Kaca mata hitam 20 ribuan sudah terpasang, rambut sudah kembali dirapihkan dan foto demi foto diabadikan sepuasnya agar tiada penyesalan. Photo session berlangsung seru sampai kamera memanas dan memory menipis. Dari titik ini, apabila cuaca baik dan angin berhembus tidak terlampau kencang, paralayang berterbangan indah menghiasi langit. Sayangnya cuaca sore itu kurang sempurna sehingga hanya langit kelabu (namun tetap fotogenik) dan matahari yang beranjak terbenam menjadi latar foto kami.
[caption caption="Sosok siluet beradu dengan matahari tenggelam di Bukit Langkisau"]
Perasaan seakan berada diatas segalanya mengisi benak kami. Sebuah sensasi romantisme surga yang menjadi tujuan kami backpacking dan bertualang. Dikeheningan, suara "merdu" Ayu kembali merebak sunyi: " Memandang langit dari atas bukit, sejauh pandang ku lepaskan...". Saya pun diam-diam berangsur menjauh. 😰
[caption caption="Cekungan teluk yang menawan, anugerah alam bagi Painan"]
Puas melahap pemandangan menawan, dan berpose bak peragawan, baru kami sadar betapa lapar perut kami, sedari siang belum terisi. Saatnya melengkapi kebahagiaan ini dengan Indomie kuah telor.
[caption caption="Sensasi menikmati Indomie hangat di ketinggian 500 dpl Bukit Langkisau"]
The way back
Perjalanan pulang ditempuh lebih lama dengan kami sempat berhenti di spot-spot mengagumkan dan santai menikmati alam Painan dan tentunya berpose kembali. Travel companion kami, Budiman dan Rahmi, pamit duluan dan kami pun berpisah. Mungkin sudah muak menyaksikan kenarsisan kami. 😄 They are great travel buddies. Sampai hari ini silahturahmi masih terjalin erat di alam Facebook.
[caption caption="Pemandangan yang "biasa" di daerah Painan"]
[caption caption="Infrastrukur jembatan sebagai jalur transportasi kendaran roda dua"]
Tidak cukup narsis, kami juga sempat berhenti untuk mencoba Durian asli Painan. Durian ini ternama di kalangan masyarakat minang sebagai salah satu Durian ter-nikmat di Sumatra Barat. Buahnya tidak terlampau besar namun isinya maksimal baik kuantitas dan kualitasnya. Betapa ramah kami disapa oleh bapak penjual durian dan warga Painan. Mereka begitu heran menyaksikan dua mahkluk aneh yang berperawakan sangat asing dengan gembolan backpack dipunggungnya. Pemandangan langka akan kami di Painan mungkin sebuah pertanda bahwa belum terlampau banyak turis asing maupun lokal yang berkunjung ke sini. Bisa jadi disebabkan karena jarak yang terlampau jauh dan infrastruktur jalan dan penginapan yang masih kurang memadai. Sungguh disayangkan karena Painan memiliki potensi wisata yang tinggi.