Menjelang  awal tahun 2024 kemarin, motivasi tersulut saat melihat Hennie Oberest terpilih jadi Citizen of Journalisme of  2023. Sudah lama berteman dengan Hennie sebelum di Kompasiana dan tertarik dengan konsistensinya. Motivasi juga tersulut demi melihat sharing dari Andrie M Masianto yang memenangkan lomba blog hingga lebih dari 100 kali.
Begitu mulai kembali browsing ke Kompasiana, langsung takjub melihat pertumbuhan komunitas yang begitu marak. Mereka aktif menyelenggarakan lomba blog dan sayapun mengikutinya. Tentunya hadiah tidak banyak namun saya tidak peduli, pokoknya ikut, sepanjang tema yang disodorkan menarik. Saya hanya menjaga tempo, sekali sebulan harus menang, syukur-syukur bisa lebih.
Hingga pada bulan April 2024 ada kesempatan untuk menulis masalah Climate Change dalam proyek Bridging Cities Exeter -- Jakarta yang diselenggarakan UNESCO yang didanai British Council. Ingin daftar tapi ragu karena requirement-nya dalam bentuk Fiksi atau Puisi. Kalau dalam  bentuk essay, aku sudah menulis sekitar 10 artikel. Setelah berkali menimbang akhirnya memutuskan untuk mencoba. Apalagi teringat punya novel bertema Climate Change yang ditaruh dalam suatu aplikasi.
Persyaratan berupa konsep tulisan yang akan dibuat serta menyampaikan contoh tulisan terkait perubahan iklim segera dibuat dan ternyata saya sudah punya 10 artikel tentang perubahan iklim. Aku memberikan link semua tulisan namun tulisan yang kulampirkan adalah tulisan yang memenangkan lomba blog yang diadakan oleh Komik -- Kompasiana. Tentunya juga memasukkan informasi yang ku-screenshout dari IG Komik Kompasiana.
Dua minggu kemudian diumumkanlah kalau terpilih diantara 3 penulis Jakarta yang akan melakukan tugas tersebut. Penulisan dilakukan dengan bimbingan 2 mentor yang terdiri dari penulis kawakan serta ahli lingkungan hidup. Dan mulailah penggemblengan macam kawah Candradimuka yang berlangsung dalam 3 bulan dengan 2 kali pertemuan ( offline dan online ), tulisan mengalami 5 kali editing yang membuat aku hampir menyerah.
Awalnya POVku adalah gubernur baru dari Jakarta menangani berbagai kerusakan alam. Eh malah sempat dicurigai jika aku membawa muatan politik, ini kan aneh mengingat kejadiannya di bulan April. Kita belum tahu siapa calon-calon yang akan maju. Kalau tidak salah baru Oktober ini ditetapkan. Akhirnya pada draft ke 5 kurubah POV jadi Alang -- seorang nelayan Teluk Jakarta. Baru deh draft diterima dengan penambahan porsi peran sang Gubernur....alamak, maunya gimana sih.
 PIC menyemangati serta mengingatkan betapa berharganya eksposure yang akan kudapatkan. Nyatanya memang demikian, apalagi aku jadi memiliki teman-teman dari Inggris yang bersahabat dan sangat menghargai tulisan saya.
Bagaimana Sih Proyek Bridging Cities-nya UNESCO
Jadi UNESCO ini menyaring kota-kota sedunia yang memiliki tingkat literasi tinggi, Jakarta terpilih sebagai kota ke 49. Banyak program yang diselenggarakan, termasuk kesempatan untuk tinggal di kota-kota literasi dunia selama kurun waktu hingga 2 bulan.
Program Bridging Cities ini merupakan program penulisan yang menjembatani 2 kota literasi, kali ini antara Exeter dengan Jakarta. Masing-masing kota menunjuk 3 penulisnya untuk bercerita tentang Perubahan Iklim yang terjadi di kotanya. Dalam proses tersebut ada pertemuan virtual dengan para penulis Exeter serta PIC nya dimana kami bisa saling berkenalan dan bertukar pikiran.