Mohon tunggu...
Dewi eF
Dewi eF Mohon Tunggu... Pelajar/mahasiswi -

hanya seorang mahasiswa yang ingin berbagi sedikit yang ia dapat dari bangku kuliah hari ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku, Kita, dan Mereka

5 September 2017   22:59 Diperbarui: 5 September 2017   23:24 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Aku memang bagian dari pada kalian, sehingga ini berubah menjadi kita. Namun aku tidak merasa dalam kalian ada aku, yang aku rasa hanya ada aku dan rasa ku. Dan hebatnya aku menjadi bagian di antara mereka, yang menyebutku bagian dari mereka. Bukan kalian tapi aku". -Dewi Osiris-

            Sering kali dalam singkat nya kehidupan dunia, seseorang dihadapkan pada suatu paksaan yang terkadang ingin ia ingkari, namun pada sisi lain yang lebih kuat ingin ia jalankan. Seperti hal nya cerita saya tentang pengalaman perjalanan Kuliah Kerja Mahasiswa yang baru saja berakhir dan menyisakan banyak kenangan rumit, pahit, manis, dan indah. Program Univ Islam Negeri Malang yang telah berjalan bertahun tahun ini memang berhasil mengubah banyak anak menjadi lebih mandiri, namun pada sisi lain banyak pula anak yang tidak memperoleh sesuatu yang berarti. Mengapa demikian? Entahlah, saya tida terlalu tertari dengan sesuatu yang menjadi hak orang lain dalam scenarionya.

            Tanggal 5 juli 2017 awal kami menjalani kehidupan asing, dengan tempat asing, dan orang orang asing. Semua terasa sulit, dengan teman teman baru yang tentunya memiliki cara pandang yang berbeda pula. Tuntutan untuk menghasilkan sesuatu dengan tekanan lingkungan yang demikian menjadikan suasana semakin tidak menyenangkan untuk pribadi saya, dan pada saat itu saya berfikir bahwa dengan seiring berjalannya waktu ini akan segera berakhir. Saya hanya perlu menjalani ini 30 hari, dan semua akan segera berakhir.

            Satu minggu pertama semua tidak berjalan baik, mulai dari perencanaan program sampai dengan hubungan kami bersama masyarakat. Kurangnya sosialisasi yang disebabkan  masih bingungnya kami dengan kegiatan yang akan kami laksanakan menjadikan kami lupa jika ada sesuatu yang seharusnya sudah terlaksana ketika awal menginjak tanah kampung ini, yakni sowan (berkunjung) ke rumah rumah warga. 

Minggu pertama berjalan dengan beberapa kegiatan ringan seperti berkunjung kerumah petinggi, TPQ, dan sekolah yang rencana kami akan membantu mengajar disana. Alhamdulillah semua permohonan kami terenuhi dan disambut dengan baik oleh pihak pihak tersebut. Namun dikarenakan wakru dimulainya Kuliah Kerja Mahasiswa dan jadwal masuk anak anak sekolah dan mengaji yang hampir berjarak dua minggu maka dalam dua minggu awal kami memfokuskan diri pada program kerja.

            Satu minggu kedua, suasana terasa mulai hangat dengan kedekatan kami bersama pemilik rumah dan beberapa tetangga sekitar, aktivitas masjid juga mulai berjalan dengan lancar, mulai dari adzan, pujian, iqomah dan sholad berjamaah semua terlaksana dengan baik. Hal ini mendapat pujian dari warga sekitar yang mengatakan kalau adzanya teman teman KKM enak, dan warga mulai mengenal kami secara individu. 

Namun sifat remaja pada zaman sekarang yang didominasi oleh sifat malas yang juga tidak terkecuali menyerang kami menjadikan keadaan kurang baik hingga sampai minggu ini hanya kegiatan ringan tanpa program kerja yang berarti yang dapat kami lakukan. Tenggeran adalah kampung dengan lokasi agraris dan alami sehingga udara disanapun masih begitu dingin yang didukung dengan angin gunung bromo. Hal inilah yang menjadikan kami semakin malas beraktivitas.

