Seperti judulnya..
lagi dan lagi saya mengangkat sebuah fenomena dalam hidup saya.
sebelumnya saya sudah membahas hal yang sama dalam berbagai blog pribadi maupun blog umum saya.
Saya Bukanlah seorang Putri, saya hanya seorang yang miskin.
Putri adalah sebutan bangsawan untuk putra raja. dimana raja adalah seorang pemimpin negara atau wilayah yang tentunya memiliki kekayaan diatas rata-rata atau juga yang paling kaya didaerahnya.
hal itu pun berefek pada anak sang raja atau disebut juga sebagai putri, sebagai anak orang yang mempunyai kekayaan yang luar biasa, tentunya tanpa menggerakkan satu jari pun apapun yang diinginkannya bisa dikabulkan.
padahal pada kenyataannya, lebih banyak putri yang mengabdikan dirinya untuk rakyat yang dia pimpin. sehingga, semakin sedikit saja peran kekayaan itu dalam kehidupannya.
apalagi, SAYA.
saya bukan anak seorang raja, saya jelas bukan seorang putri.
tetapi, sejak kecil sampai saya menembus kepala dua, masih ada saja yang menganggap saya seakan-akan tuan putri.
tidak jauh-jauh contohnya untuk menyindir saya.
seperti, saya sepertinya tidak bisa duduk di sofa yang kumal dan kotor atau saya tidak biasa makan makanan rumahan.
halllloooooooo...
saya benar-benar sedih dan sangat kecewa diperlakukan seperti itu.
andaikan saja mereka tahu, tidak ada barang yang (bahkan) melekat ditubuh saya yang milik saya sendiri. itu semua pemberian, hadiah dari orangtua saya.
kenapa orangtua saya memberi saya pakaian, makanan dan tempat tinggal?
karena saya yakin orangtua anda sekalian juga akan memberikan hal yang sama kepada anak mereka sendiri.
jadi,kenapa saya dibedakan?
kalau saya menaiki kendaraan beroda empat maka saya sudah dianggap (lagi dan lagi) orang kaya.
padahal kalau mereka tau, saya pinjam kendaraan itu dari orang tua saya.
coba anda lihat di STNK kendaraan itu, tidak ada satu huruf pun nama saya tertera sebagai pemiliknya.
lalu, kenapa saya dianggap orang kaya?
saya tidak punya apa-apa didunia ini.
bahkan untuk sabun mandi pun saya masih minta dengan orangtua saya.
saya tidak kaya, saya miskin total.
uang yang bisa saya peroleh sekarang hanya bisa untuk membeli beberapa buku yang saya suka, jajanan yang saya ingin coba atau mungkin sekedar pulsa telepon, hanya itu saja.
belum bisa untuk membeli kamera, mobil, rumah atau apapun yang mungkin selalu diikutkan dalam nama belakang saya.
"Diska itu orang kaya, nggak bisa makan tempe penyet"
kalau anda merasa seperti itu, saya bisa makan tempe penyet sekarang juga didepan mata anda dengan syarat setelah saya memakannya tolong jangan sekalipun menyebut saya:
ORANG KAYA
seakan-akan saya terlihat tidak bisa tidur dipinggir jalan atau makan makanan basi.
jadi, sekali lagi...
saya orang miskin..
yang punya yang kaya itu orangtua saya..
sampai sekarang saya belum bisa membayarkan semua yang mereka berikan walaupun mungkin yang saya bayarkan itu tidak ada artinya untuk mereka.
saya sama seperti anda sekalian, tidak punya apa-apa. (makan sebulan saja saya tidak punya)
saya selalu saja mendapatkan komentar iri atau juga tatapan iri dengan apa yang saya punya...
padahal...
saya lebih-lebih sangat-sangat iri dengan teman-teman saya yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dari keringatnya sendiri, saya sangat-sangat-sangat iri, saya sangat ingin sekali seperti mereka, rasanya lebih lega saat makanan keringat sendiri masuk kedalam pencernaan, rasanya lebih ringan saat mengendarai kendaraan yang kita cicil sendiri dari hasil kerja keras.
kenapa iri sama saya? saya ini cuma pakai barang pinjaman..dan tidak ada satupun dari barang pinjaman itu yang akan jadi milik saya nanti.
jadi, jangan sekali lagi dan sekali lagi membuat saya merasa seperti orang borju yang sok merendah berada di tengah-tengah orang biasa, lalu anda menyindir saya dengan sofa lama atau makanan rumah. saya sangat sangat membenci perlakuan seperti itu.
dan bagi yang tidak, saya sangat senang diterima sebagai orang yang sama-sama makhluk tuhan tanpa melihat apa yang saya pakai, apa yang saya bawa saat itu. saya sangat menghargai kasih sayang kalian...
didunia ini banyak sekali orang yang lebih kaya bukan hanya finansialnya tetapi juga hatinya..saya bahkan masih menghimpun kekayaan hati saya sedikit demi sedikit begitu juga dengan kekayaan finansial saya..
untuk saat ini, saya hanya beruntung, itu saja.
keberuntungan saya pun tidak hadir dalam semua aspek hidup saya dan saya yakin anda semua beruntung (mungkin ada yang satu atau dua aspek saja dalam hidupnya) tetapi anda tidak merasa karena anda tidak mensyukurinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H