Mohon tunggu...
Dyah
Dyah Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Penggemar jalan-jalan dan makan enak.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pengalaman Naik Transjakarta ex-Kopaja AC

2 Januari 2016   00:04 Diperbarui: 2 Januari 2016   01:02 4757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sopir Bus ex-Kopaja: “Sehari.” (Sambil mengacungkan jari telunjuknya dan tertawa.)

Sopir Bus PGC: “Berapa dapetnya?”

Sopir Bus ex-Kopaja: “Lumayan, lah. Dihitungnya per kilometer.” (Dia lalu menyebutkan angka per kilometernya.)

Sopir Bus PGC: “Boleh juga tuh. Masih ada lowongan nggak?”

Sopir Bus ex-Kopaja: “Katanya masih butuh 300 sopir lagi. Datang saja ke ...” (Saya lupa persisnya daerah yang disebutkan oleh sopir tersebut.)

Kemudian ada pembicaraan lanjutan, tapi mereka membahas nama-nama orang yang sepertinya ada hubungannya dengan pekerjaan mereka, atau nama sesama sopir bus Transjakarta. Saya dalam hati cuma berpikir, “Ooo ... ternyata memang informasi tentang bus Transjakarta ukuran sedang memang kurang memasyarakat.”

Di hari kedua bus ini beroperasi, penumpanglah yang bersemangat memperkenalkan bus ini kepada penumpang lainnya. Karena tidak ada kenek, sudah pasti para penumpang yang antre di halte tidak tahu ke mana trayeknya bus-bus ukuran sedang ini dan ada biaya tambahan atau tidak. Saya ingat di setiap bus berhenti, beberapa penumpang di dalam bus berseru kepada para calon penumpang yang antre, “Ke Monas Mbak, Ke Monas, Pak. Tidak bayar lagi.” Bahkan, beberapa penumpang dengan bangganya memamerkan kepada para penumpang baru bahwa mereka tahu bus yang mereka tumpangi itu adalah bus Kopaja yang disulap menjadi bus Transjakarta.

Karena ada bus ex-Kopaja yang melewati Kuningan dan ada yang melewati Semanggi (sama-sama tujuannya ke Monas), maka beberapa calon penumpang harus gigit jari saat tahu bus yang mereka tumpangi tidak melewati ke halte tujuan mereka. Di hari ketiga, ada beberapa penumpang yang kaget saat tahu bus ex-Kopaja yang mereka tumpangi berbelok dari jalan Terusan Kuningan masuk ke Gatot Subroto. Informasi dari beberapa penumpang lain bahwa bus ini dulunya Kopaja dan mengikuti trayek bus Kopaja AC S 602 malah membuat mereka meminta sopir untuk menurunkan mereka di pinggir jalan. Mendadak sontak para penumpang melarang mereka menuju ke pintu kiri (pintu ke jalan). “Mbak, ini bukan Kopaja lagi. Turun di (halte) Jamsostek saja.”

Hari ini (tanggal 1 Januari 2016), baru saya sadar ternyata bus Transjakarta ukuran Kopaja tidak hanya ada di trayek Ragunan-Monas. Bus Transjakarta jurusan Monas-Pantai Indah Kapuk juga berukuran Kopaja. Lumayan juga menambah jumlah armada Transjakarta. (Setelah browsing-browsing, barulah saya tahu ternyata beberapa trayek lain juga memiliki armada ex-Kopaja ini.)

[caption caption="Bus Transjakarta tujuan Pantai Indah Kapuk."]

[/caption]

Hari ini juga, saya sudah melihat spanduk-spanduk di halte busway yang menginformasikan bahwa penumpang tidak akan ditagih biaya tambahan jika naik bus Transjakarta ukuran sedang. Mungkin untuk mengurangi kecurigaan calon penumpang terhadap bus-bus transjakarta berukuran bantat itu. (Tapi informasi ini kurang akurat karena tidak ditambahi keterangan bahwa kalau tujuan akhirnya di luar jalur busway, misalnya ke Pantai Indah Kapuk, penumpang akan dikenai biaya tambahan. Bisa menimbulkan masalah kalau ada yang naik bus Transjakarta ukuran Kopaja sampai Pantai Indah Kapuk dan menolak membayar tambahan Rp 2.500,- saat bus sudah memasuki kawasan PIK.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun