Kamis lalu, kami mengunjungi sebuah penangkaran rusa di perbatasan Bogor-Cianjur. Penangkaran ini tetap dikenal dengan nama Wana Wisata Penangkaran Rusa Cariu, meskipun lokasi tepatnya sekarang berada di desa Buanajaya, Kecamatan Tanjungsari, Bogor, bukan kecamatan Cariu. Untuk mencapainya ada dua jalur yang bisa ditempuh, dari Cianjur atau dari Bogor. Dari Cianjur masuk saja melalui wilayah Kecamatan Cikalong Kulon, terus ke arah Bogor (Jonggol). Ketika sudah melewati perbatasan Cianjur-Bogor dan anda sudah melihat Sungai Cibeet di sisi kanan jalan, pelan-pelanlah hingga kemudian anda melihat papan penunjuk jalan menuju ke penangkaran rusa Cariu. Beloklah ke kanan dan masuklah ke sebuah jalan kecil berbatu yang cukup curam. Untuk anda yang berada di Bogor, aku lebih menyarankan lewat Cianjur karena jalannya lebih bagus dan relatif ndak macet (di luar Sabtu dan Minggu ya..) Jika dari Bogor atau Jakarta, anda cukup mengambil jalur Cibubur, masuk Cileungsi, melewati Taman Buah Mekarsari, terus saja menuju Jonggol, kemudian terus saja menuju Cariu, melewati perbukitan yang eksotik di desa Cibatutiga. Terus saja mengikuti jalanan utama, hingga kemudian anda mendapati papan nama Penangkaran Rusa Cariu di sisi kiri jalan. Belok ke kiri mengikuti jalanan yang menurun curam dan berbatu-batu cukup terjal. Total jendral, kalau dari Cibubur kurang lebih 40 km. Beberapa ratus meter dari turunan curam tersebut, anda akan melihat tempat parkir dan loket masuk yang berada tepat di pinggir sungai Cibeet. Setelah membayar tiket, perjalanan ke lokasi harus ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk mencapai lokasi yang ada di seberang Sungai Cibeet itu, anda harus menyeberangi jembatan yang aduhai ini..
Setelah berjalan kurang lebih 200 m dari jembatan, menyusuri jalan berbatu, kita akan melihat papan nama ini.
Dari papan nama ini, kita masih harus berjalan lagi, kurang lebih 200 meter untuk mencapai fasilitas pelengkap semacam warung, MCK dan mushalla. Semuanya tersedia dalam keadaan cukup bersih.
Lalu 100 meter dari mushalla, tampaklah gazebo pengamatan dan padang rumput seluas kurang lebih 5 ha.
Jenis rusa yang diperbanyak di penangkaran ini adalah rusa Timor (Cervus timorensis). Jenis ini merupakan endemik di Indonesia, diperkirakan berasal Jawa dan Bali, dan terbagi menjadi 8 sub-spesies berdasarkan penyebarannya (Jawa, Lombok, Flores, Timor, Sulawesi, Kepulauan Maluku). Rusa ini menjadi menjadi flora identitas NTB. Selain di penangkaran ini, rusa Timor bisa pula ditemui di Cagar alam Pananjung, Pangandaran dan Cagar alam Wasur, Manokwari, Taman nasional Rawa Aopa, Watumohai, Sultra.
Selanjutnya adalah rusa totol (Axis axis). Ini adalah jenis yang sering kita jumpai di istana Bogor. Rusa ini bukan asli Indonesia, melainkan dari India dan Srilanka.
Jenis yang ketiga adalah rusa Bawean (Axis kuhlii). Mengapa dinamakan rusa Bawean, karena jenis ini endemik dari Pulau Bawean, sebuah pulau kecil yang terletak di utara Jawa Timur.
Dibandingkan dua jenis yang lain, rusa Bawean relatif lebih kecil dan dapat dibedakan dari ekornya yang pendek, berujung putih. Jenis kelamin rusa bisa dibedakan dari ada atau tidaknya ranggah di kepala. Disebut ranggah bukan tanduk, karena bisa tanggal, tidak permanen seperti tanduk yang melekat selamanya.
Penangkaran ini dikelola oleh Perum perhutani untuk tujuan wisata. Pengunjung yang ingin melihat semua jenis rusa yang dikoleksi, sebaiknya datang pada pukul 07.00 dan pukul 14.00, karena pada saat itulah rusa-rusa ini berkumpul menikmati pakan tambahan berupa ubi (pagi) dan dedak (sore) yang diberikan oleh petugas. Di luar jam itu, biasanya rusa melakukan aktivitas mencari makan di padang rumput yang seluas 5 ha atau di hutan yang seluas 2 ha. Hanya beberapa ekor saja yang tampak berkeliaran di sekitar gazebo pengamatan, terutama jenis totol dan Timor. Mereka jinak dan mau menerima uluran makanan dari pengunjung. Sedangkan yang lain (terutama rusa Bawean), cenderung liar dan sensitif dengan kehadiran pengunjung. Mereka lebih suka berkeliaran di dalam hutan, daripada di padang rumput. (dewi)