Mohon tunggu...
Deedee Caniago
Deedee Caniago Mohon Tunggu... Sr. Corporate Communications -

PR, MC, trip-organizer, flashpacker, travel-writer, talkative, books, music, movies, blog, lots of laugh, tank-top, short pants, ARMY look, rendang, itiak-mudo-lado-ijo, mixmax, teh botol, nyalon, jalan2, makan2, photo2, exotic beach and island, ocean, snorkeling, CAN YOU HANDLE ME ??? :-))

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cara Urus Sendiri Paspor Baru/Perpanjang Paspor Lama (Part-2)

4 Maret 2014   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:15 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya duduk di bangku antrian yang terletak di depan loket “one day service”. Saya antrian nomor pertama. cihuy. Disana ada 6 orang lain yang duduk bareng saya. Saya enggak bisa tidur atau baca buku, karena kaki saya ngilu. Jadi saya milih untuk online pake HP dan baca2 status facebook atau time line twitter atau social media lainnya untuk membunuh waktu (iya abang Doni, gue enggak punya PATH, puassss?)

Ketika waktu menunjukkan pukul 07.45 pagi, mendadak semua orang secara serentak mulai pada berdiri dan mulai antri didepan loket! Yang menyebalkan, orang2 yang pada antri di depan loket tersebut bukanlah orang2 yang tadi duduk di bangku depan loket, tapi entah darimana itu orang2, mendadak mereka semua ada di depan kita. BT banget. Yang lebih BT lagi, antrian depan loket tersebut posisi nya mengantri dalam posisi berdiri, macam ngantri teller di bank, sementara kaki saya cenat cenut dan saat itu saya tidak punya tongkat atau alat pembantu apapun untuk membantu menopang saya berdiri. Pengen pulang tapi kok ya tanggung ya? Sayang banget udah jauh2 ke kota, udah antri, kok malah pulang. Akhirnya saya bertahan untuk berdiri dan antri.

Jam 08.00 kurang 5 menit, satpam berteriak dengan suara super kencang agar kami semua antri dengan rapi sambil membagi2kan formulir isian perpanjangan paspor: YAK, YANG MAU URUS PASPOR SILAHKAN ISI DULU FORMULIR PEMBUATAN PASPOR BARU ATAU PERPANJANGAN PASPOR LAMA YA. KALAU UDAH DI ISI, SILAHKAN ANTRI. YANG BELUM ISI FORMULIR, SILAHKAN ISI DULU, TAPI JANGAN ISI DI DEPAN LOKET KARENA AKAN MEMBUAT ANTRIAN JADI LAMA DAN PANJANG. YANG BELUM ISI FORMULIR ISI DULU DAN ANTRI LAGI DARI BELAKANG !

Nah, karena di cerita sebelumnya saya udah isi formulir, saya langsung antri berdiri dan berada di nomor tiga. Loket “one day service” ada dua, yang satu untuk antrian “online”, yang satu untuk “manual”, yang pake formulir. Loket manual pun dibuka tepat pukul 08.00 pagi, dan bapak2 di antrian pertama yang entah muncul dari mana - bagaikan setan - itu menyerahkan semua berkas2nya, kemudian setelah semua perlengkapan nya selesai, dia diminta untuk masuk kedalam, ambil antrian untuk bayar dan menuju proses selanjutnya.

Kemudian pada nomor kedua antrian adalah seorang mbak2 berjilbab, tapi begitu sampe loket dia malah sibuk isi2 formulir yang saat itu belum selesai dia isi. Si bapak penjaga loketnya enggak mau menunggu dan dengan sopan tapi tegas mempersilahkan si mbak2 untuk minggir dulu, dan mempersilahkan saya untuk maju, karena formulir saya sudah siap dan sudah di isi. Tapi si mbak2 itu enggak mau minggir dan malah ngedumel dengan judes. Si bapak petugas loket rupanya mendengar omelan si mbak2 jutek ini dan naek darah, lalu dia teriak dengan lantang : MBAK, KAN TADI UDAH DIKASIH TAU SAMA SECURITY, KALAU MAU ANTRI, FORMULIRNYA HARUS SUDAH DI ISI TERLEBIH DAHULU. KALAU BELUM ISI FORMULIR, YA DI ISI DULU, TAPI JANGAN DI ISI DI DEPAN LOKET. MBAK NGERTI NGGAK ? mbak2 tersebut merengut, mulutnya monyong 3cm, tapi dia bergeser dari antrian dan sayapun maju ke depan loket.

