Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Mediator Urusan Sulit

Akun kedua di Kompasiana. Akun pertama sejak centang biru dihilangkan jadi ga bisa diakses. Perempuan biasa yang demen menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film Dikejar Dosa, Seremnya Awet Hingga Bertahun

30 Maret 2024   15:35 Diperbarui: 31 Maret 2024   08:58 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tiga peristiwa yang terjadi belakangan ini jadi alasan memilih mengulas film ini, dua yang pertama akan saya spill terlebih dahulu. Yang pertama adalah peristiwa disekap dan diperkosanya seorang siswi SMP oleh 10 orang anak lelaki selama 3 hari. Si anak perempuan secara simultan dicekoki minuman keras tanpa diberi makan dan minum.

Ndilalah kok ya disaat berdekatan jemari ini memencet channel TV MyCinema Asia yang sedang memutar film Thailand berkisah tentang seorang perempuan yang disekap dan diperkosa oleh 26 orang secara terus menerus. Film yang kupikir akan menyasar ke kisah horror misteri sebagaimana biasanya film Thailand ini ternyata mengungkap bagaimana polisi bisa menangkap para pelakunya kendatipun kepala polisi akhirnya dimutasi karena gembong pemerkosanya adalah timses seorang anggota parlemen.

Kedua kejadian ini membuat saya teringat pada film Dikejar Dosa ( tahun 1974 ), film yang diputar TVRI beberapa tahun  kemudian, saya tonton saat usia 6-7 tahun bersama kakak dan adik serta mbak ART.

Sepanjang film itu diputar kami acapkali menjerit ketakutan serta saling berpelukan bahkan efeknya berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Apalagi di saat yang sama ART tetangga atas (rumah kami macam apartemen 2 tingkat ) kemasukkan setan. Minah demikian namanya menjerit kencang dan menceracau serta menangis,

"Ampun sakit, Minah jangan digundulin. Ampun Minah digundulin setan."

Tidak hanya menjerit, dia sanggup menghempaskan beberapa lelaki yang akan memeganginya. Suara gedebuk dan geruduk langkah menuruni tangga benar-benar mencekam. Minah akhirnya bisa ditaklukkan dan diobati. Karena pada saat yang sama majikannya memiliki 2 anak balita serta seorang bayi, Minah tetap dipertahankan walaupun keluarganya yang tinggal di gang sayur samping kompleks sudah menjemputnya.

Ibu majikan seraya menggendong bayinya rajin mengaji, namun Minah kembali kemasukan setan dan peristiwa itu terjadi beberapa hari. Sembuh sejenak tapi kembali disatroni setan. Hingga akhirnya Minah dibawa pulang kampung.

Makanya film Dikejar Dosa mendatangkan rasa takut serta mencekam hingga dua kali lipat.

Pernah saat malam tiba, Ibu dan Bapak pergi kondangan, kami langsung membuntuti mbak ART kemanapun dia bergerak. Saat dia ke dapur kami turut dan tetiba bayangan muncul di kaca jendela membuat kami menjerit...wuuuah. Padahal ternyata bayang-bayang itu berasal dari pepohonan di luar yang bergerak diterpa angin. Bertepatan dengan kedatangan Ibu dan Bapak yang langsung menegur kami semua termasuk mbak ART. Penjelasan mereka akan dunia lain membuat ketakutan kamipun akhirnya hilang untuk selamanya.

Film Dikejar Dosa sendiri bercerita tentang Yayah ( dimainkan oleh Paula Rumokoy ) yang berperan sebagai gadis lugu penjual jamu. Yayah diperkosa oleh 3 lelaki preman kampung bernama Jajang, Jaka dan Asep. Dan sialnya Dayat - kekasih Yayah yang tak sengaja melihat malah ikutan memperkosa.  

Akibat kejadian itu Yayah kemudian hamil dan membuat penyakit yang diderita oleh ibunya bertambah parah hingga meninggal dunia, setelah kematian ibunya itu, Yayah menjadi depresi dan kemudian gila. Dalam keadaan gila, Yayah berusaha untuk membalas dendam pada pemerkosanya hingga ia dibunuh oleh Asep terlebih dahulu.

Dendam Yayah tidak berhenti saat dia meninggal, Yayah menghantui para pemerkosanya. Dalam bentuk muka Yayah menjelma di tiap perempuan yang mereka temui. Ini membuat Jaka dan Asep kehilangan nalar dan mengamuk hingga saling membunuh. Jajang sendiri akhirnya ditemukan mati di danau sementara Dayat sang kekasih yang selalu merasa dikejar dosa akhirnya bunuh diri, loncat dari jembatan tinggi.

Setelah dewasa dan mengingat kembali film tersebut bisa dikata film ini termasuk film yang bagus dalam menggarap tema horror. Kehadiran sosok arwah Yayah sebenarnya lebih didominasi oleh rasa bersalah. Dan para pemerkosa tewas karena rasa bersalah itu bukan karena dibunuh hantu. Hal yang selalu tidak bisa saya terima jika melihat film horror.

Akting para pemainnyapun sungguh natural, sosok-sosok beringas dari pemerkosa bisa diperankan dengan baik oleh Ucok Harahap, Yan Bastian, Hendra Cipta.

Pemilihan seting lokasi juga pas, saya masih teringat salah satu setingnya berada di antara gerbong-gerbong kosong kereta barang. Tiap kali mereka berlari, sosok Yayah bisa menemukan mereka. Tak heran kalau film yang disutradarai oleh Lukman Hakim Nain ini  akhirnya memperoleh Penghargaan Tata Sinematografi Terbaik dari Festival Film Nasional 1975.

Saat ini film horor misteri termasuk film yang digandrungi penonton hingga tak heran banyak diproduksi bahkan disutradarai oleh sutradara-sutradara beken macam Joko Anwar, Rizal Manthovani, Hanung Bramantyo, Jose Purnomo. Namun sayangnya banyak film horor dikemas dengan framing agama. Tentunya, Islam yang jadi sasaran empuknya.

Awalnya saya tidak ngeh akan masalah ini, namun akun @ ariesdimahadi  ( yang sekarang tidak ada ) mengingatkan sembari memperlihatkan sampul-sampul film termaksudnya. Untungnya melalui google, saya menemukan situs GenMuslim yangmenyampaikan hal yang sama dengan menyantumkan sampul film terkait macam yang berjudul Tasbih Kosong, Waktu Maghrib, Jin Qurin dan entah apalagi.

Dok.JawaPos
Dok.JawaPos

Ternyata sinyalemen itu benar saat  MUI melarang penayangan film Kiblat yang akan diluncurkan, seram begitu ucap petinggi MUI membuat saya menyimak kembali poster filmnya hingga mengelus dada, kenapa posisi ruku yang menjadi bagian dari peribadahan 5 waktu umat Islam malah dijungkir balikan begini rupa?

Akhirnya demi film itu tayang, produser film melakukan perbaikan baik dalam penyuntingan film serta perubahan poster.    

Alangkah bijaknya jika para produser film membuat  film horor dengan memahami kearifan budaya yang ada hingga nantinya film jadi sarana hiburan yang mendidik. Macam film Dikejar Dosa, takutnya menahun bijaknya dapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun