"Kenapa tak tanya permainan apa yang belum kucicipi? Karena membariskan 5 wanita, dan memperkenalkan mereka sebagai kekasihku pun, aku pernah."
"Katakan lagi, kau pintar mengatur porsi, dan aku sulit berhenti. Hey, aku bisa bercinta dengan siapa saja, lalu lupa nama mereka keesokan harinya."
"Saat kau masih meraba-raba rasa, aku lebih dulu mengecap buah dada, tenggelam dalam birahi, dan tertawa-tawa ketika mereka berbicara cinta."
"Tahunan aku membuktikan diri, kau berani bilang kau lebih tahu permainan ini? Haha... Aku tak sedang bercanda, kau malah buat aku tertawa."
"Kau bilang tak bermaksud, aku bilang, aku tahu semua. memiliki penggemar memang terasa istimewa. Sayang, kita hampir sama."
"Hanya saja, aku telah menerima karmaku, belajar, dan lebih dulu jenuh bermain. Sementara kau, berusaha terlalu keras untuk menghantarkan karma kepada orang-orang yang salah. Ingatkan sekali lagi, aku, atau kau yang belum bergerak maju?"
Serentetan kalimat hanya bisa bergaung di kepalaku. Tak pernah sanggup kulontarkan pada perempuan itu. Dan hari ini mereka berputar kembali di dalam sini. Saat membaca surat undangan yang telah terbuka di depan mata. Pernikahan Senja dengan si cinta pertama dalam hitungan minggu.
Singkat dan cukup tenang perpisahan kami waktu itu, tanpa air mata. Senja mengucap rasa, bilang cinta, tapi tak mendustai, dia bilang belum bisa kemana-mana, tak bisa menghapus indahnya kenangan di kepala. Kutanya, apakah lebih indah dari pagi?
"Karena Pagi dan Senja adalah terlalu sempurna. Dan sempurna tidak pernah ada."
* * *
Namaku Padu Giring Hanuari. Tapi panggil saja aku, Pagi. Karena pagi adalah sebuah permulaan, awalan baru untuk setiap hari. Aku suka pengharapan, tak akan mati hanya karena satu kali kekecewaan. Dan kutemukan seseorang yang pantas dicintai dengan cara luar biasa. Dini. Lengkapnya, Dini Hari Menjemput Pagi. Tidak, tidak, aku bercanda. Perempuan itu bernama Aleta, resmi menjadi istriku beberapa hari lagi. Tak ada mimpi, tak ada masa lalu, tak ada kisah cinta pertama dan karma, tak ada harap-harap palsu yang dibangun di atas trauma. Dia berhasil mengingatkanku akan indahnya ketidaksempurnaan, yang telah lama kutinggalkan.