). Lantas, “Apakah peranan seniman manusia akan tergantikan oleh AI?”
C. Integrasi Manusia dengan AI sebagai Solusi dalam Pengembangan Dunia Seni
Pada faktanya, peranan seniman tak akan tergantikan oleh AI. Walaupun AI dapat menciptakan karya-karya seni yang mungkin setara atau bahkan melebihi kompetensi dan tingkat kreativitas manusia, AI tetap tidak akan menggantikan seniman. Pada dasarnya AI hanyalah sebuah alat yang diciptakan untuk mempermudah manusia, hal sama berlaku pada penerapan AI dalam dunia seni yang menjadi titik balik dalam perkembangan dunia seni (Pakpahan 2021). Dave King selaku founder dari perusahaan AI Artificial Labs mengungkapkan dalam interviewnya dengan ABC News bahwa AI hanya dapat membuat apa yang telah mereka pelajari, sedangkan menurutnya, kondisi manusia itu ekspansif, luas, dan membawa perspektif yang jauh lebih dalam dibandingkan AI.
Seniman dapat menggunakan AI sebagai salah satu penunjang dalam proses penciptaan kreatif untuk meningkatkan dan memperluas karya mereka (Sholihin 2023). Dengan demikian. seniman dapat menjadikan AI sebagai alat bantu untuk mencari inspirasi yang akan merangsang proses kreatif baru. Proses kreatif baru yang dimaksud adalah dimana seniman dapat meninjau ulang pendekatan-pendekatan yang diperlukan dalam menciptakan karya seni. Penggunaan AI sebagai alat untuk menciptakan karya seni adalah terobosan baru yang menarik, sebab hasil karya yang diciptakan dinamis dan akan selalu berubah. Ketidakpastian inilah yang memberikan unsur kejutan dan hasil yang menarik.
Oleh karena itu, kehadiran AI dalam dunia seni memiliki manfaat seperti memberikan inspirasi dan komposisi visual baru yang dihasilkan oleh algoritma. Untuk seorang seniman yang menggunakan AI, hal yang menjadi tantangan utama adalah untuk mencitapkan karya seni dengan hasil yang akurat sesuai dengan keinginan, karena pada saat ini, mengontrol hasil dengan akurat menjadi hal penting yang sulit untuk dicapai oleh para seniman. Walau demikian, para seniman dapat memberikan tambahan-tambahan secara manual sehingga karya seni yang diciptakan tidak sepenuhnya buatan AI. Dengan demikian karya seni yang diciptakan memiliki makna dan orisinalitasnya sendiri karena karya tersebut tidak hanya diciptakan oleh AI.
D. Kesimpulan
Modernitas yang muncul saat ini diikuti oleh kemajuan teknologi secara tidak langsung membuat hidup manusia jauh lebih mudah. Kehadiran Artificial Intelligence dalam dunia modern telah memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia, tanpa terkecuali dunia seni dan kreativitas.
Penggunaan AI dalam dunia seni kerap kali diperdebatkan oleh banyak pihak. Beberapa menganggap AI sebagai alat yang membuka peluang dan kesempatan baru dalam dunia seni, beberapa yang lain menganggap AI sebagai hambatan yang melunturkan kreativitas seniman dalam dunia seni. Secara garis besar, penggunaan AI dalam dunia seni sendiri itu bagaikan pedang bermata dua. AI dapat menjadi peluang dalam berkarya karena dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi seniman dalam menciptakan karya seni, ataupun dapat menjadi hambatan dalam berkarya karena akan menimbulkan ketergantungan terhadap teknologi.
Namun, daripada berfokus pada mana yang lebih baik ataupun buruk, baik apabila manusia dan AI diintegrasikan menjadi satu kesatuan baru. Melihat peluang dari kolaborasi antara seniman manusia dengan AI, potensi dunia seni dan kreativitas akan lebih berkembang. Kembali lagi pada pernyataan bahwa AI hanya dapat membuat apa yang telah mereka pelajari, sedangkan kondisi manusia itu ekspansif, luas, dan membawa perspektif yang jauh lebih dalam dibandingkan AI. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa kolaborasi antara seniman manusia dengan AI akan menciptakan terobosan dan karya-karya baru yang lebih inovatif. Walau demikian, manusia tetap harus memberdayakan dirinya supaya tidak tergerus oleh perkembangan AI.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Reza. Dampak Artificial Intelligence (AI) dalam Bidang Seni. April 30, 2023. https;//geotime.id/dampak-artificial-intelligence-ai-dalam-bidang-seni (accessed November 14, 2023).
Hardiman, Fransisco Budi. Aku Klik Maka Aku Ada: Manusia Dalam Revolusi Digital. Jakarta: PT. Kanisius, 2021.
Kani. "Pengantar Algoritma." Algoritma dan Bahasa Pemrograman, 2020: 1-34.
Nasrullah, R. "RISET KHALAYAK DIGITAL: PERSPEKTIF KHALAYAK MEDIA DAN REALITAS VIRTUAL." Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018: 271-287.
Pakpahan, Roida. "Analisa Pengaruh Implementasi Artificial Intelligence Dalam Kehidupan Manusia." Journal of Information System, Informatics and Computing V, no. 2 (Desember 2021): 506-513.
Ploin, Anne, and Rebecca Eynon. AI and The Arts: How Machine Learning Is Changing Artistic Work. Oxford: University of Oxford, 2022.
Satrinia, Dwina, Reza Ramadani Firman, and Trimalda Nur Fitriati. "Potensi Artificial Intelligence dalam Dunia Kreativitas Desain." Journal of Informatics and Communications Technology (JICT) (Telkom University) V, no. 1 (June 2023): 159-168.
Sholihin, Ahmad. "Peran AI Terhadap Kinerja Indsutri Kreatif di Indonesia." Journal of Comprehensive Science II, no. 7 (Juli 2023): 2159-2170.
Widi, Shilvina. Pengguna Media Sosial di Indonesia Sebanyak 167 Juta pada 2023. February 3, 2023. https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-sebanyak-167-juta-pada-2023 (accessed November 13, 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H