Dear Icha, Â
Semalam tak sengaja kutemukan fotocopy KTPmu di antara lembar kertas yang sedang kurapikan. Senyum lebar menghiasi wajahmu, ah ternyata 11 hari lagi kau berulangtahun ke 36 tahun.
Pertemanan kita 10 tahun lalu berawal dari persamaan nasib sebagai korban scam perdagangan Hp. Tergabung dalam satu grup Online Shop di Facebook ,tertarik tawaran supplier atas HP baru harga miring dengan cara pesanan PO (Pre Order ). Awalnya kita dan banyak orang lain mencoba beli satu unit, tak tahunya barang benar-benar datang dan baru.
Pastinya sebagai pemburu cuan, kita langsung tergiur untuk berbisnis. Dengan cepat kau dan beberapa teman lain yang sudah biasa berdagang online segera memesan dalam unit yang banyak hingga ratusan juta. Sementara aku yang baru mulai hanya berani memesan sampai belasan juta.
Pesanan datang hingga kau dan yang lain kembali memesan sampai 300 juta rupiah. Namun dueeeng...tetiba pesanan tak ada yang datang. Semua panik, aku yang tinggal di Jakarta segera menyatroni rumah supplier. Sementara kau di kota Malang. Seluruh korban meminta bantuan kami yang mukim di Jakarta untuk mengkoordinasi penagihan. Tagihanku dibayar supplier dan lawyernya karena dianggap kecil sementara aku vokal banget. Lucunya para pemilik tagihan gede berlaku diluar nalar kendatipun sudah ditawari ganti rugi, akhirnya tidak dibayar ganti rugi sama sekali. Pemilik grup FB nyaris gila hingga harus dirawat medis.
Kau bersama suami dan anakmu hijrah ke Bogor -- kota asalmu. Dan tak lama kemudian kau meminta bertemu, jadilah kita bertemu di Kalibata Mall. Ketika di Malang, kau sudah memiliki bisnis perdagangan online skincare sementara suaminya membeli franchise bisnis ekspedisi. Kalian sungguh klop, saling mengisi. Apa daya semangat untuk majumu terlalu kuat sehingga terjebak dalam kewajiban senilai Rp. 300 juta karena calon pembelimu sudah membayar padahal barang belum datang itu.
Begitupun kau masih iba pada pemilik grup FB dan tetap kalem karena mertuamu sudah menalangi total kewajibanmu. Belakangan kau baru bercerita jika itu dianggap sebagai pinjaman dan kau harus membayar bunga tiap bulan.
Makanya tak heran jika kau segera memulai usaha kuliner baik offline maupun online. Kedua usahamu berkembang pesat, bahkan kau sempat mengirimiku dimsum mini saat aku terserang Covid...2 kali kirim malah. Kau bahkan sempat mengirimiku masker mata karena aku mengeluhkan mata pandaku.
Setelah itu aku memulai online shop peralatan dapur, tak lama kemudian kau juga ikutan malah akhirnya kau menemukan ecommerce baru yang memberikan diskon serta free ongkir. Sesuatu yang baru dan pastinya menarik, hingga akhirnya akupun mengambil barang darimu sebab kau begitu gesit dan paripurna. Kau mau berjaga hingga larut malam untuk berburu diskon dan kau punya berbagai rekening bank sesuai dengan penawaran ecommerce tersebut. Akhirnya kau membuat grup FB khusus untuk ecommerce itu, ada 2000 anggotanya, bisa dibayangkan riweuhnya transaksi yang terjadi sekaligus cuan yang dihasilkan.
Kau juga mulai membuat grup arisan barang yang berkembang namun aku tidak ikut. Di antara kesibukan itu kau melahirkan dua anak lagi.
Bisnis OS mulai menurun sebab orang-orang sekarang bisa mengakses sendiri ke ecommerce. Kau bersama suamimu makin giat berproduksi kuliner. Hingga suatu saat usai suamimu berulangtahun ke 35 dan meminta maaf karena belum bisa membelikan rumah bagi keluarga, kalian memutuskan hijrah ke Bima.