Sumpah saat itu sangat berjuang banget, berjuang menahan sakit kaki sekaligus menahan tawa. Kemudian langsung saya serahkan semua berkas saya, sambil menjelaskan bahwa sebelumnya berkas saya sudah diperiksa pada bulan Agustus 2013, akan tetapi ketika hendak membayar uang jasa pembuatan passport saat itu, saya tidak membawa uang cukup untuk membayar, dan akhirnya menunda proses perpanjangan paspor saya hingga saya baru bisa kembali lagi saat ini. Kemudian si bapak membolak balik berkas saya sambil bertanya : kenapa lama sekali urus nya dari proses pertama, yaitu bulan Agustus 2013, sementara saya baru balik lagi pada bulan Desember 2013? Saya jawab : susah ijin dari kantor nya, karena lagi sibuk banget di kantor. Si bapak kemudian minta saya menunjukkan semua dokumen asli untuk dicocokan ke dokumen photocopy diatas kertas A4 tersebut. Setelah beliau puas menyocokkan dokumen asli dengan photocopy, kemudian beliau meminta saya masuk ke sebuah ruangan dan mengambil nomor antrian untuk proses selanjutnya, yaitu antrian bayar.

Saya dapat antrian nomor 57. untuk ukuran loket baru buka, nomor antrian sudah nomor 57 aja, sementara di depan saya si bapak2 misterius tadi dengan nomor antrian 56. Tak lama kemudian nomor antrian mulai dipanggil, dengan memanggil nomor urut 51 !!! cukup aneh, karena ketika loket baru di buka, nomor antrian kan di buka dengan nomor urut 56, tapi yang dipanggil no 51-55 dulu. Kapan mereka antri nya ya? secara loket pembayaran kan baru buka ketika kami masuk? Oh well, ada hal2 yang emang “harus” dimengerti, either itu nomor titipan atau mereka emang calo yang udah ngetekin nomor dari entah kapan tau - lewat jalur belakang. Entahlah, yang jelas, saya harus sabar menunggu nomor antrian siluman itu selesai dulu baru giliran saya dipanggil.

Saya ke loket pembayaran, membayar Rp 255,000 sesuai dengan tariff resmi saat itu, dan duduk kembali dengan manis. Kemudian ada tiga tahap antrian lagi, yaitu wawancara umum, wawancara khusus dan sesi pemotretan yang masing2 proses enggak sampai memakan waktu lebih dari 5 menit.

Ketika wawancara umum saya ditanya2 tentang hal pribadi, seperti nama asli sesuai dengan nama yang tertera di KTP, tempat tanggal lahir, alamat rumah, no telp rumah dan no HP, terakhir harus menyebutkan nama tengah ibu kandung. Sessi wawancara ini ditutup dengan pengambilan sidik jari, 4 jari kanan dan kiri, yang dilanjutkan dengan dua jempol kanan dan kiri sekaligus. Di sessi ini mbak petugas yang melakukan wawancara juga menyocokkan berkas2 saya, antara dokumen asli dengan dokumen copy nya. Kemudian saya pindah ke meja sebelah, untuk wawancara khusus, ditanya2 lebih detail seperti kerja dimana, sudah berapa lama kerja, dll dsb untuk kemudian diminta untuk ke meja terakhir dimana di meja terakhir adalah sesi photo.

Dan di sessi terakhir ini, kaki saya makin parah sakitnya. Kaki sebelah kiri ini mulai membengkak dan membiru, yang membuat saya tidak bisa jalan sebagus beberapa menit sebelumnya, dan membuat muka saya terus meringis menahan sakit. Di meja terakhir, saya di photo dua kali, yang satu enggak pake flash, yang satu lagi pake flash. Dua2nya enggak bagus. Then again, photo passport siapa sih yang pernah bagus ??? *cari temen* . Selain saya menahan sakit kaki yang sudah mulai tak tertahankan, muka saya juga keliatan tembem banget. Dan yeah, lebih enak emang nyalahin kamera kalau tampang kita udah paling maksimal kayak begitu. Tapi saya tetep enggak happy. Sumpah, PHOTO SAYA DI PASSPORT JELEK SEKALI!

Anyway, selesai semua proses itu, waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Alhamdulillah, dalam 30 menit, kelar juga ini urusan. Akan tetapi, “one day service” ternyata bukan berarti hari ini urus hari ini juga selesai, akan tetapi, hari ini urus, besok baru bisa di ambil. Jadi, passport saya baru selesai besok, and oh, jam pengambilan passport hanya pukul 15.00 – 16.00 setiap hari kerja nya. So jangan pada lupa ya, kasian nanti kalian, jauh2 ke kota, sampe disana enggak bisa ambil karena bukan jam ambil nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun