Mohon tunggu...
Evi Handayani
Evi Handayani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 Universitas Sebelas Maret

Saya memiliki ketertarikan dengan dunia anak, termasuk cerita-cerita anak. Saya juga senang dengan dunia memasak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru yang Dirindukan

18 Januari 2023   06:16 Diperbarui: 18 Januari 2023   06:28 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata kelas, yang terbayang dalam benak kita adalah sebuah ruangan dengan papan tulis, meja, kursi, dan tidak lupa sosok guru yang mengajar. Gambaran umum tersebut muncul sebagai sebuah manifesto atas lapisan terluar dari dunia pendidikan.

Satu hal yang perlu kita ingat, tampilan luar dari sesuatu, merupakan cerminan dari apa yang terjadi di dalam sesuatu tersebut. Begitu pula dengan wajah pendidikan kita yang terbentuk dari bagaimana "isi" di dalamnya. Berbicara tentang "isi" dalam dunia pendidikan, sudah tentu meliputi pelbagai elemen, antara lain guru, siswa, kurikulum, perangkat pembelajaran, dan media pembelajaran. Pelbagai elemen tersebut saling berkaitan membentuk sistem dalam pendidikan.

Dari sekian elemen pendidikan yang sudah disebutkan sebelumnya, guru berada di posisi inti. Guru adalah sosok terdepan, yang tampil secara personal untuk membangun interaksi pembelajaran bersama peserta didik. Dalam interaksinya, guru memiliki sejumlah "senjata" sebagai amunisi dalam menghadapi karakter siswa yang heterogen.

Dalam perjalanan mengajar, guru tidak hanya berperan sebagai pemberi ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga dituntut untuk mampu berkontribusi sebagai agen perubahan. Sebuah konsep dari Ki Hajar Dewantara, yaitu Trikon (kontinuitet, konvergensi, konsentrisitet), tampak tepat dalam pembahasan mengenai sosok guru sebagai pemimpin perubahan. 

Kontinuitet adalah tindakan progresif yang tidak sekadar perulangan atas sebuah keberhasilan, tapi ada tindakan nyata yang bersifat lebih maju dan positif. Lalu, konvergensi adalah keterampilan berbaur atau bersosialisasi dengan pelbagai pihak. Sementara konsentrisitet adalah keyakinan untuk selalu menjunjung tinggi kepribadian bangsa dalam berperilaku.

Maksud konsep diri dari Ki Hajar Dewantara ini merupakan bekal kepribadian yang semestinya dimiliki oleh seorang pendidik, agar segala langkah yang dilakukan guru lebih terarah dan bermakna. Kebermaknaan inilah yang menjadi kunci seorang guru dipandang sebagai sosok yang selalu dinanti kehadirannya. Sosok yang dicari dan dirindukan oleh siapa saja yang pernah bersinggungan dengan guru tersebut. Untuk mencapai itu, guru hendaknya memiliki kompetensi kepemimpinan yang mumpuni.

Peran kepemimpinan seorang guru sangat penting, karena seorang guru berhadapan dengan manusia. Bukan kertas, bukan benda mati. Ada seni kepemimpinan yang musti dikuasai oleh seorang guru, untuk bisa memegang kendali siswanya, baik di kelas atau di luar kelas. Terlebih di abad XXI ini. Era dimana karakteristik siswa lebih beragam. Era dimana tantangan teknologi berkembang sangat pesat dengan semua pengaruhnya, baik positif maupun negatif.

Bila seorang guru tidak memiliki jiwa kepemimpinan, bagaimana nilai-nilai kebaikan dalam dirinya dapat dirasakan? Apa yang terjadi, bila seorang guru tidak dapat menguasai kelasnya sendiri? Sudah tentu, peserta didik tidak akan memiliki kebermaknaan dalam proses belajarnya. Siswa hanya akan merasa sekolah sebagai sebuah rutinitas. Berangkat pagi, duduk di kelas, mengerjakan tugas, pulang. Begitu seterusnya.

Lantas, apakah sosok guru yang berkepemimpinan baik adalah guru yang keras dalam mengajar? Guru yang lekat dengan stigma "monster"? Jawabannya, bukan. Guru yang berkemimpinan baik adalah guru yang mampu memompa semangat siswanya untuk menjadi pribadi luhur dengan potensi terbaiknya.

Guru yang memimpin kelasnya dengan baik, adalah guru yang mampu membawa siswanya menemukan makna hidup dengan bijaksana. Bukan guru yang ditakuti, tapi disegani karena keilmuannya. Bukan guru yang dihindari, tapi senantiasa didekati karena welas asihnya. Bukan guru yang diabaikan kehadirannya, tapi guru yang diperhatikan karena setiap tutur katanya adalah rangkaian kalimat menarik yang memantik kreativitas.

Niat dan Komitmen

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi guru, hal mendasar yang harus disadari dan ditanamkan baik-baik adalah niat serta menjaga komitmen seumur hidup. Bayangkan, bila seorang guru tidak memiliki komitmen kuat terhadap prinsip-prinsip keluhuran, bagaimana bisa menghasilkan generasi yang teguh berpendirian? Maka, senantiasa meluruskan niat yang memuarakan segala sesuatu kepada Tuhan  adalah hal wajib bagi seorang guru. Dengan kata lain, menjadi guru adalah kontrak seumur hidup dengan Tuhan dalam menjaga kehidupan dunia agar tidak menyalahi kodrat alam. Senantiasa menjadi pijakan bagi generasi selanjutnya untuk mudah bersyukur dan berpegang kuat pada nilai-nilai kebajikan.

Pengembangan Diri

Guru yang percaya diri dalam memimpin forum adalah guru yang memiliki keyakinan positif terhadap dirinya sendiri. Keyakinan positif ini bisa muncul apabila guru mampu menjadi sosok yang senantiasa belajar. Tidak berhenti hanya pada satu hal yang disukai. Tapi sosok yang siap menjawab tantangan apapun di depannya. Maka dari itu, penting bagi seorang guru untuk selalu mengembangkan diri dengan mau belajar hal-hal baru. Dengan mengembangkan diri, guru bisa ikut membersamai siswa sesuai zamannya.

Inovasi

Sosok guru yang inovatif juga menjadi ciri guru yang diidam-idamkan oleh siswa. Inovasi seorang guru dapat terwujud dari bagaimana seorang guru mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai untuk setiap kelas yang diampunya. Atau alat peraga apa yang digunakan guru dalam upaya menarik perhatiann siswa. Guru yang inovatif juga mampu melihat peluang-peluang positif dari setiap siswanya. Senantiasa ingat bahwa setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Dan gurulah yang bertugas untuk mengubah keunikan siswa menjadi keunggulan yang bermanfaat.

Produktivitas

Guru yang berkepemimpinan baik adalah guru yang produktif dalam menularkan nilai-nilai luhur, baik dari dalam dirinya atau dari materi pelajaran yang disampaikan. Produktivitas ini bisa berbentuk kegiatan positif. Misalnya, menulis atau membuka ruang diskusi terbuka untuk membahas hal apapun. Produktivitas ini juga mencerminkan jiwa guru yang terbuka akan perubahan.    

Kemaslahatan

Kemaslahatan atau kebaikan adalah tujuan utama dari segala tindakan seorang guru. Maka, penting bagi seorang guru untuk memutuskan sesuatu dengan berdasarkan kebaikan bersama. Kehadiran guru menjadi sumber kebaikan yang bisa diteladani oleh setiap orang. Dengan demikian, terciptalah sinergi yang positif dimanapun guru berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun