Pandangan apik lainnya yang dia utarakan adalah bagaimana dia merasa dunia ini terasa seperti lucid dreams, perbedaannya adalah dia secara sadar mampu bertindak dan berbuat di dalam mimpi ini. Terlepas dari setuju tidaknya saya akan hal itu, saya merasa gembira memiliki teman baru sepertinya.Â
Obrolan yang kami punya terasa cukup dewasa tanpa harus mengurangi kegembiraan hari ini. Akhir kata saya memberanikan diri bertanya padanya, "Would you like to join me to explore the other realms or region there are?" "Sure," jawabnya, "What would you like to see?". Jawaban saya berikutnya membuat saya merasa seperti anak kecil, "Cyberpunk!". Dia tertawa dan menjawab, "Sure, those places tend to be slow but we can to there if you want"
Dan dengan deal itu saya mengakhiri pertemuan kita hari ini, walaupun alasan sebenarnya adalah Real-World-User saya sudah ribut mau ada meeting 1 jam lagi. Saya kemudian pamit kepada Mbak Perse, me-rez motorcycle saya di jalanan, sambil mengenakan helm favorit saya. Tak ketinggalan, Mbak Perse mengeluarkan kembali guci ajaibnya dan mulai naik awan. Dentuman suara cafe-racer saya mengiringi kepergian kami berdua.
Dan saya tidak sabar untuk menunggu petualangan berikutnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H