            Minggu ketiga kami mulai memiliki ide ide baru yang bisa dikatakan unik sebab ide ide ini tidak lahir dari satu orang melainkan dari kami bersebelas yang masing masing terinspirasi dari berbagai orang orang dan tempat tempat yang menarik. Hari mulai cerah, dan rasa ingin pulang mulai tertahankan. Namun ada saja orang orang yang memprofokatori ide ide cemerlang ini menjadi sesuatu yang menyakitkan, dan hubungan kami mulai buruk mulai dari individualisme, miss komunikasi, dan terbentuknya kelompok dalam kelompok jika dalam bahasa psikologi ini disebut dengan agresif pasif.

 Saya rasa hal ini wajar karena kami yang didomonasi para perempuan yang tinggal dalam satu rumah tanpa adanya orang dewasa yang menjadi pembimbing maka perselisihan dan salah faham akan sangat mudah terbentuk. Terlebih lokasi antara tempet tinggal perempuan dan laki laki yang cukup jauh menjadikan komunikasi kami menjadi lebih buruk. 

Akan tetapi dalam minggu ini pula ide ide brilian yang mulai bermunculan tersebut mulai terlaksana satu persatu. Tekanan yang semakin kuat dari berbagai belah pihak menjadikan kami berfikir lebih keras dan kreatif, mulai dari ide membersihkan sampah desa yang dibantu oleh warga dan didukung oleh bapak kepala dusun, yang selanjutnya dikembangkan dengan adanya penyuluhan sampah dan pupuk organik yang gagal karena tidak terpenuhinya permohonan kami pada penyuluh. 

Ini adalah pengalaman terbesar selama KKM bagi saya karena pada saat ini untuk pertama kalinya saya berhubungan dengan instansi besar bertanggung jawab atas semua yang akan terlaksana dansampai akhirnya saya harus berfikir ulang tentang apa yang akan saya lakukan untuk mengganti program kerja yang gagal tersebut. Satu minggu sudah terasa satu tahun, setiap hari terasa begitu lama karena banyaknya masalah yang bermunculan, namun hal ini menjadikan kami semakin berfikir untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik bagi masyarakat.

            Minggu ke empat, ide ide kami pada minggu ketiga terlaksana setiap harinya, dan teman teman mulai bersemangat kembali. Kami juga mendapat banyak saudara muda baru yang membrikan kami banyak pengalaman yang tidak kami dapat di bangku kampus. Mereka juga membantu program kerja kami seperti ketika pelatihan membuat kerajinan dari koran dan acara penutupan kami. Pada minggu ini pula program kerja pelatihan membuat nuget dari sayur juga terlaksana dengan baik, dan hal ini menjadi inspirasi saya juga untuk membuatnya dirumah. 

Di sekolah SD dan TK kami mengadakan penyuluhan kesehatan PHBS (prilaku hidup bersih dan sehat), dan ini juga menjadi pengalam baru bagi saya yang kebetulan di berikan tanggung jawab untuk menyampaikan materi di TK, tanpa adanya pengalaman tentang penyuluhan PHBS saya memberanikan diri untuk menyampaikan dengan kemampuan seadanya, hingga dituntut untuk menyampaikan cara cuci tangan melalui lagu. Dan lagu itupun tercipta kurang dari satu jam tanpa adanya pengalaman menciptakan lagu alias kepepet..

            Semoga kisah ini akan menjadi episode panjang saya dan keluarga baru yang diawali dengan duka dan ditutup dengan senyum bahagia yang membuat saya sulit melepaskan kenangan kenangan di tenggeran bersama mereka yang tidak akan terlupakan. 

                                                                                                                                               5 juli-5 agustus 2017, Tenggeran Poncokusumo Malang   

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun