Air terjun yang biasanya harus dicari dan dirambah kedalam hutan, disini berada tepat dipinggir jalan raya. Kami berhenti sejenak, menyegarkan diri dari dinginnya air terjun berketingggian 35 meter ini.
 [caption caption="Air terjun Lembah Anai"]
 [caption caption="Kembali segar setelah perjalanan panjang"]
 [caption caption="Sate Padang Mak Syukur Original"]
Energi kembali terisi. Ayu menjadi tenang kembali. Motor kami, si "Hijau", kembali melaju di hijaunya alam Padang Panjang. Jangan kaget apabila menemukan kemacetan dari Padang Panjang ke Bukittinggi. Layaknya Jakarta, ketika liburan warganya-pun membanjiri Puncak. Kebetulan momen kami bertualang di Sumatra Barat bertepatan dengan liburan akhir tahun. Untungnya pilihan moda transportasi kami tepat. Kami melalui kemacetan tersebut dengan mudah dan akhirnya memasuki kawasan Bukittinggi. Well hello, Koto Gadang.
Â
Arrived at Koto Gadang
Setelah 4 jam perjalanan yang melelahkan, kami memutuskan untuk langsung ke hotel untuk istirahat sejenak. Hotel kami? Weeits. Hotel termahal di Bukittinggi dong ah. Don't like people difficult (baca-jangan kaya orang susah) :D.Â
 [caption caption="The Hills (sekarang Novotel Bukittinggi), Hotel bintang 4 satu-satunya di Bukittinggi."]
Apa maksudnya? Well, sorry to say, Sumatra Barat adalah daerah yang sangat islami. Syariat Islam diperlakukan ketat disini. Jadi para pasangan traveller yang belum menikah, siap-siap saja di grebek malam hari, apabila menginap sekamar berdua. Apapun agama anda.Â
Lucunya apabila keadaan ini dilakukan oleh warga negara asing (tinggal sekamar walau belum menikah) maka diperbolehkan. Alasannya karena mereka tidak mengetahui budaya Indonesia. Seolah dikucilkan di negeri sendiri. Maybe this is the only downside on this West Sumatra trip. Disaat backpacker harus berhemat, kami harus membayar dua kamar untuk satu malam. Saya tidak akan berdebat mengenai kebijakan ini. Kekecewaan ini tidak sebanding dengan keindahaan anugerah Tuhan yang Sakaw Travelling alami di Sumatra Barat ini.