Satu tarikan pelatuk dari telunjuk Petra menggagalkan prajurit itu menyelesaikan kalimatnya. Petra mengusap air mata yang keluar bersamaan dengan timah panas dari senjatanya. Ditegakkannya kepala, kembali siap dan siaga dengan pistol di tangan kanannya. Di kepalanya, seolah sang komandan sedang berbicara,
"Sebagai letnan, kau akan turun berperang, menjaga di perbatasan belakang garis depan, untuk menghabisi prajuritmu yang lari dari pertempuran."
***
[Jakarta, 26 September 2011]
silahkan mampir kesini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H