Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Mediator Urusan Sulit

Akun kedua di Kompasiana. Akun pertama sejak centang biru dihilangkan jadi ga bisa diakses. Perempuan biasa yang demen menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jadi Penulis Fiksi Krisis Iklim UNESCO - British Council Berkat Kompasiana

29 Oktober 2024   13:05 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:57 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IG ExeterofLit dan Jakartacityoflit 

Perasaan haru bercampur bangga berkecamuk di dada demi melihat tulisanku terpampang di dinding ruang pameran kota Exeter, Inggris. Oh ternyata begini cara mereka menampilkan karya tulis, dipindahkan dalam media semacam poster dan diwarnai dengan indah oleh ilustrator dari Inggris. Ini benar-benar di luar ekspetasi. 

Awalnya ketika dikatakan bahwa tulisan kami akan dipamerkan, saya pikir bagaimana caranya ya. Bukankah selama ini yang biasa kita lihat adalah pameran lukisan, photo, patung maupun hasil seni instalasi?

Namun ternyata dengan tampilan demikian eye catching, tulisan dapat dipamerkan dalam ruang-ruang nyata. Selain Exeter, tulisan juga dipamerkan dalam stand Indonesia pada International Frankfurt Book Fair. 

ExeterCityoflit
ExeterCityoflit

Ahh, sungguh terharu melihat karyaku bisa melanglang buana dan ini pencapaian saat usiaku sudah tidak muda lagi.

Jadi Bagaimana Kompasiana Bisa Mengantarku ke Jenjang Ini.

Aku sudah bergabung dengan Kompasiana 15 tahun. Di tahun pertama bergabung sudah mendapatkan tawaran untuk dibukukan dari Elex Media yang masuk dalam grup Gramedia.

Komik Kompasiana 
Komik Kompasiana 

Walaupun sebenarnya dapat tawaran untuk dibuatkan The Series namun aku mengejar kemampuan menulis fiksi agar bisa dibukukan oleh penerbit dengan insial G dan editor Hetih Rusli. Setelah mengikuti kelas penulisan fiksi di majalah More ( milik grup Gramedia ) ternyata tercapai juga keinginanku.

Aku tetap menulis namun kali ini banyak menerima order dari  berbagai klien. Akibatnya menulis di Kompasiana tidak konsisten, apalagi sempat tidak bisa masuk dalam akun Kompasiana saat penghapusan centang hijau. Beruntung gegara masuk dan membuat akun di website Kompas.com, dapat saran untuk membuat akun Kompasiana, jadilah akun kedua.

Menjelang  awal tahun 2024 kemarin, motivasi tersulut saat melihat Hennie Oberest terpilih jadi Citizen of Journalisme of  2023. Sudah lama berteman dengan Hennie sebelum di Kompasiana dan tertarik dengan konsistensinya. Motivasi juga tersulut demi melihat sharing dari Andrie M Masianto yang memenangkan lomba blog hingga lebih dari 100 kali.

Begitu mulai kembali browsing ke Kompasiana, langsung takjub melihat pertumbuhan komunitas yang begitu marak. Mereka aktif menyelenggarakan lomba blog dan sayapun mengikutinya. Tentunya hadiah tidak banyak namun saya tidak peduli, pokoknya ikut, sepanjang tema yang disodorkan menarik. Saya hanya menjaga tempo, sekali sebulan harus menang, syukur-syukur bisa lebih.

Hingga pada bulan April 2024 ada kesempatan untuk menulis masalah Climate Change dalam proyek Bridging Cities Exeter -- Jakarta yang diselenggarakan UNESCO yang didanai British Council. Ingin daftar tapi ragu karena requirement-nya dalam bentuk Fiksi atau Puisi. Kalau dalam  bentuk essay, aku sudah menulis sekitar 10 artikel. Setelah berkali menimbang akhirnya memutuskan untuk mencoba. Apalagi teringat punya novel bertema Climate Change yang ditaruh dalam suatu aplikasi.

Persyaratan berupa konsep tulisan yang akan dibuat serta menyampaikan contoh tulisan terkait perubahan iklim segera dibuat dan ternyata saya sudah punya 10 artikel tentang perubahan iklim. Aku memberikan link semua tulisan namun tulisan yang kulampirkan adalah tulisan yang memenangkan lomba blog yang diadakan oleh Komik -- Kompasiana. Tentunya juga memasukkan informasi yang ku-screenshout dari IG Komik Kompasiana.

Dua minggu kemudian diumumkanlah kalau terpilih diantara 3 penulis Jakarta yang akan melakukan tugas tersebut. Penulisan dilakukan dengan bimbingan 2 mentor yang terdiri dari penulis kawakan serta ahli lingkungan hidup. Dan mulailah penggemblengan macam kawah Candradimuka yang berlangsung dalam 3 bulan dengan 2 kali pertemuan ( offline dan online ), tulisan mengalami 5 kali editing yang membuat aku hampir menyerah.

Awalnya POVku adalah gubernur baru dari Jakarta menangani berbagai kerusakan alam. Eh malah sempat dicurigai jika aku membawa muatan politik, ini kan aneh mengingat kejadiannya di bulan April. Kita belum tahu siapa calon-calon yang akan maju. Kalau tidak salah baru Oktober ini ditetapkan. Akhirnya pada draft ke 5 kurubah POV jadi Alang -- seorang nelayan Teluk Jakarta. Baru deh draft diterima dengan penambahan porsi peran sang Gubernur....alamak, maunya gimana sih.

Pribadi
Pribadi

 PIC menyemangati serta mengingatkan betapa berharganya eksposure yang akan kudapatkan. Nyatanya memang demikian, apalagi aku jadi memiliki teman-teman dari Inggris yang bersahabat dan sangat menghargai tulisan saya.

Bagaimana Sih Proyek Bridging Cities-nya UNESCO

Jadi UNESCO ini menyaring kota-kota sedunia yang memiliki tingkat literasi tinggi, Jakarta terpilih sebagai kota ke 49. Banyak program yang diselenggarakan, termasuk kesempatan untuk tinggal di kota-kota literasi dunia selama kurun waktu hingga 2 bulan.

Program Bridging Cities ini merupakan program penulisan yang menjembatani 2 kota literasi, kali ini antara Exeter dengan Jakarta. Masing-masing kota menunjuk 3 penulisnya untuk bercerita tentang Perubahan Iklim yang terjadi di kotanya. Dalam proses tersebut ada pertemuan virtual dengan para penulis Exeter serta PIC nya dimana kami bisa saling berkenalan dan bertukar pikiran.

Ternyata masalah air membanjiri kota Exeter pernah terjadi bertahun silam, hingga mereka bisa menanggulanginya. Sedangkan Jakarta masih berkutat dengan banjir dan polusi.

Akhir kata saya ingin berterimakasih pada Kompasiana sudah menjadi tempat yang nyaman untuk menulis. Selamat ulangtahun ke 16. Terimakasih pada Andrie Masianto dan Hennie Oberiest yang inspiratif. Berikut tulisanku untuk proyek tersebut yang hak ciptanya  dipegang oleh Penